1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian kalangan telah menempatkan pajak dalam kehidupannya, bahwa pajak telah dianggap sebagai sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu merupakan sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas kenegaraan yang ditangani oleh pemerintah. Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap perpajakan ini juga dapat dilihat dengan makin banyaknya buku mengenai perpajakan, serta berbagai kolom atau rubrik khusus tentang perpajakan dibeberapa media massa. Kondisi ini sangat jauh berbeda dibandingkan dengan sebelum dilakukannya reformasi perpajakan tahun 1994. Saat itu, pajak bukan dianggap sebagai kewajiban kenegaraan, melainkan lebih dianggap sebagai suatu beban, karena dengan membayar pajak akan mengurangi penghasilan atau harta kekayaan seseorang atau sebuah entitas bisnis. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap pajak, yang indikasinya terlihat dari masih sedikitnya jumlah wajib pajak, maupun rendahnya jumlah realisasi penerimaan pajak per tahun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Padahal diberbagai Negara, pajak ditempatkan sebagai penerimaan andalan dalam penerimaan negaranya setiap tahun. Suatu negara untuk memenuhi kebutuhan negaranya harus ada sesuatu yang mendorongnya, sesuatu yang mendorongnya adalah berupa uang. Sama seperti manusia, bila ingin memenuhi kebutuhan pribadi maupun golongan (umum) pasti memerlukan
2 uang. Manusia mendapatkan uang dari bekerja sebagai penerimaan kasnya demikian pula suatu negara mendapatkan kasnya dari pajak yaitu pajak dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara bagi pembangunan. Beberapa sumber penghasilan yang diperoleh oleh pemerintah berasal dari sektor migas, sektor pajak dan sektor non pajak. Mengapa pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi negara? Karena pajak merupakan suatu yang wajib bagi seorang warga negara untuk menyerahkan sebagian kekayaannya kepada negara yang didasarkan atas suatu keadaan, perbuatan, peristiwa menurut peraturan perundang-undangan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi langsung yang dapat ditunjuk untuk digunakan sebagai pengeluaran rutin guna terwujudnya kesejahteraan umum bagi seluruh warga negaranya. Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan, maka perlu dipahami terlebih dahulu akan pengertian pajak itu sendiri. Dari uraian di atas tampak bahwa kepentingan rakyat, negara memerlukan dana untuk kepentingan tersebut. Dana yang akan dikeluarkan ini tentunya didapat dari rakyat itu sendiri melalui pemungutan yang disebut dengan pajak. Penerimaan pajak negara dapat di terima dari pemerintahan pusat dan pemerintahan propinsi sehinggga semua keperluan pemerintah dapat terpenuhi. Jika penerimaan hanya berpusat pada peneriman pusat maka daerah-daerah pun akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan kebutuhan sehari-harinya dalam pembangunan. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, pemerintahpun memberi wewenang kepada masing-masing daerah untuk mengelola daerahnya dengan luas dan bertanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan pembangunan daerah seperti
3 yang tercantum dalam Undang-Undang No.22 tahun 1999. Pemberian otonomi kepada kabupaten dan kota menyebabkan peran pemerintah pusat semakin kecil karena bagi pembangunan dan perkembangann daerah sudah diserahkan kepada pemerintahan daerah masing-masing. Dengan adanya otonomi daerah maka daerah dituntut untuk mengatur dan mengurusi rumah tangganya sendiri dengan menggunakan potensi serta meminimalkan bantuan dari luar. Salah satu sumber utama Penerimaan Asli daerah (PAD) pada era otonomi daerah adalah dari sektor periklanan atau reklame, mengingat pada sektor inilah yang potensial menghasilkan pendapatan. Dengan sektor periklanan atau reklame akan mendukung peningkatan pendapatan dari berbagai sisi mulai dari media masa, media cetak, dan jenis lainnya. Pengembangan itu tentunya perlu dikelola melalui peningkatan nilai tambah sumber daya yang dikelola secara terpadu dengan memperhatikan aspek pemerintahan yang baik, desentralisasi, sumber daya manusia, dan pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan periklanan atau reklame. Sebagai propinsi yang memiliki julukan dan potensi maka banyak pula persaingan dalam dunia usaha. Dengan berbagai jalan, Yogya dapat menunjukkan kelebihan dan mempromosikan daerahnya terutama dengan cara memanfaatkan iklan, kalangan produsen saling memperebutkan perhatian calon konsumen. Lihat saja maraknya iklan yang bertebaran di media elektronik dan cetak, serta di pusat-pusat keramaian dan tepitepi jalan raya.
4 Salah satu sumber penerimaan bagi daerah Yogya adalah pajak reklame. Pajak reklame merupakan pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah media, alat, benda dan perbuatan yang menurut bentuk dan corak ragamnya digunakan untuk tujuan komersial seperti memperkenalkan, menganjurkan, memuji suatu barang atau orang.(psa FE UKDW, 2003). Reklame sangat di butuhkan oleh semua untuk kepentingan umum atau pribadi oleh sebab itu reklame termasuk dalam kategori penerimaan pajak daerah. Untuk itu diperlukan suatu survei yang akan meneliti sejauh mana kontribusi penerimaan pajak reklame tersebut terhadap pendapatan asli daerah Propinsi Yogyakarta serta kontribusi dalam pembangunan. Berdasarkan uraian latarbelakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK REKLAME di PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD). 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat pertumbuhan sektor pajak reklame di Propinsi DIY? 2. Bagaimana kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah di Propinsi DIY? 3. Bagaimana tingkat keunggulan daerah sektor pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah di Propinsi DIY? 4. Bagaimana trend pajak daerah di Propinsi DIY, dan bagaimana prospek ke depannya? 1.3 Tujuan Penelitian
5 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengumpulkan data penerimaan pajak reklame di Propinsi Yogyakarta seperti penerimaan pajak reklame mulai tahun 2001-2006 untuk mengetahui tingkat petumbuhan pajak reklame. 2. Mangumpulkan data dan informasi keuangan pemerintah daerah untuk melihat seberapa besar kontribusi dalam sektor pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah. 3. Menganalisis tingkat keunggulan daerah dalam sektor pajak reklame Propinsi Yogyakarta. 4. Menganalisis trend pertumbuhan dan prospek pajak reklame Propinsi Yogyakarta pada tahun-tahun yang akan datang. 1.4 Kontribusi Penelitian Kontribusi dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pemerintah daerah Penelitian ini memberikan manfaat bagi pemerintah daerah guna meningkatkan kinerja dan penertiban mengenai pendapatan pajak reklame yang ada di Propinsi Yogyakarta terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD). 2. Bagi mahasiswa Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa maupun pihak-pihak akademis lain yang ingin melakukan penelitian tentang pajak daerah 3. Bagi penulis
6 Penelitian ini memberikan gambaran tentang kondisi perpajakan terutama pajak reklame yang terjadi di lapangan dan melatih penulis untuk menganalisis suatu keadaan di lapangan yang jelas-jelas berbeda dengan teori. 1.5 Batasan Masalah Penulis membatasi penelitian untuk memudahkan dalam menganalisis masalah. Batasan-batasan masalah yang diteliti dalah : 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) dan Kantor Pelayanan Pajak Derah (KPPD) Kabupaten Bantul, Kabupaten sleman, Kabupaten Kulonprogo, kabupaten Gunungkidul dan Kota Yogyakarta. 2. Penelitian dilakukan terhadap pajak reklame data yang diambil berupa data kuantitatif yang di dapat dari Badan Pengelolaan Keuangan daerah (BPKD) dan Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) Kabupaten Bantul, Kabupaten sleman, Kabupaten Kulonprogo, kabupaten Gunungkidul dan Kota Yogyakarta.. 3. Penelitian dilakukan di wilayah Propinsi Yogyakarta pada tahun anggaran 2001-2006 yang meliputi Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta.