TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Steenis (2003), jagung diklasifikasikan dalam Kingdom : Plantae, divisio: Anthophyta, kelas : Monocotyledoneae, ordo : Poales, famili : Poaceae, genus : Zea dan spesies : Zea mays L. Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke bawah pada saat biji berkecambah. Akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan batang setelah plumula muncul dan akar udara (brace) yang tumbuh dari buku-buku diatas pemukaan tanah. Akar udara ini berfungsi dalam assimilasi dan juga sebagai akar pendukung untuk memperkokoh batang terhadap kerebahan (Muhadjir, 1998). Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith) (Subekti, dkk, 2008). Tipe daun digolongkan linier, panjang daun bervariasi berkisar antara 30 sampai 150 cm, lebar daun dapat mencapai 15 cm, sedangkan tangkai daun/pelepah daun panjangnya berkisar antara 3-6 cm. Jumlah daun pada tanaman jagung berkisar antara 12-18 helai, tergantung varietas dan umur tanaman jagung. Jagung berumur genjah biasanya memiliki jumlah daun lebih sedikit dibandingkan yang berumur lebih lama. (Zubachtirodin, dkk, 2011).
Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dimana bunga jantan (staminate) berbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina (pistilate) terletak pada pertengahan batang. Tanaman jagung bersifat bersifat protandy dimana bunga jantan umumnya tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut pada bunga betina (Muhadjir, 1998). Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200 400 biji. Biji tanaman jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericarp. Bagian kedua atau lapisan kedua disebut endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga. Menurut Muhadjir (1998), berdasarkan bentuk biji, kandungan endosperm, serta sifat-sifat jagung dibagi menjadi jagung tipe gigi kuda, tipe mutiara, jagung bertepung, jagung berondong, jagung manis, jagung berlilin, jagung polong. Tapi yang banyak dijumpai adalah tipe gigi kuda dan mutiara. Syarat Tumbuh Iklim Tanaman jagung dapat ditanam didataran rendah atau didataran tinggi sampai ketinggian 2000 m diatas permukaan laut. Jagung yang diusahakan di dataran tinggi biasanya berumur lebih panjang daripada jagung yang diusahakan di dataran rendah (Sutarya dan Grubben, 1995). Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 27 o 32 o C. Pada proses perkecambahan benih, jagung memerlukan suhu sekitar 30 o C. Panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan akan memberikan hasil yang baik. Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman jagung lebih 200 mm tiap bulan. Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman jagung menghendaki keadaan air yang cukup, terutama pada fase pembungaan hingga pengisian biji (Sutoro,dkk, 1988). Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Deputi Menegristek Tanaman, 2011). Tanah Tanaman jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, terutama pada tanah yang bertekstur liat karena mampu menahan lengas yang tinggi atau mampu menyimpan air lebih lama dari pada tekstur tanah yang lain (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah ph antara 5,6-7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu (Deputi Menegristek Tanaman, 2011).
Macam tanah yang baik bagi pertumbuhan jagung adalah tanah alluvial atau lempung yang subur, terbebas pengairannya karena tanaman jagung tidak toleran pada genangan air. Pada tanah yang terlalu lembab, penanaman hendaknya diatur sedemikian rupa agar jagung cukup matang untuk dipanen pada permulaan musim kering (Kartasapoetra, 1988). Varietas Varietas adalah individu tanaman yang memiliki sifat yang dapat dipertahankan setelah melewati berbagai proses pengujian keturunan. Varietas berdasarkan teknik pembentukannya dibedakan atas varietas hibrida, varietas sintetik dan varietas komposit (Mangoendidjojo, 2003). Varietas unggul jagung dikelompokkan ke dalam varietas unggul bersari bebas, dan varietas unggul hibrida. Masing-masing varietas memiliki keragaan umur panen, produksi dan ketahanan terhadap hama dan penyakit yang berbeda (Roesmarkam, 2006). Salah satu untuk meningkatkan produksi jagung ialah dengan menggunakan varietas unggul atau Hibrida. Hibrida dapat memberikan hasil biji lebih tinggi daripada varietas bersari bebas. Namun harga benih hibrida jauh lebih mahal daripada benih varietas bersari bebas, dan setiap kali tanam, petani harus membeli benih baru. Varietas atau populasi merupakan bahan dasar pembentukan jagung hibrida. Oleh karena itu, tingkat produksi jagung hibrida tergantung kepada bahan dasar atau varietas yang digunakan dalam pembuatan hibrida. Oleh karena itu perbaikan populasi harus terus dilakukan. Selain itu, produksi varietas bersari bebas juga sederhana dan dapat dengan mudah dilaksanakan oleh petani (Dahlan, 1988).
Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik suatu untaian genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase atau keseluruhan pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995). Ada dua macam perbedaan antara individu organisme : (I) Perbedaan yang ditentukan oleh keadaan luar, yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan dan (II) Perbedaan yang dibawa sejak lahir, yaitu yang dapat ditelusuri dari kebakaan. Suatu fenotip (penampilan dan cara berfungsinya) individu merupakan hasil interaksi antara genotip (warisan alami) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas suatu fenotip tertentu tidak dapat selamanya ditentukan oleh perbedaan fenotip atau oleh lingkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya (Lovelles, 1989). Karakter nilai duga heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dalam menunjukkan variasi fenotip antar genotip dibandingkan dengan faktor lingkungan. Seleksi untuk karakter yang demikian akan memiliki kemajuan genetik yang lebih tinggi, karena sifat yang dikendalikan secara kuat dikendalikan oleh faktor genetik (Moedjiono dan Mejaya, 1994).
Pupuk Fosfat Tanaman jagung memerlukan hara dalam jumlah yang berbeda menurut umur, susunan organ tanaman, dan varietasnya. Hara yang diserap dari tanah akan ditranslokasikan ke organ-organ tanaman yang memerlukannya. Tergantung pada ketersediaan hara di tanah, fase pertumbuhan dan ada atau tidaknya kendala maka konsentrasi hara dalam jaringan tanaman akan berbeda. Konsentrasi hara tertentu dalam suatu jaringan tanaman mudah berubah dengan adanya perubahan lingkungan, seperti kurangnya ketersediaan hara atau air di tanah, sedangkan pada jaringan lainnya relatif mantap. Oleh karena itu diagnosis kelebihan atau kekurangan hara tertentu bagi tanaman dapat dilakukan dengan hanya menganalisis jaringan yang peka tadi (Fathan, dkk, 1988). Tanaman jagung mengabsorbsi P dalam jumlah yang relatif sedikit daripada absorbsi hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal, pertumbuhan akumulasi P relatif lambat, namun setelah berumur 4 minggu meningkat dengan cepat. Pada saat keluar bunga jantan, akumulasi P pada tanaman mencapai 35% dari seluruh kebutuhannya. Selanjutnya akumulasi meningkat hingga menjelang tanaman dapat panen (Sutoro, dkk., 1988). Kekurangan fosfor (P) pada tanaman akan menyebabkan perakaran tanaman tidak berkembang. Dalam keadaan kekurangan P yang parah, daun, cabang dan batang berwarna ungu. Gejala ini terlihat mulai dari jaringan tua dan seterusnya menjalar ke jaringan muda. Hasil tanaman berupa bunga, buah dan buji merosot. Pada jagung batangnya akan menjadi lemah (Damanik, dkk, 2010).
Pupuk Kalium Kalium merupakan unsur hara yang paling banyak digunakan tanaman setelah nitrogen. Kalium mudah beraksi dengan oksigen menjadi kalium oksida dan mudah larut dalam air membentuk kalium hidroksida. Oleh karena itu kalium tidak terdapat bebas di alam tetapi selalu terikat dengan unsur lain sebagai suatu senyawa (Ruhnayat, 1995). Kalium memiliki fungsi yang berkaitan dengan, membantu fotosintesis tanaman, translokasi gula, mengaktifkan kerja enzim, mengatur tekanan potensial air dalam sel penjaga sehingga berpengaruh terhadap membuka dan menutupnya stomata (Ashari, 1995). Menurut Soepardi (1983) kalium dapat mengeraskan batang sehingga efektif dalam pencegahan terhadap hama dan penyakit. Selain itu kalium juga dapat mengoptimalkan pemanfaatan cahaya matahari (Wijaya, 2008). Kekurangan kalium pada tanaman antara lain daun akan kering dan terbakar pada sisi-sisinya, permukaan daun memperlihatkan gejala klorosis tidak merata sehingga dapat mempengaruhi fotosintesis yang berdampak pada produktivitas hasil. Kelebihan kalium pada tanaman akan menurunkan serapan magnesium sehingga akan tampak gejala kekurangan magnesium yaitu tanaman terlihat klorosis pada daerah antar pertulangan daun (Soepardi, 1983). Kalium dibutuhkan tanaman jagung dalam jumlah paling banyak dibandingkan dengan hara N dan P. Akumulasi K mencapai 60-75% dari seluruh kebutuhannya saat fase pembungaan. Kekurangan K berpengaruh terhadap pembentukan tongkol dan biji jagung (Sutoro et al, 1998). Mahmod et al (1999) melaporkan bahwa terdapat peningkatan indeks luas daun jagung setiap
penambahan level K 2 O. Peningkatan luasan daun berkaitan dengan fungsi kalium yang dapat memelihara potensial osmotik sel. Vyn (2002) mengungkapkan bahwa pemberian kalium terkadang memberikan peningkatan hasil jagung secara nyata dibandingkan dengan tanpa pemberian kalium.