BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

II. TINJAUAN TEORITIS

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

CATATAN HASIL KEGIATAN KESATUAN GERAK PKK-KB-KESEHATAN 2011 I. PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK)

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

CATATAN HASIL KEGIATAN KESATUAN GERAK PKK-KKB-KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah/madrasah di setiap sekolah/madrasah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN KARAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Profil Sanitasi Wilayah

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 37 SERI E

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014

Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) UKS Dokter Kecil. Puskesmas Kijang Tahun Anggaran : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

Transkripsi:

SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia, sehingga pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan penduduk yang hidup dalam lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata ; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat serta menciptakan lingkungan sehat di Kabupaten Purbalingga, maka perlu mengatur Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Peraturan Bupati; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Penyelenggaraan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 388); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 30); 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/ PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 755); 10. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 35 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Di Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 35); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Purbalingga. 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin Pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Purbalingga. 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. 5. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. 6. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. 7. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 8. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang selanjutnya disingkat PHBS, adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. 9. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga yang selanjutnya disebut PHBS Rumah Tangga, adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS serta berperan aktif dalam merubah perilaku di masyarakat. 10. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Institusi Pendidikan yang selanjutnya disebut PHBS Institusi Pendidikan, adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah yang sehat. 11. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tempat Kerja yang selanjutnya disebut PHBS Tempat Kerja, adalah upaya untuk memberdayakan pemimpin/pengelola/ pekerja dan masyarakat lingkungan tempat kerja agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja yang sehat. 12. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tempat-Tempat Umum yang selanjutnya disebut PHBS Tempat-Tempat Umum, adalah upaya untuk memberdayakan pemimpin/pengelola/pengunjung agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang sehat. 13. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat fasilitasi pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut PHBS fasilitasi pelayanan Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan petugas dan pengunjung institusi kesehatan agar tahu, mau dan Mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan institusi kesehatan yang sehat. 14. Fasilitasi pelayanan Kesehatan adalah Rumah Sakit Umum Daerah, Rumah Bersalin, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, Dokter SP.OG praktek swasta dan Bidan Praktek Swasta. 15. Institusi Pendidikan adalah Gedung/kawasan yang dimanfaatkan untuk kegiatan belajar dan mengajar yaitu TK/RA/BA, SD/MI, SMP/ MTs, SMA/SMK/MA. 16. Tempat Kerja adalah ruangan tertutup dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha baik Pemerintah maupun swasta.

17. Tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh Pemerintah, swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat 18. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif, adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. 19. Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. 20. Jamban Sehat adalah suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. 21. Pemberantasan Sarang Nyamuk yang selanjutnya disingkat PSN, adalah kegiatan untuk memberantas tempat perkembang biakan nyamuk yang bertujuan memutus siklus hidup nyamuk. 22. Warga Sekolah adalah masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi guru, peserta didik, karyawan sekolah, Komite Sekolah (orang tua murid). 23. Jajanan Sehat adalah jajanan yang bersih, aman, sehat, bergizi dan tidak mengandung zat-zat berbahaya. 24. Kantin Sehat adalah suatu ruang atau bangunan yang berada di sekolah yang menyediakan makanan sehat untuk siswa yang dilayani oleh petugas kantin. 25. Tempat Sampah, adalah tempat untuk menampung sampah secara sementara, yang biasanya terbuat dari logam atau plastik. 26. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan Berat Badan ideal. 27. Sarana air bersih adalah segala sesuatu yang dipakai untuk memperoleh air bersih, seperti sumur gali, air PDAM, air pompa, sumur terlindung. 28. Rumah tangga adalah wahana atau wadah yang terdiri dari bapak, ibu dan anakanaknya serta anggota lainnya dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari. 29. Derajat Kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan. 30. Derajat Kesehatan Keluarga dan Masyarakat yang Optimal, adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. 31. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat. 32. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang telah memiliki ijazah dan atau sertifikasi melalui pendidikan dan atau pelatihan dibidang kesehatan yang mengabdikan diri dibidang kesehatan sesuai keahlian dan kompetensi yang dimiliki, jenis tenaga tertentu memerlukan izin untuk melakukan pelayanan kesehatan. BAB II RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN PHBS Pasal 2 Penyelenggaraan PHBS terdiri dari : a. maksud, tujuan dan sasaran PHBS; b. pelaksana PHBS; c. tatanan dan indikator PHBS; d. penerapan PHBS : e. pengumpulan Data PHBS;

f. penilaian, penentuan strata tatanan PHBS, dan penggunaan simbol warna strata PHBS; g. peran serta masyarakat; h. pembinaan dan Pengawasan. BAB III MAKSUD TUJUAN DAN SASARAN Bagian Kesatu Maksud Pasal 3 Penyelenggaraan PHBS dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan sehingga akan meningkatkan kualitas hidup setiap anggota keluarga dan masyarakat. Bagian Kedua Tujuan dan Sasaran Pasal 4 (1) Penyelenggaraan PHBS mempunyai tujuan meningkatkan pemahaman, kesadaran, keamauan dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup agar: a. meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat; b. menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat; c. menurunkan angka kesakitan dan kematian ; d. meningkatkan umur harapan hidup. (2) Sasaran PHBS meliputi : 1. Sasaran Primer paling sedikit meliputi; a. seluruh anggota rumah tangga, yang meliputi pasangan usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak. b. seluruh warga institusi pendidikan, yang meliputi siswa, guru dan karyawan. c. seluruh karyawan di tempat kerja. d. seluruh pengelola dan masyarakat pengguna tempat-tempat umum. e. seluruh karyawan dan masyarakat yang menggunakan fasilitas kesehatan, dan f. masyarakat. 2. Sasaran Sekunder paling sedikit meliputi seluruh anggota rumah tangga yang meliputi suami ibu hamil, suami ibu menyusui, orang tua anak dan remaja, orang tua siswa, pengusaha. 3. Sasaran Tersier yaitu pemangku kepentingan dan kebijakan. (3) Setiap sasaran PHBS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diwajibkan untuk melaksanakan PHBS.

BAB IV PELAKSANA, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB Bagian Kesatu Pelaksana Pasal 5 (1) Pelaksana PHBS paling sedikit meliputi Pemerintah Daerah, Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, anggota rumah tangga, Pengelola institusi Pendidikan, Pengelola tempat kerja, pengelola tempat-tempat umum, Pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, Lintas sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Masyarakat, Dunia usaha/swasta dan masyarakat. (2) Pelaksana PHBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban : a. menyediakan sarana prasarana pendukung PHBS; b. memfasilitasi penyelenggaraan PHBS; c. pembinaan pengawasan serta pengorganisasian internal di lingkungan masyarakat pelaksana PHBS. Bagian Kedua Wewenang dan Tanggung jawab Pasal 6 (1) Wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Daerah meliputi : a. menetapkan kebijakan daerah penyelenggaraan PHBS ; b. menetapkan kebijakan pengalokasian anggaran penyelenggaraan PHBS; c. membentuk Kelompok Kerja (Pokja) penyelenggaraan PHBS di daerah; d. memberikan bantuan teknis dalam penyelenggaraan PHBS di daerah. e. mengelola data tingkat kabupaten; f. menentukan strata PHBS tingkat kabupaten; g. menyelenggarakan Lomba PHBS di tatanan Rumah Tangga, Tatanan institusi pendidikan, Tatanan tempat kerja, Tatanan Tempat-Tempat Umum dan Tatanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan; (2). Wewenang dan tanggungjawab Tim Penggerak PKK sebagai berikut : a. mengeluarkan kebijakan tentang Pembinaan PHBS yang ditindaklanjuti oleh Tim Penggerak PKK di seluruh Kecamatan dan Desa/Kelurahan; b. sosialisasi pembinaan PHBS pada Tim Penggerak PKK Kecamatan; c. melatih Tim Penggerak PKK Kecamatan tentang pembinaan PHBS; d. memantau kemajuan pelaksanaan PHBS dan pencapainnya. (3) Wewenang dan tanggungjawab Anggota rumah tangga, pengelola institusi pendidikan, pengelola tempat kerja, pengelola Tempat-Tempat Umum (TTU) dan pengelola fasilitas pelayanan kesehatan sebagai berikut: a. menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari; b. mengajak anggota lain untuk ber-phbs melalui kelompok; c. ikut berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat terkait PHBS seperti posyandu, pemberantasan sarang nyamuk dan sebagainya; d. menjadi kader untuk membudayakan PHBS di masyarakat bekerja sama dengan Tim di desa melalui penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa. (4) Wewenang dan tanggungjawab Lintas Sektor, Dunia Usaha/Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi masyarakat dan masyarakat meliputi: a. mendukung pelaksanaan pengembangan PHBS; b. menggerakan masyarakat untuk mendukung PHBS; c. menciptakan opini masyarakat yang mendukung PHBS; d. mengupayakan kegiatan untuk pengembangan PHBS;

e. menyusun rencana pelaksanaan dan pemantauan kegiatan yang terintegrasi dengan pengembangan PHBS; f. memfasilitasi kegiatan promosi kesehatan di rumah tangga. BAB V TATANAN DAN INDIKATOR PHBS Pasal 7 Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat meliputi : a. PHBS Tatanan Rumah Tangga; b. PHBS Tatanan Institusi Pendidikan; c. PHBS Tatanan di Tempat Kerja; d. PHBS Tatanan di Tempat-tempat Umum; e. PHBS Tatanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pasal 8 (1) Indikator PHBS di Tatanan Rumah tangga paling sedikit meliputi : a. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan; b. pemeriksaan kehamilan minimal 4 (empat) kali (K4) c. memberikan ASI Ekslusif pada bayi; d. menimbang balita minimal 8 (delapan) kali setahun; e. mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang; f. menggunakan air bersih; g. menggunakan jamban sehat; h. membuang sampah pada tempatnya; i. menggunakan lantai rumah kedap air; j. melakukan aktivitas fisik/berolahraga setiap hari; k. tidak merokok; l. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; m. menggosok gigi; n. tidak menyalahgunakan minuman keras/narkotika dan obat-obatan terlarang, o. kepesertaan dalam JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). p. pemberantasan sarang nyamuk. (2) Indikator tatanan PHBS di Institusi Pendidikan paling sedikit meliputi : a. menggunakan air bersih; b. menggunakan jamban sehat; c. membuang sampah pada tempatnya; d. cuci tangan pakai sabun; e. mengkonsumsi makanan/jajanan sehat; f. melakukan aktifitas fisik/olahraga secara teratur; g. memberantas jentik nyamuk, h. tidak merokok di sekolah; i. menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan; j. kebiasaan memotong dan membersihkan kuku; k. menggosok gigi; l. memakai alas kaki/sepatu; m. pemanfaatan ruang Unit Kesehatan Sekolah di sekolah; n. dokter kecil/kader kesehatan remaja; o. dana sehat sekolah.

(3) Indikator tatanan PHBS di Tempat Kerja paling sedikit meliputi : a. tidak merokok; b. mengkonsumsi makanan sehat; c. berolahraga/aktifitas fisik; d. cuci tangan pakai sabun; e. melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk); f. menggunakan air bersih; g. menggunakan jamban sehat; h. membuang sampah pada tempatnya; i. menggunakan Alat Pelindung Diri (APD); (4) Indikator tatanan PHBS di Tempat-Tempat Umum paling sedikit meliputi : a. tidak merokok; b. menggunakan jamban sehat; c. membuang sampah pada tempatnya; d. menggunakan air bersih; e. tidak meludah sembarangan; f. melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk); (5) Indikator tatanan PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan paling sedikit meliputi: a.menggunakan air bersih; b.menggunakan jamban; c.membuang sampah pada tempatnya; d.tidak merokok; e.tidak meludah sembarangan; f.melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). BAB VI PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT Pasal 9 Sasaran PHBS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) menerapkan PHBS sesuai tatanan dan indikator PHBS. Pasal 10 Pelaksana PHBS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 menerapkan PHBS sesuai tatanan dan indikator PHBS. BAB VII PENGUMPULAN DATA PHBS Pasal 11 (1) Dalam melakukan penilaian dan klasifikasi untuk menentukan strata PHBS, maka dilaksanakan kegiatan pengumpulan data. (2) Kegiatan pengumpulan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pelajar, kader kesehatan, kader PKK Desa/kelurahan, dan masyarakat yang sudah dilatih dengan metode wawancara dan observasi langsung menggunakan formulir Kartu PHBS. (3) Bentuk formulir Kartu PHBS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebagaimana dimaksud dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB VIII PENILAIAN PHBS, PENENTUAN STRATA TATANAN PHBS DAN PENGGUNAAN SIMBOL WARNA STRATA PHBS Bagian Kesatu Penilaian PHBS Pasal 12 (1) Penilaian PHBS dirumuskan berdasarkan pada pemenuhan indikator dalam setiap tatanan PHBS. (2) Apabila terpenuhi satu indikator dalam tatanan PHBS, maka mendapatkan nilai 1 (satu) dan apabila tidak terpenuhi indikator dalam tatanan PHBS mendapatkan nilai nol. (3) Berdasarkan rumusan sebagaimana tercantum pada ayat (1) dapat ditentukan kriteria dan strata tatanan PHBS. Bagian Kedua Penentuan Strata Tatanan PHBS Pasal 13 (1) Strata PHBS di rumah tangga ditetapkan dengan berdasarkan ketentuan sebagai berikut : a. Sehat Pratama, apabila rumah tangga memenuhi kriteria 1-5 indikator PHBS di rumah tangga; b. Sehat Madya, apabila rumah tangga memenuhi kriteria 6-10 indikator PHBS di rumah tangga; c. Sehat Utama, apabila rumah tangga memenuhi kriteria 11-15 indikator PHBS di rumah tangga; d. Sehat Paripurna, apabila di rumah tangga memenuhi kriteria 16 indikator PHBS di rumah tangga. (2) Strata PHBS di institusi pendidikan ditetapkan dengan berdasarkan ketentuan sebagai berikut : a. Sehat Pratama yaitu apabila institusi pendidikan memenuhi kriteria 1-6 indikator PHBS di institusi pendidikan; b. Sehat Madya yaitu apabila institusi pendidikan memenuhi kriteria 7-11 indikator PHBS di institusi pendidikan; c. Sehat Utama yaitu apabila institusi pendidikan memenuhi kriteria 12-14 indikator PHBS di institusi pendidikan; d. Sehat Paripurna yaitu apabila institusi pendidikan memenuhi kriteria 15 indikator PHBS di institusi pendidikan. (3) Strata PHBS di tempat kerja ditetapkan dengan berdasarkan ketentuan sebagai berikut : a. Sehat Pratama yaitu apabila tempat kerja memenuhi kriteria 1-3 indikator PHBS di tempat kerja; b. Sehat Madya yaitu apabila tempat kerja memenuhi kriteria 4-6 indikator PHBS di tempat kerja; c. Sehat Utama yaitu apabila tempat kerja memenuhi kriteria 7-8 indikator PHBS di tempat kerja; d. Sehat Paripurna yaitu apabila tempat kerja memenuhi kriteria 9 indikator PHBS di tempat kerja. (4) Strata PHBS di tempat umum meliputi tempat ibadah, pasar dan angkutan umum ditetapkan dengan berdasarkan ketentuan sebagai berikut : a. Sehat Pratama, apabila tempat ibadah, pasar, dan angkutan umum memenuhi kriteria 1-2 indikator PHBS di tempat ibadah, pasar dan angkutan umum; b. Sehat Madya, apabila tempat ibadah, pasar, dan angkutan umum memenuhi kriteria 3-4 indikator PHBS di tempat ibadah, pasar dan angkutan umum; c. Sehat Utama, apabila tempat ibadah, pasar, dan angkutan umum memenuhi kriteria 5 indikator PHBS di tempat ibadah, pasar dan angkutan umum;

d. Sehat Paripurna, apabila tempat ibadah, pasar,dan angkutan umum memenuhi kriteria 6 indikator PHBS di tempat ibadah, pasar dan angkutan umum. (5) Strata PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan dengan berdasarkan ketentuan sebagai berikut : a. Sehat Pratama, apabila Fasilitas Kesehatan memenuhi kriteria 1-3 indikator PHBS di Fasilitas Kesehatan; b. Sehat Madya, apabila Fasilitas Kesehatan memenuhi kriteria 4-5 indikator PHBS di Fasilitas Kesehatan; c. Sehat Utama, apabila Fasilitas Kesehatan memenuhi kriteria 6-7 indikator PHBS di Fasilitas Kesehatan; d. Sehat Paripurna, apabila Fasilitas Kesehatan memenuhi kriteria 8 indikator PHBS di Fasilitas Kesehatan. Bagian Ketiga Penggunaan Simbol Warna Strata PPHBS Pasal 14 Penggunaan simbol warna pada strata PHBS sebagai berikut : a. Sehat Pratama berwarna merah; b. Sehat Madya berwarna kuning; c. Sehat Utama berwarna hijau; d. Sehat Paripurna berwarna biru. BAB IX PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 15 (1) Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan PHBS beserta sumber dayanya secara aktif dan kreatif. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan melalui: a.turut serta memberikan sumbangan pemikiran dan penyebaran informasi terkait dengan penyelenggaraan PHBS; b.membantu melakukan evaluasi pelaksanaan program penyelenggaraan PHBS; c. pelaku dan pembuat program kegiatan yang mendukung PHBS. BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 16 (1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Penyelenggaraan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. (2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat mendelegasikan kepada Kepala Perangkat Daerah mempunyai tugas pokok, fungsi yang membidangi PHBS. (3) Pendelegasian kewenangan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Purbalingga. Bupati Ditetapkan di Purbalingga pada tanggal 1 Maret 2018 BUPATI PURBALINGGA, ttd T A S D I Diundangkan di Purbalingga pada tanggal 1 Maret 2018 SEKRETARIS DAERAH, ttd WAHYU KONTARDI BERITA DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018 NOMOR 29

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT FORM PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT I. FORM LAMPIRAN KARTU PHBS A. Kartu PHBS Tatanan Rumah Tangga B. Kartu PHBS Tatanan Institusi Pendidikan C. Kartu PHBS Tatanan di Tempat Kerja D. Kartu PHBS Tatanan di Tempat-Tempat Umum meliputi 1. Tempat Ibadah; 2. Pasar; 3. Angkutan Umum. E. Kartu PHBS Tatanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. II. REKAPITULASI HASIL PENDATAAN PHBS A. Rekapitulasi Hasil Pendataan PHBS Tatanan Rumah Tangga di RT; B. Rekapitulasi Hasil Pendataan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa; C. Rekapitulasi Hasil Pendataan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan; D. Rekapitulasi Hasil Pendataan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Kabupaten; E. Rekapitulasi Hasil Pendataan PHBS Tatanan Institusi Pendidikan; F. Rekapitulasi Hasil Pendataan PHBS Tatanan Tempat Kerja G. Rekapitulasi Hasil Pendataan PHBS Tatanan TTU (Tempat Ibadah); H. Rekapitulasi Hasil Pendataan PHBS Tatanan TTU (Pasar) I. Rekapitulasi Hasli Pendataan PHBS Tatanan TTU (Angkutan Umum); J. Rekapitulasi Hasil Pendataan PHBS Tatanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Diundangkan di Purbalingga pada tanggal 1 Maret 2018 BUPATI PURBALINGGA, ttd T A S D I SEKRETARIS DAERAH, ttd WAHYU KONTARDI BERITA DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018 NOMOR 29