III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik dan Laboratorium Produksi

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

III. BAHAN DAN METODE. Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit PTPN 7 Unit Usaha

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 Oktober 2011.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE Lokasi dan Waktu Materi Alat dan Bahan Rancangan percobaan Perlakuan Model

BAB III METODE PENELITIAN. Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang pada bulan Agustus

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi, adapun kombinasi perlakuannya sebagai berikut:

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November Februari 2017, di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Juni 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih kelapa sawit (germinated seed) jenis dxp, inokulum spora FMA berupa campuran Glomus sp.1, Glomus sp.2, Glomus sp.3, Gigaspora sp., dan Enterophospora sp. (deskripsi masing-masing spesies disajikan pada Tabel 1), fungisida basamid, pupuk Urea dan NPK, pasir dan tanah (top soil) yang telah disterilkan secara fumigasi dengan bassamid, air, akuades, lactophenol tryphan blue 0,5 %, KOH 1 %, HCl 1%, dan alkohol. Alat yang digunakan adalah mesin pengaduk tanah (mollen), timbangan digital, gelas ukur, oven, mikroskop stereo dan majemuk, pinset spora, gunting, tabung plastik 35 mm (tabung film), para film, kaca preparat, polybag, cangkul, alat pengayak tanah, ember, meteran, dan alat tulis.

28

29 3.3 Metode Penelitian Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji hipotesis, rancangan perlakuan disusun secara faktorial (4 x 4). Faktor pertama adalah waktu inokulasi FMA pada bibit kelapa sawit (W), yaitu saat fase kecambah (w 0 ), bibit berumur 1 bulan (w 1 ), bibit berumur 2 bulan (w 2 ), dan bibit berumur 3 bulan (w 3 ). Faktor kedua adalah dosis inokulum spora FMA (D) yang terdiri atas 4 taraf, yaitu kontrol (d 0 ), 200 spora (d 1 ), 400 spora (d 2 ), dan 600 spora (d 3 ). Perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) (Gambar 8). Pengelompokan berdasarkan keseragaman tinggi bibit. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali dan setiap satuan percobaan terdiri atas satu polybag yang masing-masing berisi satu bibit kelapa sawit. Kesamaan ragam antar perlakuan diuji dengan Uji Bartlett. Kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam. Pemisahan nilai tengah diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Peluang untuk melakukan kesalahan jenis pertama ditentukan sebesar 0,05.

30 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 3 w 0 d 0 w 2 d 3 w 1 d 3 w 0 d 3 w 1 d 0 w 3 d 0 w 3 d 1 w 1 d 3 w 2 d 1 w 0 d 2 w 0 d 1 w 1 d 1 w 1 d 3 w 2 d 0 w 0 d 2 w 2 d 1 w 1 d 1 w 3 d 3 w 0 d 0 w 1 d 0 w 2 d 3 w 3 d 1 w 1 d 2 w 2 d 3 w 3 d 1 w 2 d 2 w 2 d 0 w 3 d 2 w 0 d 1 w 2 d 0 w 3 d 0 w 0 d 3 w 1 d 1 w 3 d 3 w 3 d 2 w 0 d 3 w 3 d 0 w 2 d 2 w 1 d 2 w 0 d 2 w 1 d 2 w 3 d 2 w 2 d 2 w 3 d 3 w 0 d 0 w 1 d 0 w 2 d 1 w 0 d 1 Gambar 8. Tata letak percobaan di rumah plastik. Keterangan: waktu inokulasi (w): w 0 = kecambah (germinated seed) w 1 = Bibit berumur 1 bulan w 2 = Bibit berumur 2 bulan w 4 = Bibit berumur 3 bulan dosis spora FMA (d): d 1 = 200 spora d 1 = 200 spora d 2 = 400 spora d 3 = 600 spora 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Sterilisasi Media Media tanam yang digunakan adalah pasir dan tanah. Media pasir digunakan pada saat pre nursery, sedangkan tanah digunakan pada saat main nursery. Kedua media tersebut disterilkan dengan fumigasi menggunakan basamid. Dosis basamid yang digunakan adalah 50 g untuk setiap 200 kg pasir atau tanah. Pencampuran basamid dengan pasir atau tanah dilakukan dengan mollen selama 15 menit. Media pasir untuk pre nursery dimasukan kedalam polybag berukuran 7 x 15 cm. Media tanah untuk main nursery dimasukan ke dalam polybag berukuran 18 x 25 cm dan dilakukan inkubasi selama 30 hari. Setelah 30 hari, media disiram dengan

31 air sampai kapasitas lapang untuk menghilangkan efek fumigasi. Media tanam siap digunakan setelah dibiarkan selama 2 minggu. 3.4.2 Penanaman di Pre Nursery Benih kelapa sawit yang telah berkecambah ditanam pada media dalam polybag (satu benih per polibag) dan diletakkan di rumah kaca. Setelah bibit berumur 4 minggu, dilakukan pemupukan setiap minggu menggunakan pupuk Urea dengan dosis 2 g/liter untuk 100 bibit. 3.4.3 Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskular Inokulum FMA yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran spora Glomus sp.1, Glomus sp.2, Glomus sp.3, Gigaspora sp., dan Enterophospora sp. Inokulum tersebut berupa pasir dan zeolit yang mengandung 400 spora FMA untuk setiap 50 gram inokulum. Inokulasi FMA pada bibit kelapa sawit dilakukan pada empat waktu yang berbeda, yaitu saat fase kecambah (w 0 ), bibit berumur 1 bulan (w 1 ), bibit berumur 2 bulan (w 2 ), dan bibit berumur 3 bulan (w 3 ). Pada setiap waktu inokulasi, dosis inokulum yang diberikan adalah kontrol (d 0 ), 200 spora (d 1 ), 400 spora (d 2 ), dan 600 spora (d 3 ). Inokulasi pada saat kecambah dilakukan bersamaan dengan penanaman benih di pre nursery. Inokulasi tahap ke 2 dan 3 dilakukan pada saat benih bibit masih di pre nursery. Pada inokulasi keempat dilakukan bersamaan dengan transplanting bibit kelapa sawit dari pre nursery ke main nursery. Proses inokulasi spora FMA diawali dengan mengeluarkan akar bibit dari polybag. Pada tahap ini diusahakan bagian-bagian akar tetap utuh agar tidak

32 mengganggu pertumbuhan bibit. Kemudian dibuat lubang tanam pada media di polybag yang ukurannya disesuaikan dengan morfologi akar bibit. Inokulum FMA ditaburkan merata pada akar yang terletak di atas lubang tanam (Gambar 9). Selanjutnya, perakaran bibit disusun terlebih dahulu sebelum lubang tanam ditutup dengan media. Hal itu dilakukan agar perakar bibit tetap utuh. Bibit Kelapa Sawit Akar Bibit Inokulum spora FMA Pasir/tanah Lubang Tanam Polybag Gambar 9. Cara inokulasi spora FMA pada bibit kelapa sawit di pre nursery dan main nursery. 3.4.3 Penanaman di Main Nursery Transplanting bibit dari pre nursery ke main nursery dilakukan setelah bibit berumur 3 bulan. Penanaman bibit diawali dengan membuat lubang tanam pada media yang ada di polibag main nursery. Ukuran lubang tanam disesuaikan dengan morfologi akar bibit. Selanjutnya, bibit pada polybag pre nursery dibongkar dan diusahakan perakaran bibit tetap utuh. Kemudian, bibit ditanam pada lubang tanam dengan perakaran bibit disusun terlebih dahulu agar akar bibit tidak rusak dan patah. Pada tahap ini juga mulai diterapkan tata letak percobaan (Gambar 8) dan inokulasi FMA untuk bibit berumur 3 bulan.

33 3.5 Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian sebagai berikut: 1. Penyiraman Penyiraman dilakukan ketika media tanam mengadung air kurang dari kapasitas lapang. Air disiramkan pada media tanam hingga air keluar dari lubang polybag. Hal tersebut sebagai parameter media tanam telah mengandung air lebih dari kapasitas lapang. 2. Penyiangan gulma Penyiangan gulma dilakuan secara mekanis dengan mencabut gulma yang tumbuh di permukaan media tanam pada polybag. 3. Perbaikan aerasi media tanam Perbaikan aerasi media tanam dilakukan dengan mengemburkan permukaan media tanam sedalam 1,5 2 cm. 4. Pengendalian hama Hama yang sering menyerang bibit kelapa sawit pada penelitian adalah belalang (Dissosteira carolina). Hama dikendalikan secara manual dengan menangkap dan memusnahkannya. 5. Pengendalian penyakit Penyakit yang menyerang pada penelitian ini adalah antraknosa yang menimbulkan gejala bercak cokelat pada daun bibit kelapa sawit. Penyakit

34 antraknosa pada penelitian ini disebabkan oleh fungi Botryodiplodia spp dan mulai menyerang setelah dilakukan transplanting. Pada awalnya pengendalian dilakukan dengan mengatur jarak tanam dan penyiraman optimal agar iklim mikro disekitar tanaman tidak lembab. Keadaan yang lembab yang akan memacu perkembangan penyakit ini. Ternyata pengendalian ini tidak mampu menghambat penyebaran antraknosa sehingga daun bibit kelapa sawit diolesi dengan alkohol 70%. Pengendalian dengan menggunakan alkohol ternyata tidak mampu menekan perkembangan Botryodiplodia sp sehingga dilakukan pengendalian dengan fungisida Dithane M-45 80 WP berbahan aktif Mankozeb 80 %. Aplikasi dilakukan hanya pada satuan percobaan yang terserang. Konsentrasi formulasi yang digunakan yaitu 1,5 g/liter. Formulasi tersebut dioleskan pada daun menggunakan tisu. 6. Pemupukan Jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan pertumbuhan bibit. Pemupukan dimulai ketika tanaman berumur 4 minggu menggunakan pupuk Urea dan diganti dengan NPK (15:7:8) ketika berumur 13 minggu atau setelah dilakukan transplanting. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan terpapar pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan dalam penelitian. Umur Bibit kelapa Jenis Pupuk Dosis Sawit (Minggu) 4-12 Urea 2 g / liter untuk 100 bibit/minggu 13-16 NPK (15:7:8) 0,95 g 17-20 NPK (15:7:8) 1,90 g 21-24 NPK (15:7:8) 4 g 25-28 NPK (15:7:8) 5 g 29-32 NPK (15:7:8) 6 g

35 3.6 Pengamatan Setelah bibit berumur 32 minggu setelah semai, untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap variabelvariabel sebagai berikut: 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang. Pengukuran dilakukan menggunakan penggaris dalam satuan cm. Pengukuran tinggi tanaman dimulai setelah bibit kelapa sawit berumur 4 bulan sampai 8 bulan setelah semai (panen). 2. Jumlah daun Jumlah daun yang telah membuka sempurna pada setiap bibit dihitung. Penghitungan jumlah daun dimulai dari bibit berumur 4 bulan hingga 8 bulan setelah semai (panen). 3. Tingkat kehijauan daun Kehijaun daun diukur dengan menggunakan klorofilmeter. Daun yang diambil sampelnya adalah daun termuda yang telah membuka penuh. Pengukuran kehijaun daun dilakukan pada 6 titik pada setiap sampel daun, sehingga nilai tingkat kehijaun daun merupakan rerata dari 6 titik pengukuran tersebut.

36 4. Bobot segar tajuk Seluruh tajuk pada bibit kelapa sawit dipotong, lalu ditimbang dengan timbangan digital dalam satuan gram. Tajuk bibit merupakan organ tanaman yang tumbuh keatas, dimulai dari pangkal batang hingga ujung daun. 5. Bobot kering tajuk Seluruh tajuk pada bibit kelapa sawit yang telah dipotong, lalu dikeringkan menggunakan oven. Tajuk dikeringkan hingga bobotnya konstan pada suhu 80 0 C. Setelah kering, tajuk ditimbang dengan timbangan digital dalam satuan gram. 6. Bobot segar akar Seluruh akar pada bibit kelapa sawit dipotong lalu ditimbang dengan timbangan digital dalam satuan gram. Akar bibit kelapa sawit dipotong dari titik tumbuh akar pada pangkal batang. 7. Jumlah akar Primer Akar primer merupakan akar yang tumbuh pada pangkal batang kelapa sawit. Semua akar primer yang tumbuh tersebut dihitung. 8. Volume akar Seluruh akar pada bibit kelapa sawit yang telah dipotong, lalu dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah diisi air. Penambahan volume air pada gelas ukur merupakan volume akar.

37 9. Bobot kering akar Seluruh akar bibit kelapa sawit dipotong pada bagian titik tumbuh akar (pangkal batang). Kemudian, dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 80 0 C. Setelah bobotnya konstan, akar ditimbang dengan timbangan digital dalam satuan gram. 10. Persentase infeksi akar Penghitungan persentase infeksi akar oleh FMA diawali dengan mengambil akar sekunder dan tersier secara acak ( ± 20 helai), dicuci dengan air sampai bersih dan dimasukkan ke dalam botol film. Botol film yang berisi akar tersebut diisi dengan larutan KOH 10% dan dikukus dalam water bath dengan suhu ± 80 0 C selama ± 30 menit. Hal itu dilakukan untuk membersihkan sel dari sitoplasma. Selanjutnya, Larutan KOH dibuang dan akar dicuci kembali dengan dengan air hingga bersih, lalu direndam dalam larutan HCl 1%. Kemudian, akar dikukus kembali dalam water bath pada suhu ± 80 0 C. Setelah ± 15 menit, larutan HCl dibuang dan ditambahkan larutan trypan blue 0,05% (0,5 g trypan blue + 450 ml glycerol + 500 ml aquades + 50 ml HCl 1%). Akar tersebut dikukus kembali dalam water bath pada suhu ± 80 0 C selama 10 menit. Akar yang telah diwarnai tersebut dipotong sepanjang ±2 cm, kemudian di letakkan di atas preparat untuk diamati di bawah mikroskop majemuk dengan perbesaran 100 kali. Adanya infeksi ditandai dengan adanya struktur pembentuk mikoriza (hifa, vesikel, dan arbuskular) pada jaringan akar dan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Σ pengamatan yang positif terinfeksi Infeksi akar (%) = x 100 Σ total pengamatan