PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

SALINAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJALENGKA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SELAYAR. dan BUPATI SELAYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM LINGKUNGAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 25 TAHUN 2008

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBINAAN DAN PEDOMAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 6 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2008 PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH (PPNSD) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 23 TAHUN 2002 SERI E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 04 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G Nomor : 5 Tahun : 1986 Seri : D.

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BAU-BAU

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 15 Tahun 2000 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKANBARU

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PAREPARE

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA PEKALONGAN

NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1988 SERI D NOMOR 2

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan dan berwibawa sangat diharapkan dalam rangka penegakan Peraturan Daerah dan Penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah; b. bahwa sesuai dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan beserta aspek permasalahannya, maka Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 6 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah Yang Memuat Sanksi/Ancaman Pidana dipandang perlu ditinjau kembali untuk diadakan penyesuaian; c. bahwa berdasar pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2757); 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041); 3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685); 5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4168); 8. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3381); 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewengangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Pemerintah Republik Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 13. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undangundang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 14. Peraturan Menteri Kehakiman Nomor M. 18 PW. 07.03 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengusulan, Pengangkatan, Mutasi dan Pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 15. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M. 04 PW. 07.03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 16. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum Daerah; 17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Penegakan Peraturan Daerah;

19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah; Dengan persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG Dan BUPATI BATANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Batang; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Batang; c. Bupati adalah Bupati Batang; d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Batang; e. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Batang; f. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan; g. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Poko-pokok Kepegawaian; h. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disingkat PPNS Daerah adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah; i. Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Penyidik POLRI adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan; j. Unit Kerja adalah unit kerja di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Batang; k. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk mencarti serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya; l. Tim Pembina PPNS Daerah adalah Tim yang membina pelaksanaan tugas-tugas PPNS Daerah; m. Opreasi Penindakan yang selanjutnya disebut operasi yustisi adalah operasi penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang dilakukan oleh PPNS secara terpadu dengan sistim peradilan sidang di tempat atau di Pengadilan Negeri; n. Pendidikan dan Pelatihan PPNS Daerah yang selanjutnya disingkat Diklat PPNS Daerah adalah suatu kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas PNS di bidang Penyidikan Peraturan Daerah untuk diangkat sebagai PPNS Daerah.

BAB II KEDUDUKAN, TUGAS DAN WEWENANG Pasal 2 (1) PPNS Daerah berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati. (2) Mekanisme pertanggungjawaban sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati. Pasal 3 (1) PPNS Daerah mempunyai tugas melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PPNS Daerah berada di bawah koordinasi dan pengawasan Penyidik POLRI. Pasal 4 (1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, PPNS Daerah mempunyai wewenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah; b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan ditempat kejadian; c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagia tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) PPNS Daerah tidak berwenang untuk melakukan penangkapan atau penahanan. BAB III HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 5 (1) PPNS Daerah disamping memperoleh hak-haknya sebagai PNS sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, dapat diberikan uang insentif. (2) Besarnya uang insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan keuangan daerah. Pasal 6 PPNS Daerah mempunyai kewajiban : a. melakukan penyidikan, menerima laporan dan pengaduan mengenai terjadinya pelanggaran atas Peraturan Daerah; b. menyerahkan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI dalam wilayah hukum yang sama; c. membuat Berita Acara setiap tindakan dalam hal : 1) pemeriksaan tersangka; 2) pemasukan rumah; 3) penyitaan barang;

4) pemeriksaan saksi; 5) pemeriksaan tampat kejadian. d. membuat laporan pelaksanaan tugas Bupati diatur dengan Keputusan Bupati. BAB IV PENGANGKATAN, MUTASI DAN PEMBERHENTIAN Pasal 7 (1) Pengangkatan PPNS Daerah diusulkan oleh Bupati kepada Menteri Hukum dan HAM melalui Menteri Dalam Negeri, dalam hal ini Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri dengan tembusan kepada Gubernur. (2) Keputusan pengangkatan PPNS Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan HAM setelah mendapat pertimbangan dari Jaksa Agung dan KAPOLRI. Pasal 8 Syarat-syarat pengangkatan PNS menjadi PPNS Daerah terdiri dari : a. pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tingkat I ( Golongan II/b ); b. pendidikan serendah-rendahnya Sarjana Muda (D III); c. ditugaskan di bidang teknis operasional; d. telah lulus pendidikan khusus di bidang penyidikan; e. daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) dalam 2 (dua) tahun terakhir dengan nilai rata-rata baik; f. sehat jasmani dan rohani, dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Pasal 9 (1) Usulan pengangkatan PPNS Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 disertai lampiran : a. Photo copy Peraturan Daerah yang menjadi dasar hukum pemberian kewenangan sebagai Penytidik Pegawai Negeri Sipil yang diusulkan; b. Surat keterangan wilayah kerja Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diusulkan; c. Photo copy ijazah terakhir yang dilegalisir; d. Photo copy keputusan Pengangkatan Jabatan/Pangkat terakhir yang dilegalisir; e. Photo copy Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) selama 2 (dua) tahun terakhir berturut-turut yang dilegalisir; f. Photo copy Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) Pendidikan Khusus di Bidang Penyidikan yang dilegalisir; g. Surat Keterangan Dokter yang menyatakan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan berbadan sehat. (2) Tata cara usulan pengangkatan PPNS Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dan ditetapkan dengan keputusan Bupati. Pasal 10 (1) Mutasi PPNS Daerah ditetapkan oleh Bupati. (2) Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri dan tembusan kepada Menteri Hukum dan HAM. Pasal 11 PPNS Daerah diberhentikan darei jabatannya karena : a. berhenti sebagai PNS; b. atas permintan sendiri; c. melanggar disiplin kepegawaian; d. tidak lagi memenuhi syarat sebagai PPNS Daerah; dan

e. meninggal dunia. Pasal 12 (1) Pemberhentian PPNS Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diusulkan oleh Bupati kepada Menteri Hukum dan HAM melalui Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri dengan tembusan Gubernur. (2) Usul pemberhentian PPNS Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 harus disertai dengan alasan-alasan dan bukti pendukungnya. Pasal 13 Keputusan pemberhentian PPNS Daerah ditetapkan oleh Menteri Hukum dan HAM. BAB V SUMPAH / JANJI DAN PELANTIKAN Pasal 14 (1) Sebelum pelantikan, PPNS Daerah harus mengucapkan sumpah/janji. (2) Tata cara pengucapan dan bunyi/sumpah PPNS Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 15 (1) Pelantikan PPNS Daerah dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Tata cara pelantikan dan sumpah janji serta Naskah Berita Acara sumpah janji dan pelantikan diatur dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pasal 16 Jenis Pendidikan dan Pelatihan PPNS Dearah terdiri dari : a. Diklat Calon PPNS Daerah; b. Diklat peningkatan kemampuan PPNS Daerah; Pasal 17 (1) Diklat Calon PPNS Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a diselenggarakan untuk persyaratan wajib dalam pengangkatan PNS Daerah menjadi PPNS Daerah. (2) Diklat peningkatan kemampuan PPNS Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b diselenggarakan untuk PPNS Daerah yang meliputi Bimbingan Teknis PPNS dan Diklat Teknis Fungsional. Pasal 18 Bimbingan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan dan penguasaan pengetahuan PPNS Daerah di bidang penyidikan Peraturan Daerah. Pasal 19 Diklat Teknis Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) diselenggarakan untuk persyaratan bagi PPNS Daerah dalam rangka menduduki jabatan Fungsional.

Pasal 20 Tujuan, sasaran dan pelaksanaan Diklat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 diatur lebih lanjut oleh Bupati. BAB VII KARTU TANDA PENGENAL Pasal 21 (1) PNS yang telah diangkat sebagai PPNS Daerah harus mempunyai Kartu Tanda Pengenal. (2) Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Bupati dan dapat didelegasikan kepada Sekretaris Daerah atau Kepala Bagian Hukum. (3) Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun, terhitung sejak tanggal dikeluarkan. Pasal 22 (1) Setelah habis masa berlaku Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3), dapat diusulkan perpanjangan. (2) Perpanjangan Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) minggu sebelum berakhir masa berlaku oleh Unit Kerja PPNS kepada Kepala Bagian Hukum. (3) Perpanjangan Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan perpanjangan harus sudah selesai diproses penerbitannya oleh Kepala Bagian Hukum. (4) Perpanjangan masa berlaku Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh Kepala Bagian Hukum. (5) Penggantian Kartu Tanda Pengenal karena mutasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), diterbitkan oleh Bupati dalam hal ini Sekretaris Daerah. Pasal 23 Ketentuan lebih lanjut mengenai Kartu Tanda Pengenal dan perpanjangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 diatur dan ditetapkan oleh Bupati. BAB VIII RUANG LINGKUP, PELAKSANAAN PENYIDIKAN DAN OPERASI Pasal 24 Ruang lingkup Operasional PPNS Daerah terdiri dari : a. rencana dan kegiatan penyidikan; b. administrasi penyidikan; c. pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Pasal 25 (1) Setiap PPNS Daerah dalam menjalankan tugas penyidikan harus dilengkapi dengan surat perintah penyidikan. (2) Surat Perintah Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 26 (1) Pelaksanaan Operasi penegakan Peraturan Daerah dapat dilakukan dalam bentuk operasi yustisi dan atau non yustisi. (2) Operasi yustisi dan non yustisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara terpadu dengan melibatkan instansi terkait di Daerah. (3) Hasil operasi yustisi atas denda pelanggaran Peraturan Daerah merupakan penerimaan Daerah. Pasal 27 Pelaksanaan Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 terdiri dari : a. persiapan; b. pelaksanaan kegiatan operasi; c. penindakan (pemanggilan/pemeriksaan dan penyelesaian). Pasal 28 Petunjuk pelaksanaan operasional PPNS Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 diatur dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pembinaan terhadap PPNS Daerah meliputi : a. Pembinaan Umum; b. Pembinaan Teknis; c. Pembinaan Operasional. BAB IX PEMBINAAN Pasal 29 Pasal 30 (1) Pembinaan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a, dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri. (2) Pembinaan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pembinaan pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi yang berkaitan dengan pemberdayaan PPNS Daerah. Pasal 31 Pembinaan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM, KAPOLRI dan Jaksa Agung sesui dengan tugas dan fugsi masing-masing melalui jajaran instansi di daerah. Pasal 32 (1) Pembinaan Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf dilakukan oleh Bupati bekerjasama dengan Instansi terkait. (2) Pembinaan Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa petunjuk teknis Operasional PPNS Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten yang ditetapkan oleh Bupati.

BAB X PEMBIAYAAN Pasal 33 Segala biaya berkaitan dengan pelaksanaan operasi dan pembinaan operasional dibebankan kepada APBD Kabupaten Batang. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 34 PPNS yang ada sebelum ditetapkan Peraturan Daerah ini masih dapat melaksanakan tugas sampai dengan berakhir masa tugasnya. Pasal 35 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 6 Tahun 1987 tentang Penytidik Pegawai Negeri Sipil yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah Yang Memuat Sanksi/Ancaman Pidana ( Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Tahun 1988 Nomor 1 Seri : ) dinyatakan tidak berlaku. Pasal 36 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dan ditetapkan oleh Bupati. Pasal 37 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar semua orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Kabupaten Batang. Ditetapkan di Batang Pada tanggal 24 Pebruari 2005 BUPATI BATANG Diundangkan di Batang pada tanggal 24 Pebruari 2005 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BATANG, BAMBANG BINTORO S O E T A DI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2005 NOMOR 2 SERI : E No. : 1

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL I. PENJELASAN UMUM : 1. LATAR BELAKANG: Dengan berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Taun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, maka RIB (Staatblad Tahun 1941 Nomor 14) dihubungkan dengan Undang-undang Nomor 1 Drt tahun 1951 sepanjang mengenai hukum acara pidana tidak berlaku lagi. Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 kewenangan sesuai dengan Undang-undang yang menjadi dasar hukumnya. Menurut KUHAP yang dimaksud dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang. Penyidikan dalam rangka penegakan hukum terhadap pelanggaran ketentuan suatu Peraturan Daerah sebelum berlakunya KUHAP dilakukan oleh Pejabat Pra Jaksa selalu Hulp Megistraat yang didasarkan pada HIR disamping ada yang dilakukan oleh Penyidik Polri. Terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah dilakukan penyidikan dan penuntutan oleh Penyidik dan Penuntut Umum sesuai dengan peraturan perundangundangan. Berdasarkan Pasal 149 ayat (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Batang perlu ditunjuk Pejabat lain yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda. 2. WEWENANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL Menurut KUHAP Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan Penyidikan. Dalam hal ini penyidikan terhadapa pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat sanksi/ancaman pidana. Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil tersebut sesuai dengan Undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing yang dalam pelaksanaan tugasnya dibawah koordinasi dan pengawasan Penyidik Polri (pasal 7 ayat (2) KUHAP). Pada umumnya wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil diatur secara tegas dan terperinci didalam Undang-undang yang menjadi dasar hukumnya. Apabila dalam Undang undang yang menjadi dasar hukumnya tidak mengatur secara tegas wewenang yang diberikan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang penyidikan maka Penyidik Pegawai Negeri Sipil tersebut dalam menjalankan kewajibannya hanya mempunyai wewenang sebagaimana dimaksud Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-04-PW.07.03 Tahun 1984 pasal 2 yaitu meliputi : a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat ;petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut buan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal akan melakukan tindakan penangkapan atau penahanan, penggeledahan atau penyitaan, maka Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah harus meminta bantuan Penyidik Polri. Kewenangan Pemerintah Daerah menunjuk penyidik terdapat dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pada pasal 149 (3) yang berbunyi : Dengan Perda dapat juga ditunjuk pejabat lain yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda. Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut tidak menyebutkan secara tegas mengenai kewenangan penyidik, oleh karena itu Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah tidak boleh melampaui ketentuan pasal 2 Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-04-PW.07.03 tahun 1984 sebagaimana telah disebutkan di atas. Sesuai dengan dasar hukumnya, bahwa delik yang diatur dalam Peraturan Daerah hanya bersifat pidana pelanggaran dengan hukuman denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) atau pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan. Pada hakekatnya untuk menegakkan hukum terhadap Peraturan Daerah terseut lebih banyak bersifat tindakan preventif dan tindakan represif non justisial. Oleh karena itu bagi Pemerintah Daerah perlu adanya Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang dapat bertindak melakukan tugas kepolisian represif non justisial yang dibenarkan oleh kukum, guna mencegah serta mengurangi gangguan ketentraman dan ketertiban disamping upaya peningkatan Pendapatan Daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi. 3. PELAKSANAAN KEGIATAN OPERASI. Dalam setiap pelaksanaan operari penegakan Penegakan Daerah oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu memperhatikan : a. Bagi PPNS yang akan melaksanakan tugas operasi atau penegakan Peraturan Daerah harus benar-benar menguasai secara teknis Peraturan Daerah yang menjadi dasar hukum dan teknis penyidikan; b. Untuk mendukung angka 1, Tim Pembina berkewajiban melaksanakan pembinaan kepad PPNS sebelum/sesudah pelaksanaan operasi baik yang bersifat teknis yuridis (aspek-aspek hukum suatu Peraturan Daerah) maupun yang bersifat teknis administratif; c. Setiap pelaksanaan kegiatan operasi di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik POLRI; d. Pelaksanaan kegiatan operasi PPNS didampingi oleh Tim Pembina PPNS dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengendalian operasi PPNS; e. Sebelum operasi dilaksanakan agar dilakukan pengecekan kembali kegiatan persiapan operasi sebelumnya. A. KOORDINASI : Dalam melaksanakan tugasnya Penyidik Pegawai Negeri Sipil dibawah Koordinasi Penyidik Polri. Pelaksanaan Koordinasi ini dapat berupa : 1. Kewajiban Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk memberitahukan sedang dilakukan penyidikan kepada Penyidik Polri. 2. Penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum melalui Penyidik Polri.

3. Kewajiban memberitahukan tentang penghentian penyidikan kepada Penyidik Polri dan Penuntut Umum. 4. Kewajiban Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang menyampaikan laporan kepada atasan langsungnya sesuai dengan prosedur hubungan hierarkhi yang berlalu tentang hasil Penyidikan dan penyampaian Berita Acara yang telah ditandatangani oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan semua pihak yang terlibat kepada Penyidik Polri. B. PETUNJUK : Penyidik Polri diminta atau tidak diminta berdasarkan tanggung jawab wajib memberikan petunjuk Penyidikan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam rangka melakukan penyidikan pemberian petunjuk dari Penyidik Polri dapat berupa : 1. Kasuistis dalam arti sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil. 2. Melakukan pembinaan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang menyangkut teknis Penyidikan, penyusunan dan penyampaian berkas perkara. C. BANTUAN : Berdasarkan tanggung jawab Penyidik Polri wajib memberikan bantuan Penyidikan kepad Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang sedang melakukan Penyidikan. Bantuan tersebut dapat berupa tenaga, peralatan dan lain-lain guna kepentingan Penyidikan, terutama yang menyangkut tindakan penangkapan penahanan, penggeledahan dan penyitaan. D. PENGAWASAN : Untuk menjamin agar kegiatan Penyidikan yang dilakukan mencapai sasaran Penyidik Polri melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Penyidikan yang sedang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pengawas tersebut dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, yaitu : 1. Kewajiban Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk memberitahukan kepada Penyidik Polri tentang dilakukannya Penyidikan, perkembangan dan penghentian penyidikan. 2. Permintaan izin penangkapan, penggeledahan, peyitaan kepada Penyidik Polri. 3. Menyerahkan berkas perkara kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polri. 4. Penggunaan upaya paksa yang dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil memberitahukan kepada Penyidik Polri. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Ayat (1) Huruf a s/d huruf h

Ayat (1) Huruf i Yang dimaksud dengan tindakan lain adalah tindakan dari penyidik untuk kepentingan penyelidikan dengan syarat : a) tidak bertentangan dengan suatu peraturan hukum; b) selaras dengan kewajiban hukum yang menghruskan dilakukannya tindakan jabatan; c) tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan jabatannya; d) atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa; e) menghormati hak asasi manusia. Ayat (2) Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Yang dimaksud dengan ditugaskan di bidang teknis operasional adalah : - bertugas pada Dinas / instansi yang melaksanakan / mengawal Peraturan Daerah yang mengandung sanksi pidana; - tidak bertugas di bidang tata usaha dan administrasi, termasuk kepegawaian dan keuangan; - dibuktikan dengan surat keterangan yang diterbitkan oleh Pimpinan unit kerja. Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17

Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Yang dimaksud dengan jajaran instansi di daerah meliputi Kejaksaan Negeri, Pengadilan Negeri dan Kepolisian Resort. Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36

Pasal 37 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2005 NOMOR : 2 SERI : E NO. 1