KEMENTERIAN PERTAHANAN RI INSPEKTORAT JENDERAL

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI INSPEKTORAT JENDERAL PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERTAHANAN NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 / HUK / 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN KEARSIPAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2011

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 116/PMK.05/2007 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA. No.2052, 2015 KEMENKUMHAM. Kerugian. Negara. Penyelesaian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN KEARSIPAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

2015, No Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

www. mediahukumindonesia.wordpress.com I. PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2014, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemb

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG PENYUSUNAN KESEPAKATAN BERSAMA DAN PERJANJIAN KERJA SAMA DI LINGKUNGAN

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR AUDIT INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA SANDI NEGARA. Kerugian Negara. Penyelesaian. Tata Cara.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan L

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 /M/PER/XII/2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republi

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang A

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

2017, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang P

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG ATURAN PERILAKU AUDITOR INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBARAN NEGARA. KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI INSPEKTORAT JENDERAL PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERTAHANAN NOMOR 28 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN TERHADAP TUNTUTAN GANTI RUGI KERUGIAN NEGARA BAGI PEGAWAI KEMENTERIAN PERTAHANAN BUKAN BENDAHARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERTAHANAN, Menimbang : a. bahwa untuk tertib administrasi dan meningkatkan akuntabilitas terhadap pelaksanaan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi kerugian negara di lingkungan Kementerian Pertahanan perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan dan pemeriksaan; b. bahwa untuk melaksanakan kegiatan pengawasan dan pemeriksaan diperlukan pengaturan mengenai pengawasan dan pemeriksaan terhadap tuntutan ganti rugi kerugian negara sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan tentang Tata Cara Pengawasan dan Pemeriksaan Terhadap Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara bagi Pegawai Kementerian Pertahanan Bukan Bendahara; Mengingat

- 2 - Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian Negara/Daerah Terhadap Pegawai Negeri Bukan Bendahara atau Pejabat Lain (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 196 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5934); 2. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertahanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 185 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5728); 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pengawasan dan Pemeriksaan di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 322); 4. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 84 Tahun 2014 Tentang Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1987); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERTAHANAN TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN TERHADAP TUNTUTAN GANTI RUGI KERUGIAN NEGARA BAGI PEGAWAI KEMENTERIAN PERTAHANAN BUKAN BENDAHARA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Inspektur Jenderal ini yang dimaksud dengan: 1. Pengawasan dan Pemeriksaan yang selanjutnya disebut Wasrik adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen

- 3 - independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar audit untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. 2. Tuntutan Ganti Rugi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap Pegawai Kementerian Pertahanan Bukan Bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung/tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. 3. Ganti Rugi adalah penggantian terhadap kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Tim Wasrik adalah Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil yang tergabung dalam kelompok guna melaksanakan Wasrik. 5. Objek Wasrik yang selanjutnya disebut Obrik adalah satuan kerja yang menjadi tujuan kegiatan/ pelaksanaan Wasrik. 6. Kementerian Pertahanan yang selanjutnya disebut Kemhan adalah pelaksana fungsi pemerintah di bidang pertahanan. 7. Pegawai Kemhan adalah Pegawai Negeri Sipil dan Prajurit Tentara Nasional Indonesia yang berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang diangkat dalam suatu jabatan atau ditugaskan dan bekerja secara penuh pada satuan organisasi di lingkungan Kemhan. 8. Pegawai Kemhan Bukan Bendahara adalah Pegawai Kemhan yang bekerja/diserahi tugas selain tugas bendahara. 9. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat TNI adalah komponen utama yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas pertahanan negara. 10. Kerugian

- 4-10. Kerugian Negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. 11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan. 12. Pejabat Penyelesaian Kerugian Negara yang selanjutnya disingkat PPKN adalah Pejabat yang berwenang untuk menyelesaikan kerugian negara. 13. Tim Penyelesaian Kerugian Negara yang selanjutnya disingkat TPKN adalah Tim yang menangani penyelesaian kerugian negara yang diangkat oleh Menteri. 14. Verifikasi adalah tindakan pemeriksaan, penelitian dan pencocokan atas jumlah ataupun urusan dokumen bukti pembayaran/pengeluaran atau bukti penerimaan untuk menentukan dokumen telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganan. 15. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah bagian dari suatu Unit Organisasi Kemhan yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program. 16. Sub Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Subsatker adalah bagian dari Satker Unit Organisasi Kemhan yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program. 17. Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat BPK adalah Lembaga Negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 18. Inspektorat Jenderal Kemhan yang selanjutnya disebut Itjen Kemhan adalah unsur pengawasan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. 19. Inspektur

- 5-19. Inspektur Jenderal Kemhan yang selanjutnya disebut Irjen Kemhan adalah unsur pejabat Wasrik Kemhan yang berada di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal Kemhan dan bertanggung jawab kepada Menteri. BAB II PELAKSANAAN TUNTUTAN GANTI RUGI KERUGIAN NEGARA Pasal 2 (1) Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara di lingkungan Kemhan dilaksanakan akibat terjadi Kerugian Negara. (2) Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. uang; b. surat berharga; dan/atau c. barang milik negara yang berada dalam penguasaan Pegawai Kemhan Bukan Bendahara. (3) Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap: a. uang; dan/atau b. barang bukan milik negara yang berada dalam penguasaan Pegawai Kemhan Bukan Bendahara yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas Kemhan. Pasal 3 Kerugian Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) diketahui karena: a. hasil Wasrik yang dilaksanakan oleh atasan langsung; b. Wasrik oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah; c. Wasrik oleh BPK; d. laporan tertulis Pegawai Kemhan Bukan Bendahara yang bersangkutan; e. informasi

- 6 - e. informasi tertulis dari masyarakat secara bertanggung jawab; f. perhitungan ex officio; dan/atau g. pelaporan secara tertulis. Pasal 4 (1) Dalam hal terjadi Kerugian Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Kepala Satker/Kepala Subsatker harus melaksanakan Verifikasi. (2) Pelaksanaan Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Satker/Kepala Subsatker dapat menunjuk pejabat lain dan/atau tenaga ahli sesuai dengan kompetensi bidangnya untuk melaksanakan tugas Verifikasi. (3) Dalam hal diperlukan Kepala Satker/Kepala Subsatker dapat membentuk Tim Ad Hoc untuk melaksanakan verifikasi kerugian negara yang terjadi pada Satker/Subsatker yang bersangkutan. Pasal 5 Dalam hal hasil Verifikasi terdapat indikasi Kerugian Negara, Kepala Satker/Kepala Subsatker menindaklanjuti dengan: a. melaporkan kepada Menteri; dan b. memberitahukan kepada BPK tentang adanya indikasi Kerugian Negara yang terjadi di lingkungan Satker/Subsatker yang bersangkutan. Pasal 6 (1) Dalam hal hasil Verifikasi terdapat Kerugian Negara, PPKN melaksanakan Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara dengan membentuk TPKN. (2) Membentuk TPKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk menyelesaikan Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB III

- 7 - BAB III TIM DAN OBJEK PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 7 Pelaksanaan Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Wasrik. Bagian Kedua Tim Wasrik Pasal 8 Wasrik terhadap pelaksanaan Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara oleh Tim Wasrik Itjen Kemhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dibentuk berdasarkan Surat Perintah Irjen Kemhan. Pasal 9 Tim Wasrik Itjen Kemhan sebagaimana dimaksud pada pasal 8 terdiri atas: a. penanggung jawab; b. pengendali; c. ketua; d. sekretaris; dan e. anggota. Pasal 10 (1) Penanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dijabat oleh Irjen Kemhan. (2) Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pelaksanaan Wasrik. (3) Penanggung

- 8 - (3) Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai wewenang: a. mengeluarkan surat perintah pelaksanaan Wasrik; b. menerima resume hasil Wasrik; c. menentukan waktu dan lamanya Wasrik; dan d. menentukan tindak lanjut hasil Wasrik. (4) Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertanggung jawab kepada Menteri. Pasal 11 (1) Pengendali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b dijabat oleh Inspektur Keuangan Itjen Kemhan. (2) Pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan Wasrik terhadap pelaksanaan Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara. (3) Pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas: a. merencanakan pelaksanaan Wasrik; b. memilih personel Wasrik; c. mengarahkan dan monitoring pelaksanaan Wasrik; d. menerima dan mengevaluasi hasil Wasrik dari ketua; dan e. melaporkan resume hasil Wasrik. (4) Pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertanggung jawab kepada penanggung jawab. Pasal 12 (1) Ketua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c dijabat oleh Auditor Madya Inspektur Keuangan Itjen Kemhan. (2) Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang sebagai pimpinan dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan Wasrik. (3) Ketua

- 9 - (3) Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas: a. mempelajari perintah dan menentukan sasaran Wasrik; b. membuat rencana kegiatan Tim Wasrik; c. menentukan tugas anggota; d. membuat jadwal Wasrik serta koordinasi dengan Satker/Subsatker terkait; e. melaksanakan kegiatan Wasrik; dan f. melaporkan hasil Wasrik. (4) Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertanggung jawab kepada pengendali. Pasal 13 (1) Sekretaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d dijabat oleh Auditor Muda Inspektur Keuangan Itjen Kemhan. (2) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas mendukung pelaksanaan Wasrik dan membantu ketua membuat produk hasil Wasrik. (3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada ketua. Pasal 14 (1) Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e dijabat oleh: a. auditor madya; b. auditor muda; c. pejabat setingkat eselon III; dan/atau d. pejabat setingkat eselon IV. (2) Pejabat setingkat eselon III dan/atau pejabat setingkat eselon IV sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d, harus telah mengikuti: a. pendidikan dan latihan Wasrik; b. pendidikan dan latihan fungsional Auditor; dan/atau c. sertifikasi jabatan fungsional auditor. (3) Anggota

- 10 - (3) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas: a. mempelajari data Wasrik; b. membuat rencana kegiatan Auditor; c. melaksanakan Wasrik sesuai tugas yang diberikan oleh ketua; dan d. melaporkan hasil Wasrik. (4) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertanggung jawab kepada ketua. Bagian Ketiga Obrik Pasal 15 (1) Obrik terhadap Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara dilaksanakan terhadap Satker/Subsatker di lingkungan Unit Organisasi Kemhan. (2) Satker/Subsatker di lingkungan Unit Organisasi Kemhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang Pegawai Kemhan Bukan Bendaharanya mengakibatkan terjadinya Kerugian Negara. BAB IV METODE DAN TEKNIK PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 16 Wasrik terhadap pelaksanaan Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara dilaksanakan melalui: a. metode Wasrik; dan b. teknik Wasrik. Bagian

- 11 - Bagian Kedua Metode Wasrik Pasal 17 (1) Metode Wasrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a dilaksanakan dengan cara Post audit. (2) Post audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan proses Wasrik terhadap pelaksanaan Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara yang telah dilaksanakan. Bagian Ketiga Teknik Wasrik Pasal 18 Teknik Wasrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b dilaksanakan dengan cara: a. tanya jawab; b. observasi; c. pencocokan dan penelitian; d. penelusuran data; e. pengujian (testing); f. pembandingan; g. inspeksi; h. pengumpulan informasi umum; i. pengujian kepatuhan dan ketaatan; j. analisis; dan k. pemantauan. Pasal 19 (1) Teknik tanya jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a merupakan cara Wasrik dengan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh pembuktian. (2) Teknik tanya jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui lisan/wawancara atau tertulis. Pasal

- 12 - Pasal 20 (1) Teknik observasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b merupakan cara Wasrik dengan menggunakan panca indera mata selama jangka waktu tertentu untuk membuktikan sesuatu keadaan atau masalah tanpa disadari pihak yang diamati. (2) Teknik observasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara peninjauan secara langsung atau pengamatan dari jarak jauh. Pasal 21 Teknik pencocokan dan penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c merupakan cara Wasrik dengan mengamati dan membandingkan antara perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban dengan kondisi fisik di lapangan. Pasal 22 Teknik penelusuran data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d merupakan cara Wasrik dengan mencari dan menemukan kebenaran informasi sehingga data yang dikumpulkan bisa dipertanggungjawabkan. Pasal 23 Teknik Pengujian (testing) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf e merupakan cara Wasrik dengan membuktikan sesuatu tindakan atau keadaan sesuai atribut atau kriterianya. Pasal 24 Teknik pembandingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf f merupakan cara Wasrik dengan membandingkan keadaan yang dilaksanakan dengan kriteria atau persyaratan yang telah ditetapkan berupa peraturan perundang-undangan, pelaksanaan kegiatan, dan anggaran. Pasal

- 13 - Pasal 25 Teknik inspeksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf g merupakan cara Wasrik dengan menggunakan panca indera mata untuk memperoleh pembuktian atas sesuatu keadaan atau sesuatu masalah. Pasal 26 Teknik pengumpulan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf h merupakan cara Wasrik yang dilaksanakan melalui proses pengumpulan bahan informasi dalam penyusunan program kerja audit pendahuluan dan analisis dari bagian penting Obrik. Pasal 27 Teknik kepatuhan dan ketaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf i merupakan cara Wasrik yang dilaksanakan melalui pengujian kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 28 Teknik analisis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf j merupakan cara Wasrik yang dilaksanakan dengan menganalisis data dan fakta proses pelaksanaan Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara untuk memperoleh kesimpulan secara benar dan terukur. Pasal 29 Teknik pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf k merupakan cara Wasrik yang dilaksanakan melalui proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. BAB

- 14 - BAB V MEKANISME PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 30 (4) Wasrik terhadap pelaksanaan Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Negara dilaksanakan melalui tahap: a. perencanaan b. persiapan; c. pelaksanaan; dan d. pelaporan. Bagian Kedua Tahap Perencanaan Pasal 31 Tahap perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a Tim Wasrik melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. menyusun rencana setelah menerima surat perintah Wasrik; b. melaksanakan briefing mengenai rencana kegiatan Wasrik, pembagian tugas, dan pembagian waktu; c. mempelajari peranti lunak terkait dengan materi Wasrik; d. menghimpun informasi terkait dengan laporan ataupun permasalahan yang akan menjadi Obrik; e. menyiapkan lembar kerja terkait dengan materi Wasrik; f. menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan Wasrik; g. menyempurnakan rencana Wasrik; dan h. melaksanakan pengecekan kesiapan akhir. Bagian

- 15 - Bagian Ketiga Tahap Persiapan Pasal 32 Tahap persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b Tim Wasrik melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. menyiapkan check list; b. koordinasi dan pembagian tugas anggota; c. mengecek kesiapan anggota; d. mempelajari rencana kegiatan Wasrik yang telah dibuat; e. menyusun rencana penanggulangan terhadap kemungkinan bertambahnya Kerugian Negara; f. mengecek kesiapan Tim Wasrik dalam rangka Wasrik; dan g. memperbaiki kekurangan yang ada. Bagian Keempat Tahap Pelaksanaan Pasal 33 Tahap pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c Tim Wasrik melaksanakan kegiatan: a. entry briefing; b. langkah kerja Wasrik; c. penyusunan dan penyampaian hasil Wasrik; dan d. exit briefing. Pasal 34 Entry briefing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a memuat petunjuk/arahan penanggung jawab kepada pimpinan Obrik tentang: a. maksud dan tujuan Wasrik; b. ruang lingkup Wasrik; dan c. hal lain yang dianggap perlu. Pasal

- 16 - Pasal 35 Langkah kerja Wasrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b dilaksanakan Wasrik terhadap Obrik terkait dengan: a. pembentukan TPKN; dan b. tugas/wewenang TPKN. Pasal 36 TPKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah dibentuk harus sudah melaksanakan pemeriksaan terhadap Kerugian Negara. Pasal 37 Tugas/wewenang TPKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b sebagai berikut: a. menyusun kronologis terjadinya Kerugian Negara; b. mengumpulkan bukti pendukung terjadinya Kerugian Negara; c. menghitung jumlah Kerugian Negara; d. menginventarisasi harta kekayaan milik Pegawai Kemhan Bukan Bendahara yang dapat dijadikan sebagai jaminan penyelesaian Kerugian Negara; dan e. melaporkan hasil pemeriksaan kepada pejabat yang membentuk TPKN. Pasal 38 Bukti pendukung terjadinya Kerugian Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b diperoleh melalui: a. pengumpulan dokumen pendukung; dan/atau b. permintaan keterangan/tanggapan/klarifikasi melalui wawancara kepada setiap orang yang terlibat/diduga terlibat/mengetahui terjadinya Kerugian Negara yang dituangkan dalam hasil Wasrik. Pasal

- 17 - Pasal 39 (1) Penyusunan dan penyampaian hasil Wasrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c Tim Wasrik melaksanakan kegiatan penyusunan pernyataan hasil Wasrik. (2) Pernyataan hasil Wasrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dokumen resmi penanggung jawab mengenai hasil Wasrik berupa naskah/uraian yang ditulis dalam pidato. Pasal 40 (1) Exit briefing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf d dilaksanakan setelah pembahasan catatan hasil Wasrik menghasilkan rencana tindak lanjut. Bagian Kelima Tahap Pelaporan Pasal 41 (1) Tahap pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf d dilaksanakan sebagai pertanggungjawaban atas Wasrik yang dilaksanakan terhadap Obrik. (2) Pertanggungjawaban atas Wasrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. kesalahan atau kelemahan yang ditemui; b. langkah perbaikan yang disepakati; a. langkah perbaikan yang telah dilakukan; dan b. saran perbaikan yang tidak atau belum dilaksanakan. (3) Pertanggungjawaban Wasrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa laporan hasil Wasrik yang dilampiri dengan bukti data pendukung lain. (4) Laporan hasil Wasrik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Kemhan. BAB

- 18 - BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 42 Peraturan Inspektur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 November 2018 INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERTAHANAN, M. THAMRIN MARZUKI, S.Sos LETNAN JENDERAL TNI Paraf: Paraf: 1. Ksb TU Itku : 1. Ses Tim 2. Ksb TU :... Bagum : 2. Ketua Tim 3. Ses Tim :...: 4. Ketua Tim 3. Ksb TU Itku :... : 5. Kabagum 4. Ksb TU Itjen : :... 6. Irku 5. Kabagum :... : 7. Ses Itjen : 6. Irku Itjen :... 7. Ses Itjen :...