9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapang dilaksanakan di lahan bekas tambang pasir besi PT. Aneka Tambang (ANTAM) di Desa Patutrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Purworejo secara geografis berada pada 109 47 28-110 08 20 Bujur Timur dan 7 32 00-7 54 00 Lintang Selatan. Wilayah kabupaten ini terletak dibagian selatan Provinsi Jawa Tengah, sebelah utara Kabupaten Wonosobo dan Magelang, sebelah timur Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY, sebelah selatan Samudra Hindia, dan sebelah barat Kabupaten Kebumen. Wilayah administratif mempunyai luas 103.483 Ha, terdiri atas 16
10 kecamatan, 469 desa dan 25 kelurahan. Kondisi topografi wilayah dibagian selatan merupakan dataran rendah dengan kemiringan lereng 0-2% dan ketinggian 0-25 m dpl. Penelitian lapang dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2010, dilanjutkan dengan analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis tanah tersebut dilakukan selama 4 bulan. 3.2 Bahan dan Alat Bahan penelitian yang digunakan adalah benih semangka dengan merk TROPIKA dan NINA. Sarana produksi yang digunakan yaitu asam humat, kapur pertanian, pupuk kandang, pupuk urea, SP-18, KCl, Za, NPK, pestisida, fungisida, furadan dan antonik. Peralatan pertanian seperti Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP), cangkul, polibag, cutter, gunting, meteran, penggaris, timbangan, kaleng susu, plastik bening penutup bedengan, bambu, ember, cat, kuas, pipa paralon, sprayer, gayung, dan tali rafia. 3.3 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dalam 4 tahap yaitu (1) penelitian lapang meliputi persiapan lahan, pembibitan, perkawinan, pemeliharaan, (2) analisis laboratorium, (3) pengolahan data, (4) interpretasi data. 3.3.1 Penelitian Lapang Persiapan Lahan Persiapan lahan diawali dengan pembukaan lahan, pencangkulan, pembuatan bedengan, pemupukkan awal dan pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP). Pembukaan lahan bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma. Pencangkulan dilakukan agar tanah menjadi gembur. Pembuatan bedeng dilakukan untuk memaksimalkan hasil panen dan mengurangi serangan hama penyakit. Pemupukan awal dan pengapur dilakukan sebelum bibit semangka ditanam dibedengan. Pemupukan awal terdiri dari urea 126 kg/ha, KCl 198
11 kg/ha, SP-18 468 kg/ha, KCl 198 kg/ha, Za 324 kg/ha, dan pengapuran 100 kg/ha. (a) (b) (c) (d) Gambar 3 (a) Lahan sebelum dibersihkan, (b) lahan yang telah dibersihkan diberi batas dengan tali rafia, (c) lahan yang telah dibuat bedeng, (d) lahan yang telah dipasang mulsa (MPHP) serta telah diberikan lubang tanam dan lubang resapan. Penggunaan mulsa bertujuan untuk meningkatkan hasil budidaya semangka secara intensif. MPHP digunakan karena dapat mengurangi serangan hama dan penyakit dengan cara memantulkan sinar ultraviolet ke permukaan bawah daun yang biasa ditempati oleh berbagai hama seperti thrips, ulat dan cendawan (Agromedia, 2007). Perlakuan Pendahuluan dan Penanaman Benih Semangka Pengujian benih dilakukan dengan cara uji apung. Tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan benih yaitu cahaya, suhu dan kelembaban. Penyediaan kondisi lingkungan yang optimum diperlukan untuk mempercepat
12 perkecambahan (Schmidt, 2000). Benih semangka memiliki biji yang keras dan sulit untuk berkecambah sehingga harus dibuka ujung benihnya mengunakan gunting kuku, hal ini dilakukan untuk merangsang pertumbuhannya. Setelah semua benih dibuka ujungnya dilakukan perendaman mengunakan air hangat yang dicampur dengan Antonik. Antonik adalah zat pengatur tumbuh yang digunakan agar benih terbebas dari hama dan penyakit. Proses Pembibitan Pembibitan menggunakan benih semangka F1 dalam tray pembibitan/polibag. Media tanam yang digunakan campuran tanah dengan pupuk kandang perbandingan 1:1, setelah bibit berumur 8 hari dilakukan pemindahan ke lapang. Untuk menghindari serangan hama dan penyakit, media dan benih dicampur dengan furadan. Bagian atas bedengan semai diberi naungan yang terbuat dari plastik bening. Proses pembibitan disajikan pada (Gambar 4). (a) (b) (c) Gambar 4 (a) Media pembibitan pada tray pembibitan dan polibag, (b) tempat pembibitan yang telah diberi naungan, (c) pembibitan tanaman semangka umur 8 hari dan siap untuk dipindahkan ke lahan. Proses Pemindahan dan Pemeliharaan Bibit Semangka Bibit semangka dipindahkan ke bedengan setelah berumur 8 hari setelah tanam dilakukan pada sore hari. Pemeliharaan meliputi penyiraman berasal dari air bawah tanah yang dipompa dengan mesin, penyulaman dengan cara mencabut bibit semangka yang mati untuk digantikkan dengan bibit yang sehat, pemotongan sulur cabang untuk memilih dua cabang utama yang sehat sehingga mengasilkan buah, pengendalian hama dan penyakit secara manual ataupun kimiawi.
13 (a) (b) (c) Gambar 5 (a) Penyiraman yang dilakukan sehari 2 kali, (b) daun semangka yang terkena penyakit bercak daun, (c) buah semangka yang terkena penyakit busuk lunak Perkawinan Bunga Bibit semangka non biji ditanam untuk tanaman sampel sedangkan bibit semangka berbiji sebagai pengawin dengan bunga semangka non biji. (a) (b) Gambar 6 (a) Gambar bibit semangka berbiji, (b) gambar bibit semangka non biji yang sekelilingnya diberi jerami untuk melindungi bibit agar tidak terlalu panas serta tidak layu saat rebah ke mulsa. Perkawinan bunga dengan cara meletakkan serbuk sari semangka berbiji ke kepala putik semangka non biji. Serbuk sari semangka non biji sangat sedikit sehingga tidak mampu melakukan penyerbukan sendiri. Oleh karena itu penyerbukan semangka non biji membutuhkan serbuk sari semangka berbiji.
14 (a) (b) (c) Gambar 7 (a) bunga betina semangka non biji siap untuk dikawinkan, (b) bunga jantan semangka berbiji siap untuk dikawinkan, (c) hasil perkawinan yang sukses maka bakal buah mulai membesar. Panen Panen semangka dilakukan saat usia semangka antara 55 sampai 60 hari setelah tanam. Panen dilakukan secara serentak dibantu masyarakat sekitar karena membutuhkan tenaga yang cukup banyak. Masing-masing petak tanam terdiri dari 10 sampel. Parameter produksi terdiri dari bobot buah. Setelah panen semangka selesai, dilakukan pengambilan sampel tanah secara komposit dari setiap petak. Sampel tanah diambil untuk dianalisis di laboratorium. (a) (b) (c) (d) Gambar 8 (a) Lahan semangka yang siap dipanen, (b) saat panen semangka dibantu masyarakat sekitar, (c) proses penimbangan bobot semangka untuk tanaman sampel, (d) lahan semangka pascapanen
15 Pengukuran Parameter Pertumbuhan Parameter pertumbuhan yang diukur meliputi jumlah daun, panjang sulur, jumlah ruas, dan jumlah bunga jantan. a. Jumlah daun : jumlah daun diukur 10 hari sekali selama 50 hari, setelah pemindahan bibit ke lahan tanam yang dihitung berdasarkan daun yang berada pada sulur tanaman. b. Panjang Sulur : panjang sulur diukur 10 hari sekali selama 50 hari, dimulai setalah pemindahan bibit ke lahan tanam. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan penggaris dan meteran. Panjang sulur dihitung dari permukaan media sampai pangkal pertumbuhan daun yang paling muda. c. Jumlah ruas : jumlah ruas diukur 12 hari sekali selama 50 hari, dimulai saat sulur tampak muncul dari cabang utama sekitar hari ketujuh setelah proses pemindahan bibit ke lahan. d. Jumlah Bunga Jantan : jumlah bunga jantan setiap minggu. Pengukuran Parameter Produksi e. Bobot Buah : bobot buah semangka ditimbang untuk dibandingkan bobot buah untuk tiap perlakuan, sebanyak 233 sampel. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Split Plot Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 2 faktor yaitu faktor pemberian bahan humat (H) terdiri dari 4 taraf (dosis 0, 7.5 L/Ha, 15 L/Ha, 22.5 L/Ha) dan faktor pemberian kapur (K) terdiri dari 2 taraf (dosis 0 kg/ha, 100 kg/ha). Setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan sehingga total 24 satuan percobaan pada lahan seluas 1512 m 2. Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan sebagai berikut : K0H0 = tanpa kapur, tanpa bahan humat K0H1 = tanpa kapur, menggunakan bahan humat 7.5 L/Ha K0H2 = tanpa kapur, menggunakan bahan humat 15 L/Ha K0H3 = tanpa kapur, menggunakan bahan humat 22.5 L/Ha KIH0 = menggunakan kapur, tanpa bahan humat K1H1 = menggunakan kapur, menggunakan bahan humat 7.5 L/Ha
16 K1H2 = menggunakan kapur, menggunakan bahan humat 15 L/Ha K1H3 = menggunakan kapur, menggunakan asam humat 22.5 L/Ha Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran dianalisis dengan menggunakan model rancangan percobaan : Yijk = µ + Ki + Hj + (KH)ij + ij, i = 1, 2, j = 1, 2, 3, 4, k = 1, 2, 3 Dimana : Yijk = nilai dari faktor pengamatan faktor kapur (K) tarah ke-i, faktor bahan humat (H) taraf ke-j pada ulangan ke-k µ = nilai rata-rata umum Ki = nilai pengaruh faktor pemberian kapur pada taraf ke-i Hj = nilai pengaruh faktor pemberian bahan humat pada taraf ke-j (KH)ij = pengaruh interaksi faktor pemberian kapur pada taraf ke-i dengan faktor pemberian bahan humat pada taraf ke-j ij = pengaruh acak yang menyebar normal Bentuk hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut : H0 : Penambahan bahan humat dan kapur tidak berperngaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman semangka. H1 : Penambahan bahan humat dan kapur berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman semangka. 3.3.2. Analisis laboratorium Dari bahan tanah yang telah diambil maka dilakukan pengukuran / penetapan analisis laboratorium. Parameter yang diukur dan metode yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter dan Metode Analisis Kimia Parameter yang diukur Metode P-tersedia Bray 1 Basa-Basa Dapat Ditukar (Ca, Mg, K dan Na) 1 N NH 4 OAc ph 7.0 Ketersedia Unsur Fe DTPA
17 3.3.3. Pengolahan Data Data lapang diolah dengan menggunakan program SAS (Statistic Analysis System) dan Microsoft Office Excel 2007, sedangkan untuk data laboratorium diolah dengan Microsoft Office Excel 2007.