BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu faraid adalah ilmu yang mempelajari tentang pemindahan harta dari orang yang sudah meninggal kepada orang yang masih hidup. Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 171 a dijelaskan bahwa hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan harta waris si pewaris dan menentukan siapa siapa saja yang berhak menerima harta waris dan berapa bagian masing masingnya. 1 Pembahasan kewarisan dalam hukum islam merupakan hal penting karena menyangkut segala harta dan benda benda peninggalan dari si pewaris. Mengingat pentingnya masalah kewarisan ini, Allah SWT telah menetapkan dan menegaskanya di dalam al-qur an. Hal ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap hak hak dari setiap ahli waris terhadap bagiannya masing masing. Al-qur an menetapkan hak kewarisan seseoarng berdasarkan jenis kelamin yang dimilikinya. Manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari dua jenis kelamin, yaitu laki laki dan perempuan dengan segala karakteristik yang berbeda beda dari tiap jenis kelamin diantaranya perilaku, alat kelamin, dan penampilan. Alat kelamin disini menjadi pembeda paling penting untuk 1 Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al Qur an dan Hadits, ( Jakarta : Tinta Mas, 1993 ), hlm 9 1
2 menetapkan jenis kelamin seseorang. Allah menerangkannya dalam alqur an ( QS. Al Hujurat : 13 ) : ي ي ه ا ا لن اس ا ن خ ل ق ن ك م م ن ذ ك ر و ا ن ث ى و ج ع ل ن ك م ش ع و ا ب و ق ب آ ئ ل ل ت ع ار ف و ا 2 Namun, pada kenyataannya ada orang yang ketika dilahirkan tidak memiliki jenis kelamin yang jelas apakah dia laki laki atau perempuan. Mereka disebut dengan khunsa. Khunsa adalah orang yang diragukan dan tidak diketahui apakah dia laki laki atau perempuan, adakalanya dia mempunyai dzakar dan farji atau dia tidak memunyai dzakar atau farji sama sekali. 3 Dan adakalanya manusia yang sama sekali tidak bisa diketahui jenis kelaminnya apakah dia laki laki atau perempuan, dikarenakan tidak ada tanda tanda yang menunjukkan apakah dia seorang laki laki atau perempuan. Ayat yang ada di dalam al qur an tidak menerangkan pembagian waris untuk khunsa. Bahkan, para ahli fiqh berpendapat bahwa khunsa, orang hilang, bayi yang ada dalam kandungan, orang yang mati bersamaan dalam suatu musibah dibahas secara khusus di dalam ilmu faraidh. Hal ini menandakan bahwa orang orang tersebut mempunyai hak yang sama dengan ahli waris lain. Penelusuran terhadap perbedaan jenis kelamin telah dilakukan oleh ulama ulama terdahulu. Mereka mengidentifikasi jenis kelamin berdasarkan hal hal yang bersifat lahiriyah. Laki laki ditandai dengan adanya dzakar, 2 Departemen Agama RI, Al Qur an dan Tafsirnya, ( Jakarta: Lentera Abadi, 2010 ) Q.S. Al-Hujurat [49]:13, 343 3 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, ( Bandung : Alma arif, 1971 ), hlm 482
3 tumbuhnya jakun kumis dan jenggot sedangkan perempuan ditandai dengan keluarnya darah haid, memiliki sel telur, hamil dan berkembangnya buah dada. Khunsa menurut ulama fiqh dibagi menjadi dua golongan, yaitu khunsa musykil dan khunsa ghairu musykil. Khunsa musykil ialah khunsa yang sulit ditentukan disebabkan tidak memiliki alat kelamin atau dua alat kelaminnya berfungsi secara bersamaan. Khunsa ghairu musykil ialah khunsa yang dapat diketahui kedudukannya dilihat dari alat kelamin mana yang mengeluarkan urine. Oleh karena itu, ulama membutuhkan kejelasan hukum mengenai jenis kelamin seseorang. Meskipun khunsa mempunyai dua alat kelamin namun hukum yang nantinya diberlakukan hanya satu, laki laki atau perempuan. Dan untuk itu, harus dipastikan jenis kelamin seseorang yang khunsa tersebut 4. Untuk mengetahui berapa bagian waris dari seorang khunsa adalah dengan cara melihat bagian jenis kelamin yang lebih dominan. 5 Namun, apabila orang tersebut adalah khunsa musykil, maka para ulama berbeda pendapat dalam menyikapinnya. Para ulama telah bersepakat dalam menghitung bagian waris khunsa musykil, yakni dengan menghitung dan memperkirakan sebagai seorang laki laki dan perempuan. Namun, kemudian mereka berselisih pendapat mengenai bagian waris yang diterima khunsa musykil setelah diperkirakan sebagai seorang laki laki dan seorang perempuan. 4 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam,( Jakarta : Prenada Media, 2005 ),h 139 5 Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam Lengkap & Praktis, ( Jakarta : Sinar Grafika : 2004 ), hlm 68
4 Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk mengulas lebih lanjut mengenai pembagian waris untuk khunsa menurut Madzhab Syafi i dan Madzhab Maliki. Penulis membandingkan kedua Madzhab tersebut karena, Madzhab Syafi i merupakan Madzhab yang digunakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia sedangkan Madzhhab Maliki yang didirikan oleh Imam Maliki adalah guru dari Imam Syafi i. Penulis, ingin membandingkan pendapat kedua Madzhab tersebut dan pemikiran istinbath masing masing Madzhab dalam menentukan status waris khunsa, apakah ada persamaan atau perbedaan masing masing Madzhab dalam menyikapi masalah waris khunsa, yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul BAGIAN WARIS KHUNSA MUSYKIL DAN GHAIRU MUSYKIL MENURUT PANDANGAN MADZHAB MALIKI DAN MADZHAB SYAFI I B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pandangan Madzhab Maliki dan Madzhab Syafi i terhadap waris khunsa musykil dan ghairu musykil? 2. Bagaimana istinbath hukum Madzhab Maliki dan Madzhab Syafi i terhadap waris khunsa musykil dan ghairu musykil? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pandangan Madzhab Maliki dan Madzhab Syafi i terhadap waris khunsa musykil dan ghairu musykil
5 b. Untuk mengetahui istinbath hukum yang digunakan oleh Madzhab Maliki dan Madzhab Syafi i terhadap waris khunsa musykil dan ghairu musykil 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian ini penulis berharap bisa mengembangkan pengetahuan dalam bidang ilmu hukum islam mengenai ilmu faraidh, serta untuk menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang tentu lebih mendalam, khususnya mengenai permasalahan-permasalahan hak waris khunsa b. Manfaat Praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi bahan sumbangan berupa pemikiran terhadap pengembangan hukum waris islam, khususnya terhadap kasus khunsa D. Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian yang ditemukan memiliki kesamaan tema dengan penulis, diantaranya ditulis oleh Lia Dahliani dengan judul KEWARISAN KHUNTSA MUSYKIL ( STUDI ANALISIS TERHADAP PANDANGAN ULAMA SYAFI I ) tahun 2015. Pada penelitian ini, diterangkan bahwa Lia Dahliani membuat penelitian dengan lebih menekankan kewarisan yang diterima khunsa musykil menurut Imam
6 Syafi i. Sedangkan permasalahan yang ditulis oleh penulis adalah pandangan Imam Syafi i dan Imam Maliki terhadap waris khunsa baik yang musykil maupun yang ghairu musykil. Kemudian, hal serupa juga dibahas oleh Marisa Arsini Dwiningtria dengan judul penelitiannya SISTEM KEWARISAN KHUNTSA ( KELAMIN GANDA ) MENURUT HUKUM WARIS ISLAM pada tahun 2017. Dalam penelitiannya, menjelaskan hak waris khunsa musykil dan ghairu musykil yang ditinjau dari hukum waris islam. Dalam hukum waris islam dijelaskan dari empat madzhab sekaligus yang kemudian di bandingkan hukum positif di Indonesia ( Buku II Kompilasi Hukum Islam ) yang dijadikan landasan bagi orang muslim di Indoensia untuk menyelesaikan kasus waris agar khunsa memiliki kejelasan status dan hak warisnya. Sedangkan permasalahan yang akan penulis bahas lebih menekankan kepada perbandingan madzhab antara Imam Syafi i dan Imam Maliki terhadap waris khunsa baik yang musykil maupun yang ghairu musykil yang akan dibahas lebih mendalam Penelitian lain dibahas oleh Widya Santika Wahyu Putri dengan judul KEDUDUKAN HUKUM HAK WARIS ORANG YANG MEMILIKI KELAMIN GANDA ( KHUNTSA MUSYKIL ) DITINJAU DARI INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 1991 TENTANG KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FATWA. Pada penelitian ini, Widya menjelaskan bahwa seorang khunsa mempunyai kedudukan yang sah sebagai ahli waris apabila telah ditetapkan jenis
7 kelaminnya karena telah melalui proses penanganan secara medis dan telah melalui proses hukum yang sah maka seorang khunsa mengikuti status hukum yang baru apabila terjadi perubahan status jenis kelamin dan hal ini tidak bertentangan dengan fatwa MUI dalam Munas No.3 Tahun 2010 yang mana seorang khunsa digolongkan sebagai golongan yang sah melakukan operasi jenis kelamin, karena berstatus kelamin ganda dan kemudian statusnya mengikuti jenis kelamin yang baru setelah operasi atau berdasarkan penetapan putusan yang berlaku Berdasarkan pemaparan beberapa peneltian diatas, tidak didapatkan tema yang sama dengan tema yang penulis kaji. Dalam penelitian ini, tema penulis mengenai BAGIAN WARIS KHUNSA MUSYKIL DAN GHAIRU MUSYKIL MENURUT PANDANGAN MADZHAB MALIKI DAN MADZHAB SYAFI I E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam pembahasan skripsi ini, penulis mengunakan jenis penelitian normatif. Yaitu penelitian yang datanya berasal dari bahan pustaka: buku buku, kitab kitab, undang undang dan karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer
8 Data primer adalah metode pengumpulan data melalui penyelidikan benda benda tertulis yaitu kitab Majmu Syarah Al Muhazzab karya Imam Taqiyuddin Ali bin Abdul Kafi As-Subki. Al Hawi Al Kabir karya Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al Mawardi Al Bashri, Raudhah Ath Thalib karya Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-nawawi, Al Muqni Asy Syarah Al Kabir karya Abi Muhammad Abba bin Ahmad bin Muhammad bin Qudami Al Muqaddasi b. Data Sekunder Sumber data pendukung data primer, data ini dapat dijumpai pada al qur an, kitab kitab hadits diantaranya, Al Jami I Shahih karya Abi Abdullah Muhammad Ibnu Ismail Bukhari, Al Mushonnaf karya Al Imam Al Hafidh Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Ibrohim Abi Al Abasi, Musnad Ad Darami karya Imam Al Hafidh Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman Ad Darami dan buku buku masalah kewarisan. 3. Metode Analisis Data Teknis analisa data yang penulis gunakan adalah perbandingan, Yaitu, menganalisa dan membandingkan metode istinbth hukum yang digunakan oleh Madzhab Syafi i dan Madzhab Maliki dalam menentukan status dan pembagian waris bagi khunsa
9 F. Sistematika Pembahasan BAB I : PENDAHULUAN Halaman ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan konntribusi, kajian penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan BAB II : KAJIAN PUSTAKA/TEORITIK Bab II memuat tentang tinjauan hukum waris dalam islam, tinjuan umum khunsa dilihat dari segi fiqh dan medis BAB III : HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Bab III memuat jawaban dari rumusan masalah yang telah dirumuskan. Biografi Imam Syafi I dan Imam Malik, dan pandangan Madzhab Maliki dan Madzhab Syafi i terhadap waris khunsa musykil dan ghairu musykil, serta istinbath hukum yang digunakan Madzhab Maliki dan Madzhab Syafi i terhadap waris khunsa musykil dan ghairu musykil BAB IV : PENUTUP Bab IV berisi kesimpulan dari penulis terhadap penelitian yang telah dilakukan. Bab ini juga berisi saran dan rekomendasi dari penulis terkait pengembangan dari hasil penelitian.