BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977:

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanda Mahesa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. melalui para tokoh imajinatifnya, dan memberikan cara-cara memahami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra ini dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Pradopo (2002:59) mengemukakan bahwa karya sastra secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh pengalaman lingkungan pengarang. Sastra lahir karena dorongan keinginan dasar manusia untuk mengungkapkan diri, apa yang telah dijalani dalam kehidupan dengan pengungkapan lewat bahasa. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Wellek dan Warren (1993:4) karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa yang fungsi estetiknya dominan. Bahasa sastra sangat konotatif, mengandung banyak arti tambahan sehingga tidak hanya bersifat referensial. Karya sastra tidak hanya karya imajiner saja, tetapi lebih dari itu sastra merupakan wujud tanggapan pengarang dan cerminan terhadap perkembangan keadaan sosial di sekitarnya. Sastra merupakan wahana komunikasi kreatif dan imajinatif. Sastra adalah suatu karya seni dalam eksistensinya mengungkapkan peristiwa-peristiwa hidup dan kehidupan yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Sutresna, 2006:2). Sastra merupakan perwujudan pengalaman sastrawan tentang sesuatu (benda, orang, atau gagasan) yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa yang kreatif sehingga terwujudlah bayangan kenyataan itu (Effendi dalam Sutresna, 2006:4). 1

2 Karya sastra itu sendiri menceritakan berbagai masalah dalam kehidupan manusia, mulai pada peristiwa yang dialami oleh pengarang atau dilihat pengarang. Karya sastra merupakan susunan pengalaman. Hal ini berarti karya sastra tidak dapat dilepaskan pengalaman hidup pengarangnya. Sumardjo dan Saini (1997:3) berpendapat bahwa karya sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang diterapkan melalui kreativitas manusia. Karya sastra lahir karena adanya keinginan pengarang untuk mengungkapkan eksentensinya sebagai manusia yang mempunyai ide, gagasan, dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan media bahasa sebagai penyampainya. Genre sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu sastra imajinatif dan nonimajinatif. Praktik sastra nonimajinatif terdiri atas karya-karya yang berbentuk esai, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah. Bagian sastra imajinatif ialah karya prosa fiksi (cerpen, novel, roman), puisi (puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik), dan drama (drama komedi, drama tragedi, melo drama, dan drama tragikomedi) (Najid, 2003:12). Penelitian ini, peneliti tidak akan membeberkan kedua jenis sastra tersebut. Akan tetapi, lebih mengacu pada salah satu cabang sastra imajinatif yaitu prosa yang mengarah pada bentuk novel. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi, dalam bahasa Jerman istilah novel yaitu novelle, dan secara harafiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita yang pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009:9). Sosiologi berasal kata socio atau society yang bermakna masyarakat dan logi atau logos yang artinya ilmu. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat atau ilmu tentang kehidupan masyarakat (Saraswati, 2003:2).

3 Salah satu faktor substansial dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ialah pendidikan. Saat ini pendidikan menjadi masalah terpenting di Indonesia sebab dengan kualitas pendidikan yang baik dapat menjadi cerminan majunya suatu bangsa. Peningkatkan kualitas pendidikan, dapat dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, salah satunya pada aspek bahan ajar. Bahan ajar merupakan faktor penunjang dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Penggunaan bahan ajar harus sesuai dengan kebutuhan pembelajaran agar memudahkan guru dalam penyampaian materi dan memungkinkan siswa berperan aktif di dalamnya (Tarigan, 1984:16). Pemilihan bahan ajar dapat dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. Pemilihan bahan ajar perlu dilakukan guru dengan memperhatikan karakteristik siswa di kelas. Hal tersebut diharapkan agar siswa menguasai kompetensi secara utuh dan terpadu. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru adalah novel. Novel adalah suatu cerita yang fiktif dalam panjang tertentu yang melukiskan para tokoh, gerak, serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur (Tarigan, 1984:16). Penelitian mengenai novel sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini kurikulum 2013 dalam silabus bahasa Indonesia, pembelajaran mengenai novel di Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam penelitian ini pada kelas XII pada semester II. Sesuai dengan Kurikulum 2013 tersebut terdapat kompetensi dasar 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel. KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4 Pengajaran sastra pada dasarnya memiliki peranan dalam peningkatan pemahaman siswa. Apabila karya-karya sastra tidak memiliki manfaat, dalam menafsirkan masalah-masalah dalam dunia nyata, maka karya sastra tidak akan bernilai bagi pembacanya. Pengajaran sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka dapat dipandang pengajaran sastra menduduki tempat yang yang selayaknya. Rahmanto (1996:27-31) menyatakan bahwa ada tiga aspek penting dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu: (a) Aspek bahasa. Penguasaan suatu bahasa tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang nampak jelas pada setiap individu. (b) Aspek psikologi (kematangan jiwa). Pemilihan bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis hendaknya perlu diperhatikan, karena tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat anak didik (siswa). (c) Aspek latar belakang budaya. Guru sastra hendaklah memahami apa yang diminati oleh para siswanya sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki oleh para siswanya. Salah satu novel yang dapat digunakan sebagai bahan ajar yakni novel Belantik. Novel Belantik merupakan novel yang diciptakan oleh Ahmad Tohari. Novel ini menyuguhkan bacaan yang sangat memberi inspirasi pembacanya bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami sebab menggunakan bahasa sehari-hari dan dicampur dengan dialek bahasa Jawa.Isinya menceritakan tentang kegigihan dan kesabaran seorang perempuan dalam mencari jati dirinya yang selalu mendapatkan perlakuan berbeda oleh masyarakat karena perbedaaan fisik yang ada pada dirinya. Setiap novel pasti memiliki konflik sesama tokoh dalam cerita. Konflik tersebut biasanya tidak jauh berbeda dengan konflik-konflik kehidupan nyata. Misalnya, konflik keluarga, sosial, ekonomi, percintaan, politik, dan lain sebagainya.

5 Novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling mengantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas itu, unsur kata dan bahasa merupakan salah satu bagian totalitas itu, salah satu unsur pembangun cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud (Stanton dan Chatman dalam Nurgiyantoro, 2009:29). Stanton (2007:90) mengemukakan novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara mendetail. Penelitian ini dianggap penting sebab novel ini memiliki daya produksi yang baik. Ahmad Tohari dikenal sebagai seorang pengarang yang selalu menceritakan kehidupan masyarakat desa. Masalah pedesaan merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena dunia pedesaan mempunyai bentuk yang mapan dan lukisan alam serta budaya yang dapat menambah wawasan pemikiran. Karya-karya yang diterbitkannya mampu menggantarkan Ahmad Tohari selalu mendapatkan penghargaan salah satunya, cerpen "Jasa-Jasa buat Sanwirya" memenangi Hadiah Harapan Sayembara Cerpen Kincir Emas Radio Nederland Wereldomroep (1977), Novel Di Kaki Bukit Cibalak memperoleh salah satu hadiah Sayembara Penulisan Roman yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta tahun 1979, Kubah (novel) yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, mendapat hadiah dari Yayasan Buku Utama sebagai bacaan terbaik dalam bidang fiksi tahun 1980. Novel Jantera Bianglala dinyatakan sebagai fiksi terbaik (1986). Hadiah berupa uang Rp 1.000.000,00 diserahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan dan novel yang berjudul Bekisar Merah, Ahmad Tohari meraih Hadiah Sastra ASEAN tahun 1995. Banyak inspirasi dan motivasi yang terkandung di dalam novel Belantik ini (Tohari, 2013:362).

6 Berdasarkan pemaparan di atas, ada beberapa alasan peneliti menganalisis novel Belantik karya Ahmad Tohari diantaranya sebagai berikut. 1. Persoalan yang diangkat dalam novel Belantik adalah bagaimana konflik sosial yang diungkapkan melalui paparan cerita oleh beberapa tokoh dalam cerita tersebut. 2. Sepengetahuan peneliti, novel Belantik belum pernah dianalisis secara khusus dengan pendekatan sosiologi sastra terutama yang berkaitan dengan konflik sosial. 3. Kaitannya dengan peneliti, secara khusus peneliti mendapatkan ilmu pengalaman yang bermanfaat berhubungan dengan peneliti sebuah novel, secara umum penelitian ini dapat dijadikan perbandingan atau referensi bagi orang lain, dengan tujuan menghasilkan penelitian yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil judul Konflik Sosial dalam Novel Belantik Karya Ahmad Tohari: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian ini dapat mengarah serta mengena pada sasaran yang diinginkan. Sebuah penelitian perlu dibatasi ruang lingkupnya agar wilayah lajiannya tidak terlalu luas yang berakibat penelitiannya menjadi tidak fokus. Pembatasan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Analisis struktural novel ini yang dibahas meliputi tema dan fakta cerita (alur, tokoh dan penokohan, dan latar). 2. Analisis konflik sosial novel Belantik karya Ahmad Tohari dengan menggunakan Tinjauan Sosiologi Sastra.

7 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana latar sosio-historis pengarang dalam novel Belantik karya Ahmad Tohari? 2. Bagaimana struktur yang membangun novel Belantik karya Ahmad Tohari? 3. Bagaimana bentuk-bentuk konflik sosial yang terdapat dalam novel Belantik karya Ahmad Tohari? 4. Implementasi bentuk-bentuk konflik sosial novel Belantik karya Ahmad Tohari sebagai bahan ajar sastra di SMA? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan latar sosio-historis pengarang dalam novel dan Belantik karya Ahmad Tohari. 2. Memaparkan struktur yang membangun novel Belantik karya Ahmad Tohari. 3. Mengungkapkan bentuk-bentuk konflik sosial yang terdapat novel Belantik karya Ahmad Tohari. 4. Mendeskripsikan implementasi bentuk-bentuk konflik sosial novel Belantik karya Ahmad Tohari sebagai bahan ajar sastra

8 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi, pemahaman, atau sumbangan dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sastra. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru dan sekolah Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam memilih sumber pembelajaran khususnya dalam bidang sastra, serta bagi sekolah diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia serta melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang proses KBM (kegiatan belajar mengajar) untuk menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas. b. Bagi mahasiswa Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk memotivasi idea atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif dalam kemajaun diri serta menambah referensi penelitian karya sastra. c. Bagi peserta didik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam mengekspresikan karya sastra dalam memahami bentuk-bentuk konflik sosial dalam novel Belantik karya Ahmad Tohari: Tinjauan sosiologi sastra.