BUPATIBANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATIBANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN2019

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

2 pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah/madrasah di setiap sekolah/madrasah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 12 Tahun 2018 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2018 TENTANG

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KOTA LAYAK ANAK

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN TEORITIS

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

Transkripsi:

SALINAN BUPATI BANJARNEGARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATIBANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN2019 TENTANG PEDOMAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATIBANJARNEGARA, Menimbang : a. bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu perwujudan hak asasi manusia yang patut dihargai dan diperjuangkan oleh semua pihak dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; b. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, peran Pemerintah Daerah dalam Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat antara lain menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk penetapan peraturan atau keputusan tentang pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di semua tatanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 Tahun 2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 755); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupatiiniyang dimaksuddengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Banjarnegara. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Banjarnegara. 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang selanjutnya disingkat PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. 6. Pembinaan PHBS adalah upaya untuk menciptakan dan melestarikan perilaku hidup yang berorientasi kepada kebersihan dan kesehatan di masyarakat, agar masyarakat dapat mandiri dalam mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. 7. Pelaksana PHBS adalah pelaku PHBS pada semua tatanan yang melakukan pembinaan. 8. Tatanan adalah suatu tempat dimana manusia secara aktif memanipulasi lingkungan, sehingga menciptakan dan sekaligus juga mengatasi masalah-masalahnya di bidang kesehatan.

9. Rumah Tangga adalah wahana atau wadah yang terdiri dari Bapak, Ibu, dan Anak-anaknya serta anggota lainnya dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari. 10. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga yang selanjutnya disebut TP PKK adalah lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing jenjang pemerintahan untuk terlaksananya program PKK. 11. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh pemerintah desa atau Lurah. 12. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah bagian dari kerja lurah dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh pemerintah desa atau lurah. 13. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut Fasilitas Kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerahdan/atau masyarakat. 14. Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau dimana tenaga kerja bekerja atau melaksanakan pekerjaannya atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha. 15. Tempat-Tempat Umum adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan secara insidentil ataupun terus menerus. 16. Institusi Pendidikan adalah perguruan yang menyelenggarakan pendidikan akademik formal dan non formal. 17. Indikator PHBS adalah suatu alat ukur atau petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan. 18. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait. 19. Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. 20. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (sasaran) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan yang diperkenalkan (aspek practice). 21. Kemitraan adalah jalinan kerjasama antara berbagai sektor dan unsur masyarakat yang terkait dengan PHBS berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan asas manfaat bersama.

BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah untuk memberikan pedoman bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka Pembinaan PHBS di Tatanan Rumah Tangga, Tatanan Institusi Pendidikan, Tatanan Tempat Kerja, Tatanan tempat-tempat umum dan Tatanan Fasilitas Kesehatan sehingga mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari gangguan ancaman penyakit. Pasal 3 Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah untuk : a. meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk melakukan PHBS; b. meningkatkan komitmen pemangku kepentingan di tingkat kabupaten, kecamatan, kelurahan dan desa untuk pembinaan PHBS; c. meningkatkan PHBS di Tatanan Rumah Tangga, Tatanan Institusi Pendidikan, Tatanan Tempat Kerja, Tatanan tempat-tempat umum dan Tatanan Fasilitas Kesehatan; d. meningkatkan peran aktif masyarakat dalam gerakan PHBS; dan e. meningkatkan kemitraan dunia usaha/swasta. BAB III INDIKATOR, SASARAN DAN PELAKSANA PHBS Pasal 4 (1) Indikator PHBS merupakan alat ukur atau petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di semua tatanan kehidupan masyarakat (2) Tatanan kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. tatanan rumah tangga; b. tatanan institusi pendidikan; c. tatanan tempat kerja; d. tatanan tempat umum; dan e. tatanan fasilitas pelayanan kesehatan. (3) Indikator PHBS pada tatanan rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, meliputi : a. memeriksakan kehamilan secara rutin; b. persalinan di fasilitas kesehatan yg memenuhi standar; c. memberikan air susu ibueksklusif; d. menimbang bayi di bawah lima tahun secara teratur; e. membudayakan makan buah dan sayur setiap hari, serta mengkonsumsi keanekaragaman makanan dalam jumlah cukup; f. menggunakan air bersih; g. mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir; h. menggunakan jamban sehat; i. menggunakan lantai kedap air; j. membuang sampah di tempat sampah. k. melakukan pemberantasan sarang nyamuk; l. melakukan aktifitas fisik setiap hari; m. menggosok gigi; n. tidak merokok;

o. tidak menyalahgunaan alkohol, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan p. menjadi peserta jaminan kesehatan nasional. (4) Indikator PHBS pada tatanan institusi pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi : a. mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun; b. mengkonsumsi makanan sehat dan atau menyediakan kantin sehat; c. menggunakan air bersih; d. menggunakan jamban yang bersih dan sehat; e. melakukan olahraga yang teratur dan terukur; f. melakukan pemberantasan sarang nyamuk; g. tidak merokok; h. tidak menyalahgunakan alkohol, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; i. menutup mulut jika batuk; j. periksa kesehatan secara berkala; k. membuang sampah di tempat sampah; l. menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah; dan m. menjaga kebersihan diri. (5) Indikator PHBS pada tatanan tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, meliputi : a. mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun; b. mengkonsumsi makanan dan minuman sehat; c. menggunakan jamban sehat; d. membuang sampah di tempat sampah; e. menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja; f. tidak merokok; g. tidak menyalahgunakan alkohol, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; h. menutup mulut jika batuk; i. melakukan pemberantasan sarang nyamuk; j. melakukan aktifitas fisik dan peregangan; k. memerah air susu ibu bagi ibu menyusui diruang laktasi; dan l. periksa kesehatan secara berkala. (6) Indikator PHBS pada tatanan tempat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, meliputi : a. mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun; b. menggunakan jamban sehat; c. membuang sampah ditempat sampah; d. tidak merokok; e. tidak menyalahgunakan alkohol, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; f. menutup mulut jika batuk; g. melakukan pemberantasan sarang nyamuk; dan h. memerah air susu ibu bagi ibu menyusui di ruang laktasi. (7) Indikator PHBS pada tatanan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, meliputi : a. mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir; b. mengkonsumsi makanan dan minuman sehat; c. menggunakan jamban sehat; d. membuang sampah di tempat sampah; e. menggunakan alat pelindung diri; f. tidak merokok; g. tidak menyalahgunakan alkohol, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; h. menutup mulut jika batuk;

i. melakukan pemberantasan sarang nyamuk; j. memerah air susu ibu bagi ibu menyusui di ruang laktasi; k. periksa kesehatan secara berkala; l. melakukan aktifitas fisik secara teratur; dan m. anak dibawah usia 14 (empat belas) tahun tidak diperbolehkan menjenguk orang sakit. Pasal 5 (1) Sasaran PHBS dalam tatanan kehidupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)meliputi : a. seluruh anggota rumah tangga, yang meliputi pasangan usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak; b. seluruh warga institusi pendidikan, yang meliputi siswa, guru, dan karyawan; c. seluruh karyawan di tempat kerja; d. seluruh pengelola dan masyarakat pengguna tempat-tempat umum; e. seluruh karyawan dan masyarakat yang menggunakan fasilitas kesehatan; dan f. masyarakat. (2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan untuk melaksanakan PHBS. Pasal 6 (1) Pelaksana PHBS adalah Bupati, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Lintas Sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat, Dunia Usaha dan Lintas program. (2) PelaksanaPHBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban : a. menyediakan sarana prasarana pendukung PHBS; dan b. memberikan pembinaan, teguran dan sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar sesuai dengan ketentuan. BAB IV PEMBINAAN PHBS Bagian Kesatu Ruang Lingkup Umum Pasal 7 (1) Pembinaan PHBS dilakukan secara terpadu, berjenjang dan berkesinambungan. (2) Pembinaan PHBS sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan dengan strategi advokasi, bina suasana, penggerakan dan pemberdayaan masyarakat serta kemitraan. (3) Pembinaan PHBS sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.

Bagian Kedua Langkah-Langkah Pembinaan Pasal 8 Pembinaan PHBS dilakukan melalui langkah-langkah : a. melakukan diseminasi informasi PHBS ditingkat Desa/ Kelurahan, Kecamatan, Lintas Program dan Lintas Sektor serta mitra kerja di Tingkat Kabupaten; b. mengarahkan dan memfasilitasi pelaksanaan pengkajian PHBS; c. memfasilitasi proses penyusunan rencana kegiatan PHBS seperti menentukan tujuan, menyusun langkah-langkah kegiatan, pengembangan media; d. membantu proses penilaian PHBS; dan e. monitoring dan evaluasi pelaksanaan PHBS. Bagian Ketiga Peran Pelaku Pembinaan Pasal 9 (1) Bupati melakukan dukungan berupa : a. mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat keputusan, surat edaran atau instruksi tentang pengembangan PHBS; b. mengalokasikan anggaran untuk pengembangan PHBS; dan c. mengkoordinasikan kegiatan pengembangan PHBS. (2) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah melakukan Dukungan berupa : a. mengupayakan ketersediaan anggaran pengembangan PHBS; dan b. memberikan masukan kepada Perangkat Daerah terkait mengenai kinerja program pengembangan PHBS. (3) Lintas Sektor, lembaga Swadaya Masyarakat dan Dunia Usaha melakukan dukungan berupa: a. mendukung pelaksanaan PHBS; b. menggerakan masyarakat untuk melaksankan PHBS; dan c. menciptakan opini masyarakat yang mendukung PHBS. (4) Lintas program melakukan dukungan berupa : a. mengupayakan kegiatan untuk pengembangan PHBS; b. menyusun rencana, pelaksanaan dan pemantauan kegiatan yang terintegrasi dengan pengembangan PHBS; dan c. memfasilitasi kegiatan promosi PHBS. Bagian Keempat Pengumpulan Data PHBS Pasal 10 (1) Pengumpulan data PHBS dilakukan oleh pelajar, kader kesehatan, kader PKK Desa/Kelurahan dan masyarakatyang sudah dilatih di setiap tatanandenganmetodewawancaradanobservasilangsung menggunakan formulir kartu PHBS yang bentuknya diatur lebih lanjut dengan peraturan perangkat daerah yang menangani urusan pemerintahan di bidang kesehatan. (2) Data PHBS digunakan untuk menentukan klasifikasi/strata PHBS. (3) Data strata PHBS direkapitulasi di tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten dengan menggunakan rumus yang sudah ditetapkan. (4) Data PHBS digunakan sebagai bahan pembinaan PHBS lebih lanjut.

BAB V PENGAWASAN PHBS Pasal 11 (1) Bupati melakukan pengawasan PHBS. (2) Dalam melakukan pengawasan PHBS sebagaimana ayat (1) Bupati membentuk Tim Pengawas PHBS yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 12 Setiap orangyangmelanggarketentuan dalam Pasal5 dan dikenakan sanksi administrasi berupa: a. teguranlisan; b. peringatan tertulis; dan/ atau c. sanksi lainnya yang ditetapkan oleh pimpinan pelaksanaphbs. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara. Diundangkan di Banjarnegara pada tanggal 14-1-2019 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA, Cap ttd, INDARTO Ditetapkan di Banjarnegara pada tanggal 14-1-2019 BUPATIBANJARNEGARA, Cap ttd, BUDHI SARWONO BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2019 NOMOR 11