BAB IV ALAT ALAT BANTU BONGKAR MUAT



dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB VII. bahan Papan-papan, balokbalok, tikar, kertas, terpal, sasak, plastik, dan tali.

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja. Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign)

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang : Pengangkutan Zat Radioaktip

ANGKET TENTANG PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN. 2. Jawablah setiap pertanyan dengan jujur, karena jawaban anda akan dijaga

Silabus. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Keselamatan Kerja di Laboratorium

DAFTAR LAMPIRAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)

PENGELOMPOKAN DAN PEMILIHAN MESIN PENGERING

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

1. Pengertian Perubahan Materi

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

Mengapa Air Sangat Penting?

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan.

Arang Tempurung Kelapa

Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : Diajukan oleh : Dikendalikan oleh : Disetujui oleh :

PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI JALAN

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

ΔL = ΔT. α. L 1. ΔA = ΔT. β. A 1 PEMUAIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN

LEMBARAN DATA KESELAMATAN

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Lembar data keselamatan

BAB III PROSES PEMBAKARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN

NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G

PEMELIHARAAN BATERAI. Teknik Kendaraan Ringan ( TKR ) Kelas : XI

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

POMPA TALI 1. PENDAHULUAN 2. URAIAN SINGKAT 3. BAHAN 4. PERALATAN

MODA TRANSPORTASI LAUT. Setijadi

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

Pengalaman Membuat dan Memasang Tanda Batas Di Taman Nasional Kepulauan Seribu

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Ketentuan gudang komoditi pertanian

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI

Sumber Bahaya di lab. 1. Bahaya fisik (bakar, gores, dll) 2. Bahaya bahan kimia (korosif, karsinogenik) 3. Bahaya bahan biologi (bakteri, virus dll)

Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Kesehatan dan Keselamatan Kerja di TFME

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

SANITASI DAN KEAMANAN

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALATIHAN SOAL BAB 11

Batere paling tipis di dunia

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda?

LEMBAR DATA KESELAMATAN

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N

III. METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-01/MEN/1992 TENTANG SYARAT SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PESAWAT KARBID

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Penanganan Bahan Kimia di TFME

Nokia Extra Power DC-11

LEMBARAN DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN

PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM

LEMBARAN DATA KESELAMATAN

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

Transkripsi:

BAB IV ALAT ALAT BANTU BONGKAR MUAT Alat-alar bantu dalam pelaksanaan bongkar muat adalah merupakan jerat yang digunakan sebagai pengikat atau pengangkut yang bersifat sementara pada waktu muatan diangkat dari dermaga kedal ruang muat atau sebaliknya. Dalam praktek jerat muat ini disebut "Sling muat". Jenis-jenis sling ada bermacam-macam tergantung dari pada jenis muatan yang akin dimuat tau di bongkar. Tujuan dari pada Sling ini adalah untuk memudahkan pengangkutan maupun pembongkaran muatan dimana faktor keselamatan muatan tetap dapat terjamin. Sling Sling 1. Sling Tali (Endless sling) Sling Tali atau Sling muat, terbuat dari Tali Manila dirriana kedua ujungnya disambung sehingga sling ini juga biasa disebut sling tali tak berujung (Endless sling). Adapun ukuran diamet r dari Tali Manila yang digunakan adalah 3 s/d 3,5 inch (7,5 s/d 8,75 em) dan panjangnya adalah 5 s/d 7 depa ( 9 s/d 12 m). Kedua ujung tali disambung dengan Splice pendek. 40

2. Sling Terpal (Canvas sling) Sling terpal adalah sling tali yang diberi terpal, yaitu dengan menjahitkan terpal pada sling tali. Digunakan untuk mengangkat muatan-muatan curah dalam karung, beras, kopi atau muatan-muatan yang sejenis dimana isi karungnya sedikit. jika ada kebocoran, maka isinya dapat tertampung pada terpal. Tekanan pada bagian luar muatan akan terbagi rata sehingga kemungkinan kerusakan muatan diperkecil. 3. Sling Papan (Board sling) Sling ini hampir sama dengan sling terpal, dimana bagian terpal diganti dengan kayu papan. Sling ini digunakan untuk mengangkat muatan yang pembungkusnya mudah rusak, misalnya Semen, dos-dos / karton-karton atau potongan-potongan muatan lainnya. 0«. Lb 41

4. Sli ng tunggal ( Snotter sling) Sling ini terbuat dari manila atau kawat baja yang diberi mata pada kedua ujungnya. Ukuran diameter tali manila yang digunakan adalah 3 s/d 4 inch (7,5 s/d 10 cm) dan untuk tali kawat menggunakan ukuran diameter 2 s/d 2,5 inch (5 s/d 6.25 cm) dengan panjang 2 s/d 3 depa (3,5 s/d 5,5). Sling ini digunakan untuk mengangkat peti-peti, bal-balan, kayu / papan gergajian maupun kayu gelondongan, kulit basah dan lain-lain. 0.,5`;,»\Nk >,, % - ' 1 1. 3 " ` ~ ' ~. 7.Z) 5. Sling Rantai (Chain sling) Sling ini terdiri dari rantai sebuah cincin pada salah satu ujungnya, dan pada ujung lainnya sebuah cincin yang lebih kecil atau kait. Sling ini biasanya dipakai untuk mengangkat kayu gelondongan yang berat, bundelbundel besi, atau muatan yang berupa alat-alat dari baja. Dalam menggunakan sling ini harus hati-hati sebab kemungkinan sling dapat terpuntir saat muatan sedang terangkat. ' 42

6. Sling Plat (Plat clamps) Sling ini bermacam-macam namun prinsipnya plat yang akan diangkat tercengkeram / terjepit sehingga tidak ada kemungkinan akan tergelincir. Sling ini terbuat dari rantai dan plat yang diperlengkapi dengan alat penjepit. Konstruksi sling dibuat sedemikian rupa sehingga sewaktu sling diangkat, maka alat penjepitnya akan berfungsi sebagaimana mestinya. /,Q 7 Sling Drum (Can hook) Sling ini terdiri dari rantai yang dilengkapi dengan 2 (dua) buah kait atau lebih dimana kait-kait tersebut berpasangan (jumlah kait genap), yang digunakan untuk mengangkat lebih dari Satu secara bersamaan. Guna dari pada kaitkait tersebut adalah untuk mencengkeram pinggiran drum atau barrel namun jangan digunakan untuk mengangkat barrel yang berat. 43

8. Sling Dulang (Tray) Sling Dulang ini dapat berbentuk segi empat atau segi enam atau bulat. Dimana pinggir-pinggirnya dapat dikait atau diikatkan dengan tali manila yang pendek. Sling ini digunakan untuk mengangkat peti-peti yang kecilkecil, dosdos, tong-tong atau drum-drum. 9. S l i n g K o t a k ( B o x e s ) Sling ini sama dengan sling dulang tetapi bagian pinggirnya diberi dinding sehingga menyerupai sebuah kotak. Sling ini biasanya digunakan untuk mengangkat muatan-muatan yang berbahaya misalnya bahan-bahan peledak. 44

10. Sling Jala-jala (Net sling) Sling ini terdiri dari tali manila atau kawat yang dianyam sedemikian rupa sehingga menjadi jala-jala. Digunakan untuk mengangkat muatan yang bungkusnya kecil-kecil atau potongan-potongan kecil misalnya kantongkantong pos. 41EMINIIIIMI. AMMIMIMMIMMIL 211111111 1111111111111111111111111,.1111111111111111 1111111111111111111 lip, o m o s i m a m s amossamesomm m o m m a s a m m u s 1111111111111 11111111 111111111111111 111M 111111111111111111111INII IVI 111111111111111111 111 111111 91111111111111 111111111111111111111" ` 111111111 11111.111111111110" 11111111111111111111111111V 1111 11111111111111111' 11. Sl i ng Mobi l (Car sl i ng) Sling ini dibuat sedemikian rupa sehingga mobil atau lori dapat masuk kedalamannya, dimana ban mobil tepat berada pada dudukan terpal atau jala-jala yang khusus dibuat untuk itu. Bagian tali yang mengenai badan mobil diberi bantalan agar badan mobil tidak lecet / tergores. Digunakan untuk mengangkat mobil atau lori. 45

12. Sling Muatan Berat (Heavy cargo sling) Sling ini dibuat khusus untuk mengangkat muatan-muatan berat misalnya Lokomotif, gerbong kereta api, dan lain-lain. Sling ini dibuat sedemikian rupa dan dirancang khusus sehubungan dengan muatannya yang berat, biasanya terdiri dari beberapa potong plat yang dirangkai dengan rantai dan kawat baja. ---%r; _ ; 46

Internasional Marking Symbol ABC 1234 OSAKA 1/27 8 215 kg made in Indonesia A Trag e I kindle W7th Care Use No Hooks Keep Dry E F Center fo Gray ty This Way UP i f t 0 Keep Away For Heal (3 Here A. Barang mudah pecah B. Jangan gunakan Ganco C. Selalu di tempat kering D. Titik berat E. Yang di atas seperti ini; F. Jauhkan dari panas G. Tempatkan sling disini 47

Merkah-merkah Muatan Berbahaya Label Kelas 1 Label Kelas 2 Label Kelas 3 Label Kelas 4 Label Kelas 5 Label Kelas 6 Label Kelas 7 Categori Categori Label Kelas 8 CORROSIVE Label Kelas 9 PLACARD. RADIOACTIVE 48

Lebel Kelas 1 Kelas 1: Bahan/Barang Peledak Bahan peledak adalah bahan atau zat yang berbentuk padat, cair, atau campuran dan bahan-bahan tersebut yang dapat dengan sendirinya mengalami reaksi kimia dan menghasilkan gas pada temperatur dan tekanan tertentu yang dengan cepat dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan sekelilingnya. Bahan-bahan pyrotechnic termasuk dalam kelompok ini meskipun tidak menghasilkan gas. Label Kelas 2 Label Kelas 3 Kelas 2: Gas-gas yang dimampatkan, dicairkan atau dilarutkan dengan tekanan. Bahan-bahan yang termasuk di dalam kelompok ini adalah gas mampat, gas cair, gas dalam larutan, gas cair yang dibekukan, campuran satu atau lebih gas dengan satu atau lebih uap bahan kelas lainnya, barang yang diisi gas, tellurium hexaftuoride dan aerosol. Kelas 3: Cairan mudah menyala/terbakar Cairan mudah menyala adalah cairan atau campuran dan atau cairan yang mengandung larutan padat atau larutan jenuh, misalnya cat, pernis, dempul dan sebaganya, akan tetapi tidak mencakup zat.-zat yang karena sifat bahayanya dimasukkan ke dalam kelas yang lain. Label Kelas 4 Kelas 4: Bahan/Barang padat mudah menyala/terbakar Bahan/barang yang digolongkan pada kelompok ini mempunyai, sifat umum yang peka terhadap pcmanasan secara spontan atau secara spontan terbakar. Bahan-bahan ini tcrdiri dan bahan pyrophonic can bahan/barang yang dapat menjadi pangs dengan sendirinya. 49

Label kelas 5 Kelas 5: Bahan/Barang pengoksidir dan peroksida organ ik Bahan/barang pengoksidir mempunyai sifat mengeluarkan.oksigen dan bila ikut terbakar akan memperbesar kejadian. kebakaran. Sedangkan peroksida organic adalah bahan/barang yang mudah busuk karena pengaruh cksotermis pada suhu yang normal Label kelas 6 Kelas 6: Bahan/barang beracun dan yang mudah menular Bahan /barang beracun yang dapat mengakibatkan kematian atau kerusakan kesehatan manusia apabila tertelan, terhirup atau terkena kulit. Label kelas 7 Kelas 7: Bahan/barang radioaktif Categori 11 Categori 111 Bahan/barang radioaktif adalah barang yang dalam jumlah kecil maupun besar bersifat sangat berbahaya karena dapat menimbulkan bahaya radiasi yang tidak kelihatan dan dapat merusak pori-pori. Label kelas 8 Label Kelas 9 Kelas 8: Bahan/barang perusak Bahan /barang perusak adalah bahan/barang berbentuk padat atau cair yang secara umum dapat merusak jaringan sel. Kebocoran bahan/barang ini dapat mengakibatkan kerusakan pada barang/bahan lainnya. Kelas 9: Bahan/barang berbahaya jenis lainnya.. Yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan/barang yang tidak termasuk di dalam kelas I sampai dengan kelas 8, akan tetapi menunjukkan sifat sifat berbahaya, bahan/barang yang diangkut dengan suhu sama atau lcbih dan 10000 dalam bentuk cair, dan dengan suhu sama atau lebih dan 24000 untuk barang padat dan bahan/barang yang diangkut sesuai dengan ketentuan annex 3 Konvensi MARPOL 73-78. 50

Latihan : 1. Sebutkan macam macam sling! 2. Jelaskan fungsi dari sling jala jala! 3. Sebutkan muatan muatan berbahaya pada label kelas 1! 4. Apa yang dimaksud bahan radioaktif, sebutkan contohnya! 5. Sebutkan funsi dari sling rantai!