Tabel 3.1. Desain Penelitian Pretest Treatment Posttest O1 X O2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian dan

Gambar 3.1 Desain experimen (before-after) (Sugiyono, 2012: 415)

Learning berbasis Moodle sebagai media pembelajaran. : Tes akhir (posttest) dilakukan setelah digunakannya E-Learning

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode penelitian dan pengembangan (research and development). Borg and

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Experimental Design. Penelitian ini dilakiikan pada satu kelompok yaitu kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Metode pembelajaran aktif (active learning) yang dimaksud dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pengembangan Multimedia Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Proses Analisis Multimedia dalam Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Setyosari (2012:168) mengungkapkan bahwa: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni quasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design)

BAB III METODE PENELITIAN. subyek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Project based learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode pendekatan yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN. Bandung. Variabel bebas atau independent varabel dalam penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk

BAB III METODE PENELITIAN X O

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design.

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimen, dan desain eksperimen yang digunakan adalah One Group Pretes- adalah pretes.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendekati eksperimen. Desain yang digunakan adalah Nonequivalen Control

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian terbatas dilakukan di SMK Negeri 6 Garut, yang beralamat di Jl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara yang digunakan agar memperoleh data yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Pembelajaran model pembelajaran PQ4R adalah model rangkaian kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan untuk meningkatan kompetensi siswa, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. perhitungan serta pengukuran terhadap variabel dan pengujian terhadap hipotesis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

31 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen yang merupakan bagian dari metode kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 107) metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. 2. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk bagian dari metode penelitian Pre Experiment Design, yang dimaksud penelitian eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) tertentu terhadap subjek penelitian yang bersangkutan dengan menggunakan desain eksperimen One group Pretest- Posttest Design. Cara penelitian ini yaitu melakukan satu kali pengukuran sebelum adanya perlakuan dan setelah diberikan perlakuan. Alur dari penelitian ini adalah kelas yang digunakan kelas penelitian (kelas eksperimen) diberi pretest kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan (treatment) yaitu pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio, setelah itu diberi posttest. Desain penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Desain Penelitian Pretest Treatment Posttest O1 X O2 Keterangan :

32 O1 X O2 : Tes awal (pretest) kepada kelas eksperimen sebelum menggunakan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio. : Perlakuan (treatment) kepada kelas eksperimen berupa penerapan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio. : Tes akhir (posttest) kepada kelas eksperimen setelah diterapkan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio. Tahapan Pre Experiment Design dengan desain eksperimen One group Pretest- Posttest Design pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tahap Awal (Pretest) Pretest merupakan tahapan awal dari metode Pre Experiment Design, yaitu dengan memberikan instrumen test yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas. Pretest ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi dasar simbol komponen listrik. Soal test tulis berjumlah 17 soal yang telah melewati serangkaian uji instrumen. Kemudian siswa diberikan sebuah gambar untuk dikerjakan dengan cara menggambar manual gambar tersebut. b. Tahap Perlakuan (Treatment) Setelah diberikan pretest kemudian diberikan tahapan perlakuan atau treatment yaitu soal gambar yang tadi dikerjakan dengan cara digambar manual dikerjakan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis software visio sehingga hasil gambar yang tadi telah dibuat diukur berdasar ranah afektif dan psikomotorik. c. Tahap Akhir (Posttest) Tahap terakhir yaitu diberikan soal posttest. Posttest ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang dihasilkan setelah diberikan perlakuan pada saat treatment, apakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran gambar teknik meningkat atau tidak. Hasil gambar yang dibuat diukur berdasar ranah afektif dan psikomotorik. B. Partisipan dan Tempat Penelitian

33 1. Partisipan Partisipan yang dipilih untuk penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 6 Bandung. Partisipan dipilih untuk pengambilan data dan sebagai sumber penelitian. Kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang terdaftar di SMK Negeri 6 Bandung yang mengikuti mata pelajaran gambar teknik dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara sederhana kriteria partisipan ini merujuk pada siswa kelas X jurusan Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik. Partisipan ini dipilih karena siswa kelas X jurusan Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik mengikuti mata pelajaran gambar teknik. Partisipan tidak dipilih secara acak karena partisipan yang terlibat harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 6 Bandung berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta (Riung Bandung) Telepon/Fax. 022-7563293 Bandung 40295. Subjek populasinya adalah siswa kelas X pada semester ganjil tahun ajaran 2014-2015 dengan program keahlian Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Secara umum, populasi diartikan seluruh anggota kelompok yang sudah ditentukan karakteristiknya dengan jelas, baik itu kelompok orang, objek atau kejadian. Populasi juga dapat diartikan sebagai generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010, hlm.57). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil tahun ajaran 2014-2015 di SMK Negeri 6 Bandung jurusan Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik. 2. Sampel

34 Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut yang kemudian diobservasi atau dilakukan penelitian (Sugiyono, 2010, hlm. 57). Penelitian dengan menggunakan sampel lebih menguntungkan dibandingkan penelitian dengan menggunakan populasi. Teknik pengambilan sampel yaitu secara sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010, hlm.62). Sampel dalam penelitian ini adalah terdiri dari satu kelas yaitu kelas eksperimen dimana yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas X TIPTL 2 jurusan Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik dengan jumlah siswa sebanyak 34 siswa. D. Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2010, hlm. 84) instrumen penelitian adalah sutu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 92) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data dalam penelitian sehingga lebih mudah diolah. Instrumen ini adalah instrumen yang dibuat sendiri oleh peneliti. instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Tes Formatif Tes formatif ini dibagi menjadi dua tahap yakni pretest dan posttest. Kedua test ini diberikan pada kelas eksperimen. Tes ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan siswa dalam aspek kognitif. Pretest diberikan untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberikannya perlakuan. Sedangkan posttest diberikan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi pada kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan. 2. Lembar Observasi a. Lembar observasi uji ahli (expert judgment)

35 Uji Validasi Ahli (expert judgment) diberikan terhadap dua orang yang dianggap ahli dalam media pembelajaran berbasis software komputer. Uji validasi ahli bertujuan untuk mengetahui apakah media pembelajaran berbasis software micrososft office visio ini layak digunakan atau tidak sebagai media didalam proses pembelajaran. Penguji ahli yang ditunjuk penulis disini adalah Bpk. Hasbulloh S.Pd, M.T. selaku dosen mata kuliah gambar teknik di DPTE FPTK UPI. b. Lembar observasi guru Lembar observasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio diterapkan oleh guru mata pelajaran gambar teknik di SMKN 6 Bandung yaitu Ibu Gilang Fera Kartika S.Pd. c. Lembar observasi siswa Lembar observasi ini terdiri dari dua macam yakni untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada aspek afektif dan untuk mengetahui penguasaan siswa pada aspek psikomotor. 3. Dokumentasi Dokumentasi ini berupa foto-foto kegiatan pada saat pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio. 4. Pengujian Instrumen Instrumen tes yang baik dan benar dapat diperoleh dengan cara menguji coba dan menganalisis instrumen tersebut sebelum dipakai dalam pengambilan data. Adapun hal-hal yang dianalisis dari hasil uji coba instrumen sebagai berikut: a. Uji Validitas Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukan sejauh mana data dapat mengungkap variabel yang diteliti. Validitas adalah suatu ukuran menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2009, hlm. 65). Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk menguji tingkat validitas empiris

36 instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian dalam hal ini siswa kelas XI TIPTL 1. Langkah ini bisa disebut dengan kegiatan uji coba (try-out) instrumen. Apabila data yang didapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka instrument dinyatakan valid. Untuk mengetahui ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas. Perhitungan uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment, yaitu : rxy= (Suharsimi Arikunto, 2009, hlm. 72) Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y X = skor item tes Y = jumlah skor item N = banyaknya peserta tes Setelah diketahui koefisien korelasi (r), kemudian dilanjutkan dengan taraf signifikasi korelasi dengan: Dimana : r : koefisien korelasi N : jumlah siswa (Suharsimi Arikunto, 2009) Untuk mengetahui kevalidan butir soal maka harga r hitung dibandingkan r tabel sesuai dengan jumlah responden. Jika r hitung > r tabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid. b. Uji Reliabilitas Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan (reliability) yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Suharsimi Arikunto,

37 2009, hlm. 86). Teknik analisis data untuk pengujian reliabilitas menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) yaitu sebagai berikut : (Arikunto, 2009, hlm. 100) Keterangan: r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q= 1-p) Σ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item S = standar deviasi dan tes (standar deviasi adalah akar varians) Harga standar deviasi (S) dihitung dengan menggunakan rumus : (Suharsimi Arikunto, 2009) Dimana : X : jumlah skor total N : jumlah siswa S : standar deviasi S 2 : varians, selalu dituliskan dalam bentuk kuadrat karena standar deviasi kuadrat Hasil yang diperoleh yaitu r 11 dibandingkan dengan nilai dari table r- product moment. Jika r 11 > r tabel maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya r 11 < r tabel maka instrumen tersebut tidak reliabel. Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas Alpha Tingkat Reliabilitas 0,00 r11 < 0,20 Sangat rendah

38 0,20 r11 < 0,40 Rendah 0,40 r11 < 0,60 Cukup 0,60 r11 < 0,80 Tinggi 0,80 r11 1,00 Sangat Tinggi c. Uji Tingkat Kesukaran Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009, hlm 207). Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran : (Suharsimi Arikunto, 2009, hlm. 208) Keterangan : P = indeks tingkat kesukaran B = jumlah siswa yang menjawab benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik sehingga perlu direvisi, kriterianya adalah seperti Tabel 3.2. Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran Nilai Indeks Kesukaran Tingkat Kesukaran 0,00 P 0,30 Sukar 0,31 < P 0,70 Sedang 0,71 < P 1,00 Mudah Berdasarkan teori dari Suharsimi Arikunto (2009, hlm. 210), kriteria butir butir soal yang baik adalah butir-butir yang memiliki indeks kesukaran antara 0,30 sampai dengan 0,70, maka soal tersebut termasuk dalam kategori soal

39 sedang. Sehingga soal yang memiliki indeks kesukaran yang terlalu sukar dan soal yang terlalu mudah harus dibuang. d. Uji Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan sebagai berikut: Keterangan : D = Daya Pembeda J = Banyaknya siswa D = = JA = Banyaknya siswa pada kelompok atas JB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah BA = Banyak siswa kelompok atas yang menjawab soal (Suharsimi Arikunto, 2009, hlm.213) BB = Banyak siswa kelompok bawah yang menjawab dengan benar Untuk mengklasifikasikan daya pembeda dari setiap butir soal dapat digolongkan berdasarkan kriteria pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Nilai Tingkat Daya Pembeda D < 0 jelek 0,00 D < 0,20 cukup 0,21 D < 0,40 baik 0,41 D < 0,70 Baik sekali E. Prosedur Penelitian

40 Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Adapun prosedur dan alur penelitian ini ditunjukkan oleh gambar 3.1. Prosedur dan Alur Peelitian Tahap Persiapan Mulai Observasi awal Studi literatur Merumuskan dan membatasi masalah Melakukan hipotesis Menentukan desain dan metode penelitian Menyusun instrumen Uji validitas Tahap Pelaksanaan Soal valid Ya Tidak Dibuang Pretest Treatment Posttest O1 X O2 Tahap Akhir Menganalisis dan menyajikan hasil Universitas Pendidikan Indonesia Membuat repository.upi.edu kesimpulan dan perpustakaan.upi.edu rekomendasi

41 Gambar 3.1 Flowchart prosedur dan alur penelitian Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dilakukan sebelum penelitian dikerjakan, meliputi beberapa hal, diantaranya : a. Observasi awal dilakukan untuk melaksanakan studi pendahuluan melalui pengamatan terhadap proses pembelajaran dilihat dari keadaan pembelajaran, metode, serta penggunaan media pembelajaran. Selain itu dilakukan juga wawancara dengan guru mata pelajaran dan mengumpulkan data hasil ulangan sebelumnya untuk mengetahui hasil belajar sementara siswa sebelum dilakukannya penelitian. b. Studi literatur, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori-teori yang menjadi landasan mengenai permasalahan yang akan diteliti. c. Merumuskan dan membatasi masalah d. Melakukan hipotesis e. Menentukan desain dan metode penelitian f. Membuat dan menyusun kisi-kisi instrumen, instrumen tes, dan instrumen observasi serta mempersiapkan materi pembelajaran sebagai bahan dalam proses treatment. g. Melakukan uji coba instrumen tes. h. Menganalisis hasil uji coba instrumen tes dan kemudian menentukan soal yang layak digunakan untuk memperoleh hasil belajar ranah kognitif siswa.

42 2. Tahap Pelaksanaan Setelah tahap persiapan selesai dilaksanakan, selanjutnya masuk pada tahap pelaksanaan. Berikut tahapan-tahapan dari tahap pelaksanaan. a. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif sebelum diberikan perlakuan. b. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan cara menggunakan media pembelajaran software visio sebagai media pembelajaran pada kelas eksperimen. c. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti beserta para observator melakukan observasi terhadap siswa pada kelas eksperimen untuk melakukan penilaian hasil belajar ranah afektif dan psikomotor. d. Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif pada kelas eksperimen yang telah diberikan treatment. 3. Tahapan Pengolahan dan Analisis Data Tahap pengolahan dan analisis data dilakukan setelah tahap pelaksanaan selesai dikerjakan. Pada tahap pengolahan dan analisis data kegiatan ini dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut : a. Mengolah data hasil pretest dan posttest. b. Membandingkan hasil analisis tes antara pretest dan posttest untuk melihat apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif. c. Mengolah data hasil pengukuran ranah afektif dan psikomotor siswa. d. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari.pengolahan data. e. Menyusun laporan penelitian. 4. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010, hlm. 20). Variabel

43 adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa berubah-ubah, sehingga disebut juga sebagai ubahan. Variabel dapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian, atau juga berarti faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti). Variabel yang telah teridentifikasi perlu diklasifikasikan lagi sesuai jenis dan peranannya masing-masing dalam penelitian. Pada penelitian ini variabel penelitian terdiri dari: a. Variabel Independent (X) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah penerapan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio. b. Variabel Dependent (Y) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah peningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar gambar teknik. 5. Hipotesis Penelitian Penulis menggunakan teknik analisis data dengan pendekatan metode kuantitatif deskriptif. Dimana dalam pengolahan data secara kuantitatif ini mengolah data hasil pretest dan posttest. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima atau ditolak. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : a. Hipotesis Ranah Kognitif H 1 : Penggunaan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio dianggap efektif jika lebih atau sama dengan 75% dari keseluruhan siswa di dalam tes akhir ranah kognitif mencapai kriteria KKM (75). H 0 : Penggunaan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio dianggap tidak efektif jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa di dalam tes akhir ranah kognitif mencapai kriteria KKM (75).

44 H 1 : π 75% H 0 : π < 75% b. Hipotesis Ranah Afektif H 1 : Penggunaan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio dianggap efektif meningkatkan pemahaman siswa pada materi dasar-dasar simbol komponen listrik pada kompetensi dasar gambar teknik jika lebih atau sama dengan 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah afektif. H 0 : Penggunaan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio dianggap tidak efektif meningkatkan pemahaman siswa pada materi dasar-dasar simbol komponen listrik pada kompetensi dasar gambar teknik jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah afektif. H 1 : π 75% H 0 : π < 75% c. Hipotesis Ranah Psikomotorik H 1 : Penggunaan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio dianggap efektif meningkatkan pemahaman siswa pada materi dasar-dasar simbol komponen listrik pada kompetensi dasar gambar teknik jika lebih atau sama dengan 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotorik. H 0 : Penggunaan media pembelajaran berbasis software microsoft office visio dianggap tidak efektif meningkatkan pemahaman siswa pada materi dasar-dasar simbol komponen listrik pada kompetensi dasar gambar teknik jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotorik. H 1 : π 75% H 0 : π < 75%

45 Rumus yang digunakan untuk menghitung hipotesis di atas menggunakan uji proporsi pihak kiri. Karena H 1 berbunyi lebih besar atau sama dengan ( ) dan H 0 berbunyi lebih kecil (<), maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji pihak kiri. Rumusan t-test yang digunakan untuk menguji hipotesis deskritif satu sampel ditunjukan pada Rumus dibawah ini: x t = Keterangan : t = nilai t yang di hitung (Sugiyono, 2010, hlm.143) x = nilai rata-rata µo = nilai yang di hipotesiskan S = simpangan baku sampel n = jumlah anggota sampel Kriteria pengujian adalah t hitung dimana didapat dari daftar normal baku, maka H 1 diterima dan H 0 ditolak. Tetapi sebaliknya jika t hitung < maka H 1 ditolak dan H 0 diterima. F. Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data terkumpul, dengan cara mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab perumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2010). Perhitungan analisis data menggunakan software microsoft office excel 2010. 1. Analisis Data Kognitif a. Data Pretest, Postest dan Gain siswa

46 Data Pretest diperoleh sebelum perlakuan (treatment), dan data Postest yang didapat setelah diberikan perlakuan (treatment), serta melihat ada atau tidaknya peningkatan (gain). Pemberian skor terhadap jawaban yang diberikan siswa berdasarkan butir soal yang dijawab benar oleh siswa. Setelah penskoran tiap butir jawaban, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing siswa dan mengkonversinya dalam bentuk nilai dengan rumus sebagai berikut: b. Analisis Gain Normalisasi Menurut Hake (1999) skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan dari skor gain aktual dan skor gain maksimal. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa sedangkan skor gain maksimal yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Rumus indeks gain ternormalisasi menurut Meltzer (2008) yaitu: Tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga kategori, seperti yang terlihat dalam Tabel 3.5. Tabel 3.5 Kategori Perolehan Skor Batasan Kategori g > 0,7 Tinggi 0,3 g 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah (Hake, 1999) 3. Analisis Data Afektif

47 Tujuan dari pengukuran ranah afektif menurut Arikunto (2009, hlm. 178) adalah: a. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya. b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi: perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus atau tidaknya anak didik. c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik. d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik (Depdikbud, 1983 hlm. 2). Berdasarkan tujuan di atas, maka sasaran penilaian ranah afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Aspek yang dinilai pada penelitian ini meliputi aspek kerjasama dalam melakukan percobaan dan sikap dalam melakukan percobaan pada kegiatan pembelajaran gambar teknik listrik. Acuan pengukuran ranah afektif mengacu pada kriteria pengukuran ranah afektif di SMK Negeri 6 Bandung, dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini: Tabel 3.6 Kriteria pengukuran aspek afektif No Aspek Nilai Yang Diukur Skor Kriteria Tidak ikut berpartisipasi dalam melakukan percobaan 30 39 Gagal Melakukan percobaan semaunya 40 55 Kurang 1. Kerjasama dalam melakukan percobaan Melakukan percobaan secara individual Melakukan percobaan dengan kerjasama tapi banyak bercanda 56 69 Cukup 70 85 Baik Kerjasama dan serius dalam melakukan percobaan 86 100 Baik Sekali 2. Sikap dalam melakukan percobaan Acuh, mengabaikan instruksi guru/tutorial microsoft office visio 30 39 Gagal

48 No Aspek Nilai Yang Diukur Skor Kriteria Hanya menunggu instruksi guru, tidak membaca/mempelajari microsoft office visio Mengikuti instruksi guru dan membaca tutorial microsoft office visio tetapi tidak dilaksanakan sepenuhnya Mengikuti instruksi guru dan prosedur pada tutorial microsoft office visio tanpa mendiskusikan dengan rekan yang lain Mengikuti instruksi guru dan prosedur pada tutorial microsoft office visio kemudian mendiskusikan dan mengkomunikasikan kepada rekan/kelompoknya. 40 55 Kurang 56 69 Cukup 70 85 Baik 86 100 Baik Sekali Instrumen observasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini: Tabel 3.7 Instrumen pengukuran aspek afektif No. Nama Siswa Aspek yang diukur Kerjasama Sikap Jumlah Skor Nilai Hasil yang diperoleh oleh setiap siswa setelah pengukuran memiliki skala 0-100. Untuk menghitung hasil dari pengukuran setiap siswa digunakan rumus: (Arikunto, 2009, hlm.183)

49 Setelah pengukuran dilakukan terhadap seluruh siswa, selanjutnya dicari nilai rata-rata untuk setiap aspek yang dinilai. Untuk menghitung nilai rata-rata setiap aspek dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tabel 3.8 Tingkat Keberhasilan Pencapaian Afektif Katagori Perolehan Nilai Sangat baik Bila 90% Nilai 100% Baik Bila 80% Nilai < 90% Cukup Bila 70% Nilai < 80% Kurang Bila 0 % Nilai < 70% 4. Analisis Data Psikomotorik Menurut Arikunto (2009, hlm. 182), pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Aspek yang dinilai yaitu keterampilan dan kerapihan dalam menyelesaikan tugas gambar menggunakan software microsoft office visio. Acuan dalam melakukan pengukuran ranah psikomotorik mengacu pada kriteria pengukuran ranah afektif di SMK Negeri 6 Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini: Tabel 3.9 Kriteria pengukuran aspek psikomotorik No. Aspek Kriteria Skor Kriteria 1. Keterampilan Tidak bisa menggunakan software microsoft office visio (mengoperasikan dan membuat tugas gambar). Kurang terampil menggunakan software microsoft office visio (mengoperasikan dan membuat tugas gambar)..dan bekerja tidak sesuai tutorial microsoft 30 39 Gagal 40 55 Kurang

50 No. Aspek Kriteria Skor Kriteria 2. Kerapihan office visio, serta percobaan tidak berhasil. Kurang terampil menggunakan software microsoft office visio (mengoperasikan dan membuat tugas gambar), dan bekerja sesuai tutorial microsoft office visio, serta percobaan tidak berhasil Kurang terampil menggunakan software microsoft office visio (mengoperasikan dan membuat tugas gambar), bekerja sesuai tutorial microsoft office visio serta percobaan berhasil Terampil menggunakan software microsoft office visio (mengoperasikan dan membuat tugas gambar), serta percobaan berhasil Pengerjaan tugas tidak sesuai dengan gambar serta tidak bekerja sesuai tutorial microsoft office visio, dan tidak merapihkan alat dan bahan praktek. Pengerjaan tugas sesuai dengan gambar tetapi tidak bekerja sesuai tutorial microsoft office visio, dan tidak merapihkan alat dan bahan praktek. Pengerjaan tugas tidak sesuai dengan gambar tetapi bekerja sesuai tutorial microsoft office visio, dan tidak merapihkan alat dan bahan praktek. Pengerjaan tugas sesuai dengan gambar dan bekerja sesuai tutorial microsoft office visio, tetapi tidak 56 69 Cukup 70 85 Baik 86 100 Baik Sekali 30 39 Gagal 40 55 Kurang 56 69 Cukup 70 85 Baik

51 No. Aspek Kriteria Skor Kriteria merapihkan alat dan bahan praktek. Pengerjaan tugas sesuai dengan gambar dan bekerja sesuai tutorial microsoft office visio, serta merapihkan alat dan bahan praktek. 86 100 Tabel 3.10 Instrumen pengukuran aspek psikomotorik Baik Sekali No. Nama Siswa Aspek yang diukur Keterampilan Kerapihan Jumlah Skor Nilai Data hasil belajar psikomotorik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (Suharsimi Arikunto,2009) Untuk mengetahui persentase tingkat keberhasilan pencapaian psikomotor ditunjukan pada Tabel 3.11 dibawah ini : Tabel 3.11 Tingkat Keberhasilan Pencapaian Psikomotor Katagori Perolehan Nilai Sangat baik Bila 90% Nilai 100% Baik Bila 80% Nilai < 90% Cukup Bila 70% Nilai < 80% Kurang Bila 0 % Nilai < 70% Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka langkah berikutnya adalah mengolah data atau menganalisis data. Data dalam penelitian

52 ini berupa data kuantitatif maka teknik pengolahan data yang digunakan, yaitu teknik statistik. 5. Uji Normalisasi Data Uji normalitas data ini bertujuan untuk menguji apakah data yang diuji itu berdistribusi normal atau tidak (Sugiyono,2010). Untuk mendapatkan data yang normal maka digunakan uji distribusi chi kuadrat (X 2 ). Pengujian data dengan (X 2 ) dilakukan dengan membandingkan kurve normal yang terbentuk dari data yang telah terkumpul (B) dengan kurva normal baku/standar (A). Jadi membandingkan antara (A : B). Bila B tidak berbeda signifikan dengan A, maka B merupakan data yang terdistribusi normal. Seperti pada gambar 3.2, bahwa kurva normal baku yang luasnya mendekati 100% itu dibagi menjadi 6 bidang berdasarkan simpangan bakunya, yaitu tiga bidang dibawah rata-rata (mean) dan tiga bidang diatas rata-rata. Luas 6 bidang dalam kurva normal baku adalah : 2,27%; 13,53%; 34,13%; 34,13%; 13,53%; 2,27% (Gambar 3.2). Gambar 3.2 Kurva Baku Normal Uji Normalitas Adapun langkah-langkah pengolahan datanya sebagai berikut : a. Menentukan jumlah kelas interval. Untuk menguji normalitas dengan Chi Kuadrat ini, jumlah kelas interval ditetapkan = 6, hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada Kurva Normal Baku. Nilai siswa = b. Menentukan panjang kelas interval (Sugiyono, 2010)

53 Panjang Kelas = D D (Sugiyono, 2010) c. Menghitung kedalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat. d. Menghitung f h (Frekuensi yang diharapkan) Cara menghitung f h, didasarkan pada prosentasi luas tiap bidang kurva normal dikalikan jumlah data observasi (Jumlah individu dalam sampel). e. Memasukan harga-harga f h ke dalam tabel kolom f h, sekaligus menghitung harga-harga ( f 0 - f h ) 2 dan adalah merupakan harga Chi Kuadrat. f. Membandingkan χ 2 hitung dengan χ 2 tabel dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Taraf signifikansi 5 % 2) Derajat kebebasan (dk = k 3) 3) Apabila χ 2 hitung < χ 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.