BAB I PENDAHULUAN. termaktub di dalam Amandemen Undang-undang dasar Negara Republik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB II. A. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan adalah kuasa yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

Data Reduksi, Data Display / Penyajian Data, Data Verifikasi / Pemeriksaan Kembali Pengulangan Data, Data Konklusi/Perumusan Kesimpulan. Hasil Penelit

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. restrukturisasi dengan musyawarah dan mufakat, atau

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BERBAGAI PERMASALAHAN YANG BERKAITAN DENGAN TAKE OVER KREDIT & PENGIKATAN JAMINAN ATAS TANAH & BANGUNAN SERTA SATUAN RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNDANG-

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

B AB I PENDAHULUAN. peraturan bank tersebut. Sebelumnya, calon nasabah yang akan meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law).

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

PERAN DAN FUNGSI COVERNOTE NOTARIS PADA PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

Pembebanan Jaminan Fidusia

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau seluruh lapisan masyarakat dikarenakan harganya yang tinggi. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR PENERIMA JAMINAN HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH. Oleh Rizki Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

KOMPARASI ANTARA SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DENGAN AKTA NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN Perjanjian Kredit Menurut KUHPerdata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mendorong dan menggairahkan dunia usaha, Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN TERHADAP HAK ATAS TANAH SEBAGAI OBYEK JAMINAN

DAFTAR WAWANCARA Jawab

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan kuantitas barang / jasa yang dihasilkan.

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang tidak dapat menjalankan suatu urusan, maka alternatifnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1

BAB II PROSES PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN ATAS OBJEK HAK TANGGUNGAN SEBAGAI JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

(SKMHT NOTARIS DALAM BENTUK/FORMAT IN ORIGINALI UNTUK PERBANKAN KOVENSIONAL) KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN 1 Nomor :

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

PRAKTIK PELAKSANAAN ROYA HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah merupakan negara hukum, sebagaimana yang termaktub di dalam Amandemen Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Indonesia adalah negara hukum. Sebagai salah satu negara yang berkembang, Indonesia memiliki identitas, ciri dan karakteristik sendiri bahwa hukum Indonesia bersumber pada falsafah-falsafah berdasarkan Pancasila sebagai landasan dan pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan masih tercermin kentalnya budaya gotong royong dan kekeluargaan di masyarakat Indonesia. Pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) disebutkan bahwa segala warga negara memiki kedudukan yang sama dihadapan hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali. Hukum di Indonesia merupakan landasan terhadap penyelenggaraan seluruh kekuasaan negara. Untuk menegaskan bahwa segala perilaku dan kekuasaan harus tunduk terhadap peraturan perundang-undangan. Dalam praktek perbankan, jaminan diperlukan untuk mengamankan dana yang sudah disalurkan bank (kreditur) kepada peminjam (debitur). Jaminan berupa sertifikat tanah merupakan jaminan yang diminati lembaga perbankan, pertimbangannya tanah paling aman dan mempunyai nilai ekonomi relatif tinggi. Jaminan hak tanggungan berupa tanah dianggap paling aman dan efektif karena mudahnya dalam mengidentifikasi obyek hak tanggungan, jelas dan pasti eksekusinya. Disamping itu, hutang yang dijaminkan dengan hak tanggungan harus dibayar terlebih dahulu dari tagihan

2 lainnya dengan uang hasil pelelangan tanah yang menjadi obyek hak tanggungan. 1 Kredit tanpa memberikan jaminan akan sangat membahayakan pihak bank, jika debitur mengalami cidera janji (wanprestasi) maka bank akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang telah disalurkan. Sebaliknya dengan jaminan kredit berupa tanah, bank akan merasa lebih aman mengingat setiap kredit macet akan dapat ditutupi oleh jaminan yang telah dibebankan hak tanggungan. Tanah sebagai benda tidak bergerak dapat dijadikan jaminan, tanah tersebut akan dipasangkan hak tanggungan sebagai tanda bahwa tanah tersebut diajukan di bank. Hak Tanggungan bersifat tidak dapat dibagi-bagi, dan obyek hak tanggungan menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah Negara. Salah satu fasilitas kredit yang saat ini diminati calon debitur adalah fasilitas kredit dalam bentuk pengalihan hutang. Pengalihan hutang dapat berupa pengalihan hutang antar bank maupun pengalihan hutang antar debitur di satu bank saja. Pengalihan hutang merupakan sebuah tindakan pengalihan sebuah properti kepada pihak lain yang dilakukan secara sah berdasarkan sebuah perjanjian yang berlaku di bawah aturan hukum tertentu. Biasanya, pengalihan hutang antar bank terjadi salah satu alasannya akibat penawaran suku bunga yang lebih rendah oleh bank lainnya sehingga calon debitur 1. Agus Yudha Hernoko, 1998, Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Penunjang Kegiatan Perkreditan Perbankan Nasional, Tesis Pascasarjana UNAIR, Surabaya, hlm.7

3 tertarik untuk mengajukan kredit baru dan mengalihkan kredit lamanya ke bank yang baru. Dalam hal pengalihan hutang antar bank, melalui Notaris/PPAT rekanannya, calon kreditur baru mempergunakan SKMHT untuk melakukan pengikatan kredit atas nama debitur guna pencairan kredit ke rekening debitur, kemudian uang itu untuk melunasi sisa hutang debitur yang terdapat di kreditur awal. Mengingat pinjaman debitur di kreditur lama belum lunas, maka sertifikat jaminan masih dipegang kreditur lama. Sebelum penandatanganan pengikatan kredit atas debitur, dibutuhkan sertifikat jaminan untuk melakukan pengecekan sertifikat di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru atau kantor Pertanahan setempat dimana objek hak atas tanah berada. Berhubung sertifikat jaminan tidak diperkenankan untuk dipinjam guna pengecekan sertifikat tersebut, kreditur baru hanya memiliki fotokopi sertifikat atas nama debitur. Hal ini dianggap tidak aman bagi kreditur baru karena kreditur baru memerlukan kepastian akan benar atau tidak jaminan yang terdapat di kreditur awal tersebut atas nama debitur, apakah informasi dari fotocopy sertifikat dianggap cukup valid sehingga kreditur baru berani memberikan persetujuan kredit ke debitur. SKMHT seringkali digunakan oleh kreditor (bank) dalam pengikatan Hak Tanggungan, jadi tidak langsung membebankan objek Hak Tanggungan yang menjadi agunan kredit. Pihak kreditor hanya meminta (menguasai)

4 SKMHT saja untuk mengikat objek jaminan berupa tanah untuk memenuhi piutang kreditor apabila debitor wanprestasi maupun pailit. 2 Dalam pengikatan jaminan dalam bentuk sertifikat tanah, bank memerlukan bantuan dari pihak Notaris ataupun Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Secara kewenangan antara Notaris dan PPAT sama-sama memiliki kewenangan membuat akta otentik. Salah satu dokumen otentik yang dapat dibuat Notaris maupun PPAT dalam pengikatan jaminan adalah Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Namun, banyak terdapat perdebatan yang menyatakan bahwa Notaris tidak berwenang dalam membuat SKMHT. Pasal 15 ayat (1) dapat diartikan bahwa SKMHT dapat dibuat dengan akta Notaris atau dengan akta PPAT. Kedua Pejabat Umum tersebut dalam membuat akta memiliki peraturannya masing-masing, dimana Notaris diatur dalam Pasal 38 Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004 (UUJN), sedangkan PPAT diatur dalam Pasal 96 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 8 Tahun 2012 (Perkaban). Pada prakteknya untuk memenuhi syarat pendaftaran Hak Tanggungan dan tidak ditolaknya SKMHT yang dibuat oleh Notaris/PPAT di kantor Pertanahan, pihak Notaris/PPAT melaksanakan ketentuan yang salah dimana SKMHT yang dibuat dengan akta Notaris namun ketentuan pembuatan aktanya tunduk pada Pasal 96 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 8 Tahun 2012 (Perkaban). Seharusnya SKMHT yang dibuat dengan akta Notaris wajib berdasarkan 2. Sutan Remy Sjahdeini, 1999, Hak tanggungan Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai Undang- Undang Hak tanggungan), Alumni, Bandung,, hal. 117

5 Pasal 38 Undang-Undang Jabatan Notarus bukan berdasarkan Pasal 96 ayat (1) PERKABAN yang seyoganya ini merupakan peraturan bagi PPAT. SKMHT merupakan akta yang bersifat pemberian kuasa oleh pemilik tanah/bangunan kepada kreditur untuk melakukan pembebanan hak tanggungan atas tanah/bangunan yang dijadikan jaminan utang. Pada dasarnya SKMHT bukanlah pengikatan jaminan, tetapi hanya sekedar kuasa untuk membebankan hak tanggungan dan karenanya kreditur belum mendapatkan hak-hak yang seluas-luasnya. Pengalihan hutang merupakan suatu istilah dalam duni bisnis perbankan yang dipakai dalam hal pihak ketiga memberi kredit kepada debitur yang bertujuan untuk melunasi hutang debitur kepada kreditur awal dan memberikan kredit baru kepada kreditur sehingga kedudukan pihak ketiga menggantikan kedudukan kreditur awal. 3 Proses pengalihan hutang secara sederhana adalah bank akan menganalisa kredit dan menilai jaminan. Proses pengalihan hutang layaknya sama dengan proses kredit baru, bedanya bank akan mengecek kembali dokumen terkini yang diberikan debitur. Pada pengalihan hutang ini, mengingat pinjaman debitur kepada kreditur lama belum lunas, maka semua dokumen seperti sertifikat, izin memberikan bangunan (IMB) masih dipegang oleh kreditur lama dan sementara itu kreditur baru membutuhkan dokumen tersebut guna pengecekan sertifikat di kantor Pertanahan. Pengecekan sertifikat dilakukan dengan memohonkan kepada kantor Pertanahan untuk mengeluarkan Surat 3. Rachmat Firdaus, 1986, Manageman Kredit Bank, PT. Purna Sarana Lingga Utama, Bandung, hlm. 16

6 Keterangan Pendaftaran Tanah (untuk selanjutnya disebut SKPT). Berdasarkan SKPT inilah kreditur baru berani untuk menyetujui pencairan kredit atas debitur untuk melunasi hutang debitur kepada kreditur lama. Proses terakhir dalam pengalihan hutang ini adalah pelunasan hutang kepada kreditur lama agar sertifikat bisa diambil di kreditur lama. Pada Pengalihan hutang, bank selaku kreditur baru belum memegang sertifikat tanah dan bangunan yang dijadikan jaminan ketika kredit dicairkan ke rekening debitur. Debitur dan kreditur baru dalam hal ini hanya dapat menandatangani Perjanjian Kredit dan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dapat menimbulkan resiko bagi kreditur baru. Dengan penandatanganan SKMHT diawal pengikatan, hakikatnya jaminan sudah menjadi milik pihak kreditur baru mengakibatkan belum adanya kepastian hukum terkait perpindahan objek jaminan dari kreditur lama kepada kreditur baru. Terhadap Akta Pemberian Hak Tanggungan (untuk selanjutnya disebut APHT) belum dapat dilaksanakan karena objek jaminan masih terdaftar atas nama kreditur lama dan harus melalui proses penghapusan hak tanggungan atas nama kreditur lama terlebih dahulu. Seperti yang diketahui, pada saat pelunasan dan pencairan kredit, sertifikat jaminan masih belum diterima dan sebagai langkah selanjutnya yang bisa dilakukan untuk memperkuat atau jaminan tambahan kepada kreditur baru adalah dengan melakukan penandatanganan SKMHT. Berdasarkan uraian latar belakang diatas untuk itu penulis tertarik mengambil judul tesis sebagai berikut PEMBUATAN SURAT KUASA

7 MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) PADA PENGALIHAN HUTANG KREDIT DI PT. BRI AGRONIAGA, Tbk CABANG PEKANBARU.