BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat yang melayani transaksi perdagangan saham perusahaan yang go public. Dalam hal ini pasar modal menyediakan berbagai alterna tif investasi bagi para investor selain menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan. Menurut UU no 8 tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual/beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek disebut juga bursa efek (www.ojk.go.id). Bursa efek yang ada di Indonesia disebut juga Bursa Efek Indonesia (BEI). Keputusan pilihan investasi lebih banyak pada pertimbangan aspek fundamental perusahaan berupa emiten yang berkinerja baik, atau yang dapat memberikan dividen menarik. Karena itulah, pilihannya jatuh pada saham yang tergolong pada kelompok LQ45. Salah satu indeks yang ada dalam Bursa Efek Indonesia adalah indeks LQ45. Indeks LQ45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar (www.idx.co.id). Namun, saham LQ45 tidak terlepas dari resiko investasi dan 1
2 prospeknya bisa berubah seiring berjalannya waktu. menurut Tandelilin (2010) return dan resiko merupakan hal yang sangat mendasar dalam pengambillan keputusan investasi. Alasan utama seseorang dalam berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Umumnya return yang diperoleh bisa berupa yield dan capital gain (loss). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor pada masa yang akan datang. Sedangkan return yang terjadi atau return actual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu. Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return historis mungkin saja berbeda. Ketika berinvestasi selain mengharapkan return tertentu, investor juga mempertimbangkan hal penting yaitu tingkat resiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin tinggi pengembalian semakin tinggi resiko. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima merupakan resiko yang harus selalu dipertimbangkan. Selisih antara return realisasi dengan return ekspektasi disebut juga abnormal return (Suad :1996). Menurut Jogiyanto (2013) abnormal return merupakan selisih antara return sesungguhnya dengan return ekspektasi. Pandangan lain sebagaimana dikemukakan oleh Tandelilin (2010), abnormal return merupakan selisih actual return dengan expected return yang terjadi sebelum informasi diterbitkan. Dapat disimpulkan bahwa abnormal return merupakan return yang diterima oleh investor tidak sama dengan return yang diharapkan karena adanya suatu
3 pengumuman yang mengandung informasi maupun adanya kebocoran informasi. Studi yang dilakukan Masulis (1980) dalam Husnan (2015) menunjukkan bahwa abnormal return pada hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman dari perusahaan-perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang, ternyata positif. Sedangkan perusahaan yang menurunkan leverage ternyata memperoleh abnormal return yang negatif pada hari pengumuman dan sehari setelahnya. Abnormal return bisa berarti positif jika nilai return yang didapatkan lebih besar dari return ekspektasi. Namun, abnormal return juga bisa bernilai negatif jika return yang didapatkan lebih kecil dari return ekspektasi (Liwe : 2018). Untuk mendapatkan abnormal return yang diharapkan, investor perlu memperhatikan informasi-informasi, baik itu berupa informasi kinerja keuangan maupun non keuangan yang diungkapkan oleh perusahaan yang membuat pasar bereaksi dan tercermin oleh abnormal return sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan para investor. Dalam hal ini, kesejahteraan investor meningkat jika abnormal return bernilai positif (Aritonang : 2009). Abnormal return dapat juga terjadi karena ada informasi baru atau peristiwa baru yang direaksi oleh investor. Informasi mengenai perkembangan return saham merupakan hal penting yang dibutuhkan bagi investor. karena dalam hal ini, naik turunnya return saham akan mengakibatkan ekspektasi investor yang berbedabeda. Berikut adalah pergerakan return saham rata-rata LQ45 periode tahun 2014 sampai tahun 2017 sebagai berikut :
4 Gambar 1.1 Pergerakan Return Saham LQ45 Periode Tahun 2014-2017 0,60 0,40 0,55 return saham 0,20 0,00 0,14 0,00 0,01 2014 2015 2016 2017 return saham Sumber : Data diolah Grafik diatas menunjukkan bahwa return saham LQ45 selama tahun 2014 2017 mengalami fluktuasi. Dalam periode ini rata-rata return saham tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,55. Sedangkan pada tahun 2015 return saham terjadi penurunan hingga titik 0,00. Dalam hal ini pengamatan investor terhadap return saham yang menurun akan membuat ekspektasi investor pada tahun selanjutnya menurun pula. Pada kenyataannya, pada tahun 2016 return saham LQ45 menunjukkan kenaikan dari titik 0,00 sampai dengan titik 0,14. Oleh sebab itu, ekspektasi investor yang menurun tidak sesuai dengan realita return saham yang terjadi pada tahun 2016, akan menyebabkan timbulnya abnormal return saham. Penurunan return saham cenderung mengakibatkan penurunan abnormal return, sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut :
Abnormal Return 5 Gambar 1.2 Perkembangan Abnormal Return Saham Perusahaan LQ45 Periode 2014-2017 0,4 0,3 0,2 0,1 0-0,1-0,2-0,3 2014 2015 2016 2017 Periode Abnormal Return Sumber : Data diolah Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata abnormal return menunjukkan hasil bahwa selama periode tahun 2014 2017 mengalami penurunan dari tahun ke tahun hingga tahun terakhir. Penurunan abnormal return dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi abnormal return salah satunya berasal dari kondisi makro yang dijelaskan dalam penelitian Liwe (2015), bahwa peristiwa menguatnya kurs dollar Amerika Serikat terhadap nilai tukar rupiah pada 26 Agustus 2015 memberikan pengaruh terhadap abnormal return saham. Penman (1989) dan Larcker (1992) dalam Zeni Alfiani (2016) menjelaskan bahwa rasio keuangan merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai trading strategy untuk memperoleh abnormal return saham. Ada beberapa rasio keuangan diantaranya adalah rasio profitabilitas, rasio financial leverage, rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio nilai pasar. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penjualannya (Husnan : 2015). Rasio profitabilitas dapat proksi dengan Net Profit Margin (NPM), Gross
6 Profit Margin (GPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE) (Sartono : 2012). Rasio ini akan menjadi perhatian dari investor sehingga besarnya laba yang diperoleh perusahaan menimbulkan ekspektasi dari investor yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan abnormal return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Fidaliyah (2015) menunjukkan bahwa variabel NPM berpengaruh terhadap abnormal return saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Novaliyanti (2007) menunjukkan bahwa variabel EPS, NPM, DER, dan ROA berpengaruh secara simultan terhadap abnormal return saham. Secara parsial hanya ROA yang berpengaruh terhadap abnormal return saham. Rasio financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Rasio financial leverage dapat diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Assets Ratio (DAR), dan Time Interest Earned Ratio. Rasio financial leverage ini akan menjadi perhatian investor, karena dengan proporsi hutang yang semakin besar akan menimbulkan resiko yang besar dan para investor akan menetapkan expected return lebih besar lagi, sehingga dapat terjadinya abnormal return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap abnormal return saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rhobbiatun dan Cahyono (2016) menyimpulkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap abnormal return saham. Rasio nilai pasar adalah Rasio ini digunakan untuk mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku (Mahmud. M Hanafi dan Abdul Halim, 2009). Rasio ini menunjukkan bahwa jika harga pasar semakin meningkat maka capital gain dari
7 saham tersebut juga meningkat dan menimbulkan abnormal return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Fidaliyah (2015) dan Sundari (2016) menunjukkan bahwa variabel PBV berpengaruh terhadap abnormal return saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah (2009) menunjukkan bahwa variabel PBV berpengaruh negatif terhadap abnormal return saham. Hasil yang tidak konsisten dalam penelitian-penelitian tersebut terhadap abnormal return saham oleh beberapa peneliti menunjukkan fenomena yang menarik dan perlu dilakukan pengujian ulang. Atas dasar itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat diketahui bahwa terjadinya penurunan Abnormal Return Saham pada indeks LQ45 selama periode 2014-2017 dan masih belum konsisten hasil penelitian terdahulu, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah apa faktor-faktor yang dapat meningkatkan Abnormal Return Saham. Dari masalah penelitian itulah muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah net profit margin (NPM) berpengaruh terhadap abnormal return saham? 2. Apakah debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap abnormal return saham?
8 3. Apakah price to book value (PBV) berpengaruh terhadap abnormal return saham? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor net profit margin (NPM), debt to equity ratio (DER), price to book value (PBV) terhadap abnormal return saham perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Dari penelitan ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi peneliti Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mendalam tentang pasar modal, khususnya mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi abnormal return. 2. Bagi Investor Penelitian ini dapat digunakan untuk tambahan infomasi bagi investor mengenai pengaruh net profit margin (NPM), debt to equity ratio (DER), dan price to book value (PBV) terhadap Abnormal Return Saham LQ45 yang terdaftar di BEI. Selain itu dapat menjadi bahan pertimbangan investor dalam berinvestasi. 3. Bagi Akademisi Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan wawasan mengenai Abnormal Return Saham LQ45 yang go public.
9 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi peneliti dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
10