BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di segala bidang khususnya bidang industri kimia. Salah satu bahan

dokumen-dokumen yang mirip
<Pra (Rancangan (pabri^ metil'klorida dari <MetanoCdan asam Florida ton/tafiun PENDAHULUAN

pembersih sepcrti pembersih Iantai, dan Iain-lain. (Kirk and Othmer, 1977;

Prarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun

I. PENDAHULUAN. sangat pesat. Setiap tahunnya berdiri industri-industri baru yang berskala besar.

Perancangan Pabrik Metil klorida Dengan Proses Hidroklorinasi Metanol Kapasitas Ton/tahun

II. DESKRIPSI PROSES

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kloroform dari Sodium hidroksida, Klorin, dan Aseton dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

Prarancangan Pabrik Metil Klorida Dengan Proses Hidroklorinasi Metanol Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Ethyl Chloride dari Ethylene dan Hydrogen Chloride Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Perkloroetilen dari Propana dan Klorin Kapasitas ton/tahun BAB I

BAB I PENDAHULUAN. cukup luas seperti industri (Purified Terepthalic Acid) PTA, industri etil

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride dengan Kapasitas Ton/ Tahun. A.

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Metil Merkaptan dari Metanol dan Hidrogen Sulfida dengan Kapasitas ton /tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Dalam pemilihan kapasitas rancangan pabrik DME memerlukan beberapa pertimbangan yang harus dilakukan, antara lain:

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

Prarancangan Pabrik Monoethylamin dari Ethanol dan Amoniak Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional.

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Kaprolaktam dari Asam Benzoat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRA RANCANGAN PABRIK ASAM BENZOAT DENGAN PROSES HIDROLISIS BENZO TRIKLORIDA KAPASITAS 60.

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

1.2. Kapasitas Perancangan Penentuan kapasitas produksi pabrik hexamine, didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain:

PRARANCANGAN PABRIK DIKLOROBUTANA DARI TETRAHIDROFURAN KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain.

Prarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol Dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Etil Klorida dengan Proses Hidroklorinasi Etanol Kapasitas Ton/Tahun

BAB I. PENDAHULUAN. adalah tricresyl phosphate yang merupakan senyawa organik ( ester) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

BAB I PENGANTAR. Gambar I.1. Struktur Kimia Formamid

Prarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Asetanilida dari Anilin dan Asam asetat Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Industri bahan intermediate (setengah jadi) di Indonesia sedang

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Tugas Akhir Teknik Kimia

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

PRARANCANGAN PABRIK ETIL KLORIDA DARI HIDROGEN KLORIDA DAN ETILEN KAPASITAS TON/TAHUN

TUGAS AKHIR PRA RANCANGAN PABRIK METIL KLORIDA PROSES HIDROKLORINASI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Akrilonitril dari Asetilen dan Asam Sianida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Butil Akrilat dari Asam Akrilat dan Butanol Kapasitas Ton per Tahun. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asetat Anhidrid dari Aseton dan Asam Asetat Kapasitas Ton/Tahun A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Pada 10 tahun terakhir ini negara Indonesia sedang meningkatkan pembangunan di segala bidang khususnya bidang industri kimia. Salah satu bahan kimianya adalah metil klorida. Metil klorida atau sering disebut klorometan merupakan salah satu bahan kimia yang sangat penting bagi industri kimia di Indonesia. Metil klorida merupakan salah satu bahan yang sangat dibutuhkan dalam industri silikon, bahan obat-obatan untuk pertanian, bahan dalam industri karet sintetis, sebagai bahan baku pembuatan methyl sellulose, pembuatan aditif bahan bakar (Tetra Ethyl Lead), dan dapat digunakan sebagai bahan dalam industri pembersih lantai. (Kirk and Othmer, 1977) Kebutuhan metil klorida di dalam negeri cukup besar sehinggan mencukupinya masih harus mengimpor dari luar negeri. Adanya pabrik metil klorida ini diharapkan akan memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu akan membuka kesempatan bagi Indonesia menjadi negara pengekspor metil klorida ke luar negeri. Selain itu akan merangsang tumbuhnya industri-industri yang memproduksi metil klorida menjadi bahan lain sehingga perekonomian negara menjadimeningkat. 1

2 Disamping itu dengan didirikannya pabrik ini akan membuka kesempatan terciptanya lapangan kerja baru, dan juga dengan adanya pabrik metil klorida ini akan mendorong berdirinya pabrik-pabrik lain yang menggunakan metil klorida sebagai bahan baku utama dalam prosesnya. Pendirian pabrik ini didukung dengan adanya pabrik metanol dan HCL di Indonesia, yaitu yang merupakan bahan baku utama proses pembuatan metil klorida. Kebutuhan metil klorida di dalam negeri dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan industri yang menggunakan nya. Kami menggunakan data impor metil klorida tahun 2012-2017 dari BPS sebagai kebutuhan metil klorida dalam negeri. Selain data kebutuhan dalam negeri, kami juga menggunakan data kebutuhan metil klorida dunia. Alasan kami menggunakan kedua data tersebut karena pabrik ini diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan kebutuhan luar negeri. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa kebutuhan metil klorida setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sehingga diperlukan metode untuk memproduksi metil klorida dengan bahan baku yang murah, mudah dan dapat menghasilkan metil klorida dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Dengan diketahuinya data impor metil klorida selama tahun 2012-2017 dan data kebutuhan metil klorida di dunia, maka dengan itu kami bisa menentukan berapa jumlah kapasitas pabrik metil klorida pada tahun 2023 yang akan kami dirikan.

3 0 1 2 3 4 5 6 7 Tahun kekebutuhan metil klorida Indonesia (ton) 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 y = 61.366x 2-316.82x + 1130.4 R² = 0.8444 Gambar 1.1 Grafik kebutuhan metil klorida di Indonesia. Tahun ke-1 adalah data tahun 2012, demikian seterusnya. Kami melakukan regresi linier pada data impor metil klorida ke Indonesia, sehingga diperoleh persamaan y = 61,366x 2-316,82x + 1130,4. Dengan menggunakan persamaan tersebut, diperoleh angka 6165,252 ton untuk perkiraan impor metil klorida di Indonesia pada tahun 2023. Tabel 1.1 Tabel kebutuhan metil klorida di dunia pada tahun 2016 (Sumber: IHS Markit) Wilayah % Kebutuhan Kebutuhan (ton) AS 14% 1399500 Eropa Barat 22% 2199214,286 Asia Timur 45% 4498392,857 Asia Tenggara 10% 999642,8571 Asia selatan 8% 799714,2857 Lainnya 1% 99964,28571 Total 100% 9996428,571

4 Data kebutuhan metil klorida dunia 2016 dapat terlihat sebagaimana tertulis di tabel di atas. Dengan perkiraan 3% peningkatan setiap tahunnya, maka kebutuhan metil klorida pada tahun 2023 akan mencapai 12.095.678,57 ton/tahun. Maka kami memutuskan untuk memenuhi seluruh kebutuhan metil klorida di dalam negeri sebanyak 6165,252 ton/tahun. Untuk kebutuhan metil klorida di dunia, kami memutuskan untuk memenuhi 5% dari kebutuhan total, yaitu sebesar 652.255 ton/tahun. Setelah dilakukan penjumlahan dan pembulatan, kapasitas metil klorida yang akan kami produksi adalah sebesar 660.000 ton/tahun. 1.2 Lokasi Pabrik Pemilihan lokasi pabrik sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan pendirian pabrik nantinya, karena berpengaruh langsung terhadap nilai ekonomis pabrik. Rencananya pabrik metil klorida ini akan didirikan di Bontang, Kalimantan Timur. Pertimbangan pemilihan lokasi pabrik ini ada beberapa faktor, yaitu : 1.2.1 Faktor Primer Penentu Lokasi Pabrik Faktor primer adalah faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap tujuan utama dari usaha pabrik tersebut. Tujuan utama ini meliputi proses produksi dan distribusi, adapun faktor-faktor primer yang berpengaruh langsung dalam pemilihan lokasi pabrik adalah : 1. Penyediaan Bahan Baku

5 Bahan baku dapat ditemukan dengan mudah dan jaraknya dekat, terutama metanol yang diproduksi oleh PT Kaltim Methanol Industry berada di Bontang, Kalimantan Timur, dan juga asam klorida yang diproduksi oleh PT Asahimas Chemical yang berada di Cilegon. Karena kedua bahan baku utama berada di Indonesia jadi tidak diperlukan impor dari luar negeri, dengan itu bisa menghemat anggaran biaya penyediaan bahan baku. 2. Pemasaran Produk pabrik ini merupakan bahan baku untuk pembuatan silikon, karet sintesis, metil sellulosa dan industri pertanian. Pemasaran nya diharapkan bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, agar dapat mengurangi kegiatan impor, atau bahkan suatu saat bisa diekspor juga ke luar negeri. Untuk mempermudah pemasarannya nantinya lokasi pabrik akan didirikan di dekat pelabuhan, agar mudah distribusinya. 3. Utilitas Utilitas dalam pabrik meliputi air, bahan bakar, dan listrik. Karena Bontang yang sudah dikenal dengan daerah industri, jadi untuk utilitas tidak terlalu susah untuk dipenuhi pada pabrik tersebut nantinya. 4. Tenaga Kerja Tenaga kerja menjadi sangat vital dalam sebuah pabrik, karena walaupun mesin yang menjalankan tetapi tetap manusia lah yang memegang penuh kontrol terhadap jalannya pabrik tersebut. Posisi yang strategis di Pulau Kalimantan, yang dapat dikatakan menjadi titik

6 tengah nya Indonesia, menjadikan lokasi ini strategis, karena bisa menyerap tenaga kerja dari Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Papua dan Kalimantan itu sendiri. Hal ini juga berdampak positif bagi negara Indonesia karena dapat memberikan lapangan kerja baru dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada di negara ini. 5. Transportasi Lokasi pabrik harus yang mudah dijangkau, baik melalui jalur darat maupun jalur laut. Di Bontang untuk jalur darat dan lautnya cukup baik, jadi untuk transportasi kegiatan pabrik bisa terlaksana dengan baik. Contohnya seperti untuk pengadaan bahan baku dan distribusi produk. 1.2.2 Faktor Sekunder Penentuan Lokasi Pabrik Faktor sekunder memang bukan faktor yang utama dalam proses penentuan lokasi pabrik, akan tetapi sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses pabrik itu sendiri. Faktor-faktor sekunder tersebut meliputi : 4. Perluasan Area Pabrik Lokasi pabrik yang berada di Bontang termasuk yang bukan lokasi padat penduduk, jadi masih memungkinkan untuk melakukan perluasan area pabrik, hal ini penting karena nantinya seiring berjalnnya waktu pabrik akan membutuhkan area tambahan untuk melakukan penambahan unit produksi, kebutuhan utilitas, ataupun tempat penyimpanan produk dan bahan baku.

7 5. Perizinan Lokasi pabrik dipilih di daerah kawasan industri agar memudahkan proses perizinan nya. Karena perizinan ini nanti akan menyangkut keselamatan orang banyak dan keberlangsungan pabrik tersebut selama dia beroperasi. 6. Sarana Prasaran dan Transportasi Sarana dan Prasarana ini sangat diperlukan, guna menunjang kebutuhan hidup sumber daya manusia yang berkaitan dengan pabrik tersebut. Contohnya seperti sarana pendidikan, tempat ibadah, bank, dan pusat perbelanjaan. Transportasi juga tidak kalah penting, karena setiap pabrik pasti memliki tenaga kerja yang berasal dari berbagai wilayah, jadi ketersediaan bandara, terminal, bus atau bahkan ojek sangat dibutuhkan disekitar pabrik maupun di daerah tersebut. 1.3 Tinjauan Pustaka Metil klorida atau disebut klorometana merupakan senyawa organik yang mengandung gugus klorida dengan rumus CH3Cl, mempunyai sifat-sifat antara lain berupa zat cair tidak berwarna yang mudah menguap, berbau khas, larut dalam air, titik didih 249 K sehingga disimpan dalam tekanan 5 atm, dan densitas 353 g/lt. (Perry and Green, 1984) Metil klorida dapat dibuat dengan beberapa proses, antara lain : 1. Proses klorinasi dengan bahan baku metana

8 Pada proses ini bahan baku yang digunakan adalah metana dan klorin, dengan beberapa reaksi samping yang selain menghasilkan metil klorida atau klorometana (CH3Cl) juga menghasilkan produk lain seperti metilena klorida (CH2Cl2), kloroform (CHCl3), dan karbon tetraklorida (CCl4). Reaksi antara metana dengan klorin bisa dikontrol untuk membuat jumlah metil klorida yang dihasilkan lebih banyak. Jika diinginkan untuk mendapatkan jumlah metilena klorida dengan jumlah yang lebih besar, metil klorida harus didaur ulang melewati klorinator. Meskipun pada umumnya, senyawa yang paling diinginkan untuk diklorinasi adalah karbon tetraklorida, sehingga kebanyakan metil klorida didaur ulang di klorinator. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: CH 4 + Cl 2 CH 3 Cl + HCl CH 3 Cl + Cl 2 CH 2 Cl 2 + HCl CH 2 Cl 2 + Cl 2 CHCl 3 + HCl CHCl 3 + Cl 2 CCL 4 + HCl Metana (kemurnian 99%) direaksikan dengan klorin dengan perbandingan 1,7 banding 1. Reaktan ini lalu dipanaskan dan kemudian dimasukkan ke reaktor. Pada suhu 350 370 o C, dengan tekanan sedikit diatas tekanan atmosfer, dan waktu tinggal (residence time) yang dikontrol sehingga suhu tersebut dapat tercapai, maka sekitar 65% methana tereaksikan. Produk yang dihasilkan

9 meliputi: 58,5 % metil klorida, 29,3% metilena klorida, 9,7% kloroform, dan 2,3 % karbon tetraklorida. Untuk reaksi pembuatan metil klorida sendiri, reaksi ini terjadi pada suhu sekitar 400 0 C dengan tekanan 20 atm. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut. Konversi reaksi yang diperoleh cukup tinggi, yaitu sekitar 90% metana menjadi metil klorida, dengan kemurnian produk akhir mencapai 99%. (Kirk and Othmer, 1977) 2. Proses hidroklorinasi dengan bahan baku metanol dan asam klorida. Pembuatan metil klorida dapat juga dilakukan dengan mereaksikan antara metanol dan asam klorida, dengan bantuan katalis, baik dalam bentuk cair maupun gas. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: CH 3 OH + HCL CH 3 Cl + H 2 O Uap dari metanol dan asam klorida dicampurkan secara kontinyu kemudian dilewatkan pada sebuah pemanas pada suhu sekitar 180 o C. Campuran gas ini lalu dilewatkan pada konverter (reaktor) dengan suhu 340-350 o C. Konverter ini dipenuhi dengan alumina gel berukuran 8-12 mesh, atau bisa juga menggunakan katalis sejenis seperti zink klorida atau karbon aktif. Konverter ini juga dipanakan dengan kumparan listrik atau yang sejenis. Gas panas tadi meninggalkan konverter untuk dilewatkan ke kondenser, untuk kemudian dikumpulkan dan dimurnikan dengan perlakuan yang mirip dengan konverter. Hasil metil klorida kemudian akan dipisahkan dari pengotornya menggunakan kolom destilasi.

10 Reaksi antara metanol dan asam klorida terjadi di reaktor fixed bed pada suhu 105 o C dan tekanan 2 kg/cm 2 (1,935 atm). Reaksi ini bersfiat eksotermis, sehingga dibutuhkan media pendingin untuk mengatur temperatur reaksi. Konversi metanol yang tereaksikan menjadi metil klorida pada reaksi ini sebesar 95% (Habata, et.al., 1957) Dalam fase cair, dengan kisaran suhu 100-150 o C, metil klorida dapat diproduksi dengan mencampur dan mendestilasi larutan yang berisi metanol, hidrogen klorida, dan katalis zink klorida. Yield yang diperoleh adalah 80%. Tabel 1.2 Perbandingan klorinasi dan hidroklorinasi No Aspek Pembanding Klorinasi Metana Hidroklorinasi Metanol dan Asam klorida 1. Jenis reaksi Banyak reaksi samping Reaksi tunggal 2. Suhu 350 0C - 370 0C 100 0C - 150 0C 3. Konversi 90% 95% 4. Yield proses 85%-90% 90%-95% Dari perbandingan kedua proses di atas, maka pembuatan metil klorida kami rencanakan menggunakan proses yang kedua yaitu reaksi hidroklorinasi metanol fasa gas. Pertimbangannya adalah sebagai berikut : 1. Kondisi operasi yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan pembuatan metil klorida dari metana dan klorin sehingga energi yang dibutuhkan lebih rendah, membuat biaya yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit.

11 2. Dengan menggunakan katalisator alumina gel dapat diperoleh konversi reaksi 95% dibandingkan dengan reaksi klorinasi yang konversi reaksinya hanya 90% dan juga tingkat kecepatan reaksi yang lebih tinggi. (US Patent 5,321,171, 1994) 3. Bahan baku yang digunakan memiliki sifat fisis (khusunya titik didih) yang sangat berbeda dari produk (metil klorida) sehingga pemisahan antara produk dan sisa bahan baku yang tidak bereaksi menjadi lebih mudah, dan peralatan yang digunakan menjadi lebih sederhana. 4. Proses ini lebih sederhana karena hanya melibatkan satu reaksi. Sementara proses klorinasi metana memiliki reaksi-reaksi lain yaitu rekasi pembuatan metilena klorida, kloroform, dan karbon tetraklorida. 5. Yield proses hidroklorinasi metanol lebih besar, yaitu 90-95% metanol yang berubah menjadi metil klorida. Sementara proses klorinasi metana hanya memiliki yield 85-90% metana yang berubah menjadi metil klorida. 6. Suhu proses yang tinggi, serta adanya reaksi samping yang menghasilkan produk lain, membuat proses klorinasi metana membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan proses klorinasi metanol. 7. Proses hidroklorinasi fase gas memiliki yield yang lebih tinggi dibandingkan proses hidroklorinasi fase fase cair.