BAB I PENDAHULUAN. dan yang terbaru media online. Dikutip dari buku dengan judul Studi Ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Perubahan Data. Perizinan Penyiaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL ABIRAWA TOP FM

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

Fungsi Kontrol Publik Dalam Penyelenggaraan Penyiaran Di Indonesia Oleh: Akhmad Aulawi *

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2010

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 005/SK/KPI/5/2004 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SIKKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA dan BUPATI JEMBRANA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PUBLIK KOTA DENPASAR

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun komunikasi. Salah satu buah

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI

Dasar-dasar Penyiaran

PEMERINTAH KOTA BATU

QANUN KOTA SABANG. Nomor 10 Tahun 2010

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang yang menghabiskan waktu di depan televisi, dibandingkan waktu

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO dan GUBERNUR GORONTALO MEMUTUSKAN:

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3TAHUN 2016 TENTANG

BAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. para pembuat keputusan yang membutuhkan informasi aktual, namun semua

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

LEMBAGA PENYIARAN. Click to edit Master subtitle style

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

Implementasi Manajemen Sistem Informasi Siaran Pada Radio Venus FM Makassar

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL

13. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai jutaan pendengar, namun cara penyampaiannya. ditujukannya pada pendengar secara perorangan, dan komunikasi tersebut

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 2 SERI D

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 3 SERI E

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Di masa sekarang ini kita dengan mudah dapat menikmati penyiaran radio

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya sudah dikenal sejak lama sebelum kebudayaan tulis atau

BERITA NEGARA. No.703, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Tarif Sewa. Multipleksing. Tata Cara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G

DAFTAR PM KOMINFO TERKAIT PERIZINAN DAN INVESTASI

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Ketentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karakteristik Penyiaran, dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan.

BUPATI BANGKA TENGAH

Oleh Ketua KPID Sulsel Makassar, 26 Fabruari 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2011 NOMOR 6

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BUPATI LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN TENTANG MAHA ESA. non-teknis. Lembaran. Indonesia. Nomor 4252); Tambahan. Nomor 3981); Nomor 4485); Nomor 4566);

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. khalayak selalu berusaha untuk secara berkala menggunakan berbagai media

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1

Th. Bambang Pamungkas, S.Sos

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Studi tentang media massa yang digunakan dalam sebuah penelitian mungkin sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Media massa dalam kurun waktu yang cukup cepat berkembang dengan berbagai jenis baik itu cetak, elektronik, dan yang terbaru media online. Dikutip dari buku dengan judul Studi Ilmu Komunikasi oleh Atang Syamsudin (1993:87) Media massa dimaknai sebagai sesuatu yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, baik komunikasi personal maupun komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Secara universal tujuannya adalah : 1).Informasi; 2).Hiburan; 3).Pendidikan; 4).Propaganda / pengaruh dan 5).Pertanggung jawaban sosial. Seperti peneliti sebutkan diatas, berbagai macam media massa tersebut mempunyai ciri khas masing-masing baik dalam isi, pengemasan konten, dan cara penyampaiannya, maupun dalam tampilan serta tujuan dasarnya. Perbedaan ini di latar belakangi oleh kepentingan yang berbeda dari masing-masing media massa seperti media yang bermotif politik, ekonomi, agama, pendidikan, informasi dan sebagainya. Media massa yang memiliki kepentingan politik, karena ia didanai oleh kekuatan politik tertentu, sedangkan media massa yang bermotifkan ekonomi, dimana keuntungan secara materil adalah satu-satunya target dari media tersebut. Selain itu, media yang bermotifkan pendidikan karena ingin memberi pengetahuan. Begitupun yang bermotifkan agama, dimana media massa didirikan oleh kelompok agama tertentu untuk menyampaikan ajaran agamanya. 1

Kepentingan dari media massa tersebut dapat mempengaruhi konten yang disampaikan. Dari sinilah muncul sebuah anggapan bahwa fakta yang disampaikan bukanlah fakta yang obyektif, melainkan fakta yang telah dikontruksi oleh media atau penulisnya dengan latar belakang kepentingan tertentu. Sesuai perkembangannya, media massa berwujud dalam media cetak (koran, majalah, buletin) dan media elektronik yaitu internet dan beberapa lembaga penyiaran seperti TV dan Radio. Berdasarkan Undang-undang RI No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, pada Bab 1 Ketentuan Umum menyatakan bahwa Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyiaran itu sendiri adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Lembaga penyiaran terbagi menjadi Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran Komunitas, dan Lembaga Penyiaran Berlangganan. Sesuai pasal 13 ayat 2 huruf (a) Undang-undang Penyiaran, Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi 2

memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Contoh dari Lembaga Penyiaran Publik adalah Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selanjutnya tetap pada pasal undang-undang tersebut huruf (b), Lembaga penyiaran Swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk hukum Indonesia yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. Pada huruf (c) pasal tersebut juga menyatakan bahwa, Lembaga Penyiaran Komunitas adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Sedangkan pada huruf (d), Lembaga Penyiaran Berlangganan adalah lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan. Radio termasuk lembaga penyiaran dimana pada undang-undang tersebut menyebutkan bahwa Penyiaran Radio adalah media komunikasi massa dengar, menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Radio dalam penyiaran pesannya melalui spektrum frekuensi radio dimana merupakan suatru gelombang elektromagnetik yang merambat di udara serta ruang angkata tanpa sarana penghantar buatan serta merupakan ranah publik dan sumber daya alam yang terbatas. Radio juga merupakan media yang memiliki jangkauan selektif terhadap segmen pasar tertentu. Kebudayaan radio telah mengakar pada masyarakat luas, masyarakat bawah pun telah terbiasa ditemani radio pada setiap kesempatan 3

(Yulia Wanda, 2010:63). Mendirikan stasiun penyiaran seperti radio berarti harus memiliki sense of belonging terhadap kebudayaan masyarakat dari lokasi penyiaran tersebut. Seluruh hal tersebut harus dipertimbangkan dahulu oleh pemilik media dalam mendapatkan gambaran jasa penyiaran seperti apa yang disukai oleh masyarakat dan bagaimana mendapatkan keuntungan bagi stasiun penyiaran seperti radio. Radio Kampus termasuk dalam Lembaga Penyiaran Komunitas yang didirikan suatu komunitas mahasiswa dalam kampus tersebut dengan jangkauan wilayahnya terbatas yaitu lingkup kampus itu sendiri dengan berdasarkan kepentingan yang berkaitan dengan kampus. Radio kampus juga dimanfaatkan sebagai media komunikasi antara mahasiswa dan pemegang kebijakan, dimana komunikasi merupakan kunci pokok berhasilnya penerapan suatu kebijakan. Radio kampus selain dijadikan wadah komunikasi antara pihak kampus dan mahasiswa maupun pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan lainnya, juga berfungsi sebagai media penyalur aspirasi mahasiswa ke pihak kampus karena bagaimanapun juga mahasiswa merasa turut serta dalam pembangunan kampus tersebut. Selain itu, radio kampus dapat dimanfaatkan sebagai wadah dalam mengekspresikan seni mahasiswa, sebagai media dalam bertukar ilmu pengetahuan, serta sebagai alat kontrol terhadap kebijakan-kebijakan kampus atau organisasi kemahasiswaan dan lain-lain. Berdasarkan hasil observasi peneliti, di Kota Malang terdapat 11 Radio Kampus yang kemudian tergabung dalam Persatuan Radio Kampus Malang (PRKM) yang diantaranya adalah Sevenline (UB), Promelfm (Unisma), 4

Edunews (STTM), Simfoni Fm (UIN Maliki), PLFM (Polinema), Umm Fm (Unmuh), Tara Fm (UM), Tri Fm (Unitri), Wiga Fm (UWG), Elite Fm (ITN) dan Bhiga Fm (UNMER). Namun dari kesebelas radio kampus tersebut, terdapat tiga radio kampus yang dijadikan sebagai obyek penelitian dalam meneliti manajemen produksi penyiarannya, yaitu UMM FM, Simfoni FM UIN dan Sevenline FM UB. UMM FM dijadikan obyek penelitian dengan pertimbangan selain peneliti merupakan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang, kampus ini memiliki banyak media yang sedang berkembang, diantaranya Bestari, UMM TV, dan khususnya Radio UMM FM. Sevenline FM UB merupakan radio kampus di Universitas Brawijaya Malang yang dijadikan obyek penelitian dengan pertimbangan bahwa Universitas Brawijaya adalah kampus negeri terfavorit di Kota Malang dengan perkembangan akademik dan jurusan yang sangat pesat, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti apakah radio Sevenline FM UB juga mengalami perkembangan yang sama. Sedangkan Simfoni FM UIN merupakan radio kampus di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang dijadikan obyek penelitian dengan pertimbangan bahwa Simfoni FM UIN merupakan satu-satunya radio kampus di Kota Malang yang memiliki Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran yang diberikan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Jawa Timur dimana peneliti tertarik mengamati bagaimana manajemen produksi penyiaran di radio kampus tersebut. Dengan demikian peneliti tertarik dalam meneliti bagaimana manajemen produksi penyiaran radio di ketiga kampus di Kota Malang tersebut khususnya untuk memahami sejauh mana manajemen produksi penyiaran yang seharusnya dicapai oleh radio kampus melalui konten atau program penyiarannya. Disamping 5

itu peneliti juga tertarik sejauh mana manajemen produksi penyiaran pada saat pra produksi, produksi dan pasca produksi di ketiga radio kampus tersebut dalam menerapkan fungsi media massa kepada seluruh civitas akademisi melalui konten atau program siarannya. Dari latar belakang tersebut kemudian peneliti tertarik untuk melalukan sebuah penelitian dengan judul karya ilmiah atau skripsi MANAJEMEN PRODUKSI PENYIARAN RADIO KAMPUS DI MALANG (Studi pada UMM FM, SEVENLINE FM, DAN SIMFONI FM di Malang) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan manajemen produksi penyiaran radio kampus UMM FM, Simfoni FM UIN, dan Sevenline FM UB di Malang? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang ada, yaitu untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen produksi penyiaran radio kampus UMM FM, Simfoni FM UIN, dan Sevenline FM UB di Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara teoritis Melalui hasil penelitian yang berhubungan dengan manajemen penyiaran radio kampus di Malang ini nantinya diharapkan para civitas akademisi kampus 6

dapat menggunakan dan memanfaatkan media kampus secara maksimal. Selain itu penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sebuah referensi penelitian selanjutnya tentang media massa khsususnya radio kampus. 1.4.2 Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi akan keseimbangan Informasi yang berhubungan dengan akademis, khususnya antara mahasiswa dan media kampus. 7