BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari. Nyeri merupakan sifat yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi yang bersangkutan, tetapi disisi lain nyeri juga menunjukan suatu manfaat. Nyeri bukan hanya modalitas sensori tetapi juga merupakan suatu pengalaman (Latief, 2001). Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (nonnoksius, epikritik) misalnya sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan. Nyeri dapat dirasakan/terjadi secara akut, dapat pula dirasakan secara kronik oleh penderita. Nyeri akut akan disertai hiperaktivitas saraf otonom dan umumnya mereda dan hilang sesuai laju proses penyembuhan. Pemahaman tentang patofisiologi terjadinya nyeri sangatlah penting sebagai landasan menanggulangi nyeri yang diderita oleh penderita. Bila pengelolaan nyeri dan penyebab nyeri akut tidak dilaksanakan dengan baik, nyeri itu dapat berkembang menjadi nyeri kronik (Latief, 2001). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan status perekonomian yang masih terbilang belum seimbang sehingga mengakibatkan masyarakat sulit mencari mata pencaharian yang akhirnya
membawa masyarakat berusaha keras bekerja memenuhi kebutuhan hingga mereka terkadang melupakan arti kesehatan. Tanpa disadari salah satu bagian dari hal kesehatan yang sering diabaikan adalah pencernaan, di mana bukan hanya terpenuhi kebutuhan makanan saja akan tetapi yang seharusnya juga diperhatikan adalah bagaimana proses metabolik berlangsung dengan baik. Pencernaan sendiri merupakan sebuah proses metabolism di mana suatu mahkluk hidup memproses sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat tersebut menjadi nutrisi. Akan tetapi, apabila proses ini terjadi perubahan, maka akan terjadi gangguan pencernaan yang salah satunya adalah obstruksi usus serta hernia (Karis, 2008). Hernia banyak diderita di kalangan masyarakat, biasanya pada pekerja berat, kemudian pada orang yang rutin melakukan olahraga angkat besi tetapi tidak menutup kemungkinan di derita oleh orang yang bekerja di perkantoran. Selain itu, kebiasaan seseorang yang selalu mengejan saat buang air besar, bahkan pada orang yang mengalami batuk kronis, serta pada lanjut usia. Walaupun nilai penyakit hernia di negara ini terbilang kecil seharusnya hal ini segera ditangani sedini mungkin. Bila di diamkan dan bertambah parah serta tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kematian. Hernia sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan (Hsun, 2007). Di Indonesia pasien hernia sering kali datang dalam keadaan terlambat karena banyak orang tidak mengetahui, mungkin juga biayanya
mahal. Padahal itu merupakan yang upnormal saja. Upnormal bukan karena suatu organic disease tetapi suatu kelainan anatomi, bukan organ yang upnormal, tetapi anatomi ada lubang yang besar, sehingga kelainan itu menonjol. Oleh karena adanya perubahan anatomi ditubuh maka salah satunya jalan harus dilakukan pengobatan dengan bedah (http://www.idionline.org/kelly/2005/artikel). Insidens hernia inguinalis kemungkinan terjadi pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20 25 % dan bilateral 15 %. Insidens inguinalis pada orang dewasa kira kira 2 % umumnya terapi operatif merupakan terapi satu satunya yang rasional. Usia lanjut tidak merupakan kontra indikasi operasi efektif (Syamsuhidayat, 2001). Adapun insiden hernia yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 sekitar 700.000 operasi hernia yang dilakukan tiap tahunnya. Indirek inguinalis hernia di sisi kanan, adalah tipe hernia yang paling banyak dijumpai pria dan wanita, sekitar 25% pria dan 2% wanita mengalami hernia inguinalis. Sedangkan hernia femoralis hanya dijumpai pada 3% kasus (FKUI, 2008). Dari hasil data buku rekam medik pasien di ruang edelwais RSUD. Banyumas pada tahun 2012 dari bulan Januari - Juli didapat ada 945 pasien yang dirawat di ruangan tersebut dengan berbagai macam jenis penyakit. Pasien yang di rawat di ruang edelwais dengan penyakit hernia berjumlah 104 pasien.
Berdasarkan permasalahan diatas dapat diambil garis besar bahwa penyakit hernia memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mencoba menelaah dan membahas lebih lanjut mengenai permasalahan yang terjadi dengan judul NYERI AKUT PADA TN. M DENGAN POST HERNIOPLASTY HARI KE-2 ET CAUSA HERNIA INGUINALIS DUPLEX DI RUANG EDELWAIS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Menggambarkan hasil kelolaan penulis pada NYERI AKUT PADA TN. M DENGAN POST HERNIOPLASTY HARI KE-2 ET CAUSA HERNIA INGUINALIS DUPLEX DI RUANG EDELWAIS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS. 2. Tujuan Khusus a. Memberikan informasi pasien melalui pengkajian secara komprehensif. b. Mengkaji nyeri pada Tn. M dengan post hernioplasty. c. Merumuskan masalah keperawatan sesuai pengelompokkan data yang diperoleh pada Tn. M dengan Nyeri akut d. Menentukan rencana tindakan untuk mengatasi masalah keperawatan pada Tn. M, khususnya dengan nyeri akut. e. Melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M terkait masalah keperawatan utama dengan hernia inguinalis duplex.
C. Pengumpulan Data Adapun metode penulisan yang digunakan yaitu : 1. Observasi-partisipasi Selain menggunakan wawancara, penulis juga memakai cara pengamatan langsung segala kegiatan yang dilakukan di ruangan serta mengetahui keadaan klien selama perawatan. Pemeriksaan fisik secara umum yaitu : pengkajian secara menyeluruh tentang semua system tubuh yang meliputi pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 2. Wawancara Mengadakan wawancara dengan melibatkan pihak yang berkompeten seperti ; pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya untuk memperoleh data yang diperlukan. 3. Studi Literatur Dengan mempelajari buku buku tentang penyakit hernia inguinalis di perpustakaan dan internet. 4. Studi dokumentasi Mempelajari status pasien dan catatan medik atau studi dokumentasi. D. Tempat dan waktu Asuhan keperawatan pada Tn. M dengan Hernia Inguinalis Duplex ini dilakukan di Ruang Edelwais RSUD Banyumas.
E. Manfaat Penulisan Berdasarkan hasil laporan kasus ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus hernia inguinalis dengan prioritas masalah nyeri akut. Selain itu juga bisa menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan. F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan, sistematika penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah : BAB I : Pendahuluan yang terdiri atas : Latar belakang, Tujuan Penulisan, Metode penulisan, Manfaat penulisan dan Sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan pustaka yang terdiri dari Konsep Medik dan Konsep Dasar Keperawatan. Dalam Konsep Medik diuraikan : Definisi nyeri dan hernia, Etiologi, Klasifikasi Hernia, Anatomi dan Fisiologi, Patifisiologi, Manifestasi Klinik, Komplikasi, Test Diagnostik dan Penatalaksanaan. Dan dalam Konsep Dasar Keperawatan diuraikan : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi dan evaluasi. BAB III : Laporan kasus yang menguraikan tentang tinjauan kasus. BAB IV : Pembahasan kasus yang menguraikan pembahasan kasus BAB V : Kesimpulan dan saran yang menguraikan mengenai kesimpulan dan saran.