2016 PRODUKSI METIL ESTER (BIODIESEL) DARI BAHAN BAKU BIJI SAGA POHON

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) Dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa L)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan berbagai negara di dunia pada saat ini. Beberapa tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nabati lebih dari 5 %. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH RASIO REAKTAN DAN JUMLAH KATALIS TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN METIL ESTER DARI PALM FATTY ACID DISTILLATE (PFAD)

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi bahan bakar minyak tahun 2005 (juta liter) (Wahyudi, 2006)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia telah menjadi pengimpor minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO)

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

Oleh: Nufi Dini Masfufah Ajeng Nina Rizqi

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah produksi, konsumsi dan impor bahan bakar minyak di Indonesia [1]

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak awal Januari 2009 ini Pertamina semakin memperluas jaringan SPBU yang

DAFTAR PUSTAKA. Balley, A.E. (1945). Industrial oil and Fat Products. Internasional science Publ. New York

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BABI. bio-diesel.

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi Oktober Suplemen Pertanian (MSI 58).indd1 1 28/09/ :21:09

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari

OPTIMASI TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MENGGUNAKAN CAMPURAN MINYAK KELAPA SAWIT DAN MINYAK JARAK DENGAN TEKNIK ULTRASONIK PADA FREKUENSI 28 khz

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

EKA DIAN SARI / FTI / TK

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami fluktuasi harga seiring menipisnya persediaan minyak dunia. Bila hal

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

I. PENDAHULUAN. Dibagi menjadi: biofuel (5%), panas bumi (5%), biomasa nuklir, tenaga air dan tenaga angin (5%), batu bara cair (2%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

APLIKASI PENGGUNAAN BIODIESEL ( B15 ) PADA MOTOR DIESEL TIPE RD-65 MENGGUNAKAN BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0,6 %

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, meningkatnya kegiatan Industri dan jumlah penduduknya, maka

SKRIPSI. KANDUNGAN ASAM LEMAK PADA GINSENG JAWA (Talinum paniculatum) SERTA TINGKAT KONVERSINYA MENJADI BIODIESEL

KEMIRI SUNAN. (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produksi perikanan laut Indonesia dari tahun ke tahun semakin

Tatang H. Soerawidaja

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET DENGAN PENGUJIAN MENGGUNAKAN MESIN DIESEL (ENGINE TEST BED)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BERBAHAN BAKAR SOLAR DENGAN BIODIESEL (CPO) CAMPURAN B 25 DAN B - 35

TINJAUAN TERHADAP PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK GORENG CURAH DENGAN METODE GELOMBANG ULTRASONIK DAN MICROWAVE

III. METODOLOGI PENELITIAN

MODIFIKASI PROSES IN-SITU DUA TAHAP UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI LOGO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi untuk berbagai keperluan seperti untuk industri, transportasi dan rumah tangga di hampir semua negara sepenuhnya bergantung pada bahan bakar fosil khususnya minyak bumi (Krause, 2001). Termasuk di Indonesia, data dari departemen ESDM menyebutkan bahwa produksi minyak di Indonesia saat ini per tahunnya sebesar 55 juta ton. Sedangkan cadangan minyak Indonesia saat ini hanya tersisa 3,7 miliar barel. Dengan kuota tersebut maka persediaan minyak akan habis dalam 11 tahun mendatang (Deny,2015). Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia yang semula adalah salah satu pengekspor BBM, kini menjadi negara pengimpor BBM sejak tahun 2000. Kebutuhan akan sumber energi semakin mendesak dengan bertambahnya populasi penduduk serta berkembangnya industri. Berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi 52,5 % pemakaian energi di Indonesia, sedangkan penggunaan energi terbarukan hanya sekitar 0,2% dari total penggunaan energi. Mengingat minyak sangat berperan dalam transportasi dan industri, maka penyediaan minyak di masa mendatang sulit untuk dihitung dan harus dipenuhi. Peningkatan kebutuhan energi yang semakin pesat dan ketersediaan minyak bumi yang semakin menipis menyebabkan perhatian saat ini ditujukan untuk mencari sumber energi yang tidak bergantung sepenuhnya pada fosil karena proses pembentukan fosil yang memakan waktu cukup lama. Oleh karena itu, pemanfaatan energi terbarukan seperti pemakaian bahan bakar nabati diharapkan dapat mengurangi atau mensubstitusi sekitar 40% atau 22 juta kilo liter kebutuhan BBM nasional yang sampai saat ini masih harus dipenuhi dengan cara mengimpor. Dalam upaya untuk mencari pengganti maka untuk itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan PP No: 5 Tahun 2006 tentang kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan 1

2 sumber energi alternatif sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak. Salah satu contoh bahan bakar berbasis nabati adalah biodiesel. Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM untuk motor diesel. Secara umum biodiesel lebih baik karena ramah lingkungan dan bahan bakunya terbarukan. Selain itu, mesin atau alat yang menggunakan biodiesel tidak perlu dimodifikasi. Penggunaan biodiesel juga lebih hemat, satu liter minyak solar dapat mencapai 9,76 km, sedangkan biodiesel dapat mencapai 10,14 km (Prihandana dkk, 2006). Pada tahun 2005 di Jakarta telah dilaksanakan sosialisasi bahan bakar alternatif (B10), namun pemakaian bahan bakar ini masih sebesar 2% (Roadmap energi Departemen-ESDM, 2004). Harapan ke depan biodiesel dapat diaplikasikan dalam 100% (B100) sehingga penelitian tentang biodiesel masih terus dikembangkan sampai saat ini. Indonesia memiliki berbagai tanaman penghasil minyak nabati yang berpotensi sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Dari hasil pertanian di Indonesia total tanaman sumber penghasil minyak nabati lebih dari 50 jenis, meliputi kelapa sawit, kemiri, jarak,,nyamplung, karet dan kapuk (Kuncahyo, 2013) Biodiesel diperoleh dari reaksi transesterifikasi minyak nabati dengan alkohol menggunakan katalis basa pada suhu dan komposisi tertentu sehingga dihasilkan alkil ester (biodiesel) dan gliserol. Beberapa hasil penelitian mengenai produksi biodiesel dengan menggunakan minyak nabati diantaranya yaitu Prihanto, dkk (2013) memproduksi biodiesel dari minyak biji nyamplung menghasilkan randemen biodiesel sebesar 92,98% dengan kadar metil ester 99,61%. Hasil tersebut diperoleh dari proses transesterifikasi 2 tahap dengan rasio molar minyak : metanol 1:8, suhu 60 o C dan KOH 1,25% dari berat minyak. Penelitian yang dilakukan oleh Satriadi, dkk (2014) dari minyak kelapa sawit menghasilkan randemen biodiesel sebesar 83,12%. Hasil tersebut diperoleh dari proses transesterifikasi dengan rasio volum minyak : metanol 1:0,25, suhu 60 o C dan KOH 1% dari berat minyak. Penelitian lain dilakukan oleh Gusri (2007) memproduksi biodiesel dari minyak biji kemiri menghasilkan randemen biodiesel sebesar 90,96%. Hasil tersebut diperoleh dari proses transesterifikasi dengan rasio molar minyak : metanol 1:9, suhu 60

3 o C dan KOH 1% dari berat minyak.. Pada penelitian Hasahatan (2012) memproduksi biodiesel dari minyak jarak menghasilkan randemen biodiesel sebesar 92,06%. Hasil tersebut diperoleh dari proses esterifikasi dengan rasio molar minyak : metanol 1:1,5, suhu 60 o C dan katalis H 2 SO 4 1% dari berat minyak. Dan pada penelitian Frederic (2013) dari minyak biji kapok menghasilkan randemen sebesar 97,22%. Hasil tersebut diperoleh dari proses transesterifikasi 2 tahap dengan rasio molar minyak : metanol 1:5, suhu 80 o C dan KOH 1% dari berat minyak. Penggunaan minyak kelapa sawit dan kemiri yang merupakan minyak tanaman pangan jika digunakan sebagai sumber energi alternatif atau biodiesel maka akan berkompetisi dengan kebutuhan pangan manusia. Oleh karena itu kurang efektif jika diproduksi dalam skala besar karena menimbulkan persaingan kebutuhan minyak pangan dan minyak sebagai sumber energi (Sukmana dan Purwanti, 2011). Sedangkan penggunaan biji jarak, biji kapok dan biji nyamplung yang bukan merupakan bahan pangan sebagai bahan baku biodiesel juga memiliki kelemahan yaitu produktifitas biji yang rendah sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan bahan baku biodiesel tersebut. Sehingga masih perlu dicari bahan baku minyak nabati yang bukan merupakan bahan pangan serta memiliki produktifitas biji yang tinggi. Minyak saga (Adenthera Pavonina menjadi alternatif bahan baku minyak nabati yang akan dijadikan biodiesel karena meskipun dapat dijadikan bahan pangan tetapi sangat sedikit yang memanfaatkan dan mengolah biji saga menjadi bahan pangan sehingga penggunaannya tidak akan berkompetesi dengan kebutuhan pangan manusia. Selain itu produktifitas biji saga cukup tinggi yaitu 10-15 kilogram per pohon per tahun (Lukman,1982) atau sangat jauh dibandingkan dengan biji pohon jarak pagar ±5 kilogram per pohon per tahun (Hartono,2006). Pohon saga banyak ditemukan di pinggir jalan jalan besar sebagai pohon peneduh. Tim Pengembangan ESDM (2008) menyatakan bahwa saga memiliki potensi yang cukup menjanjikan sebagai biodiesel diantaranya karena daging biji saga yang mengandung 14-28% minyak yang tergolong non pangan. Menurut Lembaga Kimia Nasioal (1983) biji saga (Adenanthera pavonina L.)

4 memiliki komposisi asam lemak tidak jenuh (82,24%) yang lebih tinggi dari asam lemak jenuh (17,76%) sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai sumber energi terbarukan (biodiesel). Berdasarkan laporan tersebut dapat diperkirakan bahwa minyak saga dapat digunakan sebagai bahan baku minyak nabati yang potensial dalam produksi biodiesel. Untuk memperoleh bahan baku biodiesel dari minyak biji saga dilakukan dengan proses ekstraksi serta pada tahap produksi biodiesel menggunakan reaksi transesterifikasi. Untuk mengetahui berapa banyak minyak saga yang dapat dikonversi menjadi bodiesel maka perlu dilakukan penelitian mulai dari tahap proses pengolahan bahan baku sampai pada tahap produksi biodiesel. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan di atas, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut, 1. Bagaimana kondisi preparasi optimum dalam produksi metil ester (biodiesel) dengan bahan baku biji saga pohon? 2. Berapa randemen dan kadar metil ester (biodiesel) yang diperoleh dari produksi metil ester (biodiesel) dengan bahan baku biji saga (Adenthera Pavonina? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut, 1. Untuk mengetahui kondisi preparasi optimum dalam produksi metil ester (biodiesel) dengan bahan baku biji saga. 2. Untuk mengetahui randemen dan kadar metil ester (biodiesel) yang diperoleh dari produksi metil ester (biodiesel) dengan bahan baku biji saga (Adenthera Pavonina.

5 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan tidak hanya dapat dirasakan oleh peneliti, melainkan dapat bermanfaat pula untuk para produsen biodiesel, diantaranya: 1. Memberikan kontribusi yang baik terhadap masalah bahan bakar di Indonesia 2. Berperan serta dalam perkembangan industri biodiesel 3. Mengetahui potensi biji saga pohon sebagai bahan baku dalam produksi biodiesel