BAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang telah memutuskan untuk menikah, pada. umumnya selain karena ingin hidup bersama dengan orang yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN ORANG TUA ANAK AUTISME

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. istri (Mangunsong, 1998). Survei yang dilakukan Wallis (2005) terhadap 900

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang

Eni Yulianingsih F

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk terbiasa menghadapai peran yang berbeda dari sebelumnya, karena memiliki anak berkebutuhan khusus (Miranda, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA IBU KHUSUS AUTISME

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

PEDOMAN OBSERVASI. Observasi penelitian ini mengungkap : a. Kesan umum : kondisi fisik, penampilan dan perilaku subyek

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu, sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang supportif dan kondusif termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. di

Peran Psikolog Dalam Penanganan Anak Bibir Sumbing

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB V PENUTUP. diri isteri yang mempunyai suami penderita diabetes mellitus, peneliti dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang yang telah memutuskan untuk menikah, pada umumnya selain karena ingin hidup bersama dengan orang yang disayang dan dicintai, orang tersebut juga ingin memiliki keturunan. Anak adalah suatu anugerah dari Tuhan yang sangat berharga. Semua orangtua selalu berharap untuk mendapatkan anak yang sehat dan normal, namun tidak semua orangtua dikaruniai anak yang normal. Orangtua melihat pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi dewasa merupakan masa yang paling membahagiakan dalam hidup orangtua. Harapan untuk mendapat anak normal bisa berubah menjadi kecewa yang dalam apabila diketahui anak yang selama ini didambakan mengalami gangguan perkembangan contohnya autisme, sebab anakanak dengan gangguan autisme mengalami banyak hambatan dalam perkembangan normal seperti hambatan dalam komunikasi dan interaksi sosial, serta hambatan dalam mengelola emosi pada anak. Orangtua yang memiliki anak autis pada umumnya tidak dapat menerima kenyataan bahwa anak yang selama ini didambakan seperti tidak membutuhkan kehadirannya. Pelukan dan belaian yang

2 seyogyanya dapat merekatkan hubungan emosi antara ibu dan anak tidak dapat dirasakan, karena anak autis cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya (Safaria, 2005, h.13). Gangguan autistik sebagai suatu abnormalitas perkembangan atau gangguan perkembangan yang dialami seseorang anak dalam berinteraksi sosial dan komunikasi, yang terlihat secara nyata pada minat dan aktivitas anak tersebut. Menurut kajian, kadar kejadian autisme adalah 5 : 10.000 orang dan lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding subyek wanita. Selain itu autisme dapat diderita oleh siapa saja tanpa memandang bangsa, kaum taraf sosial serta ekonomi (DSM IV, 1994, h.66). Bagaimanapun kelahiran anak yang mengalami gangguan autisme adalah kenyataan yang berat yang harus dipikul oleh orangtua. kenyataan ini akan mempengaruhi keseluruhan hidup orangtua dan keluarga. Setiap orangtua, khususnya ibu yang memiliki anak dengan gangguan perkembangan autisme tentunya akan punya sikap penerimaan yang berbeda. Ada ibu yang mampu menerima dengan penuh syukur atas apapun kenyataan yang dialami ibu tersebut, namun adapula ibu yang tidak mampu menerima kenyataan anak autis (Indah, 2000, h.66). Kebanyakan ibu saat mengetahui anaknya autis akan merasa dirinya yang mengakibatkan anak menjadi autis. Perasaan 2

3 bersalah akan semakin besar saat melihat keadaan anak autis yang tidak bisa diketahui kesembuhannya (Safaria, 2005, h. 23). Tabloid ayah bunda telah membahas pengalaman ibu yang memiliki anak autis dalam menghadapi kenyataan menjadi ibu dari anak yang mengalami gangguan autis. Ibu awal mendengar anaknya didiagnosa terkejut. Ibu tidak dapat langsung menerima kenyataan bahwa dia menjadi ibu dari anak berkebutuhan khusus. Selama menikah, ibu Dian sangat mengharapkan anak yang sehat dan menjadi ibu yang berbahagia karena anak yang dilahirkan sehat, pintar dan normal. Namun adanya kenyataan bahwa anaknya mengalami gangguan autis membuat ibu Dina tidak mampu menerima kenyataan dengan mudah (Ayahbunda, 8 april 2007) Chaplin (2004, h.451) berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan sikap yang mencerminkan perasaan seseorang sehubungan dengan kenyataan yang ada pada dirinya, sehingga individu yang menerima dirinya dengan baik akan mampu menerima kelemahan atau kelebihan yang dimilikinya. Hurlock (1979, h.434-436) mengemukakan banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menyukai dan menerima keadaan dirinya adalah pemahaman diri, harapan yang realistis, tidak hadirnya hambatan-hambatan dari lingkungan, tingkah laku sosial yang mendukung (dukungan sosial), tidak adanya tekanan emosi yang berat, 3

4 sukses yang terjadi, identifikasi bagi orang yang mempunyai penyesuaian diri baik, konsep diri, dan tingkat pendidikan. Orang yang tahu autisme, paham serta mengerti kondisi orangtua yang mempunyai anak autis tidak akan mengucilkan dan menggunjingkan orangtua tersebut, melainkan mendukung mereka. Penelitian yang berkaitan dengan orangtua yang memiliki anak autis mendapatkan hasil bahwa tanpa adanya dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan sosial menyebabkan ibu yang mempunyai anak autis menjadi sulit untuk dapat menerima keadaan dirinya sendiri (Tyas, 2005, h.57). Ria salah satu ibu yang memiliki anak autis mengungkapkan perasaan melalui surat kabar sebagai berikut, Ria merasa terkejut saat tahu anaknya mengalami gangguan autis. Saya merasa sangat bersalah atas diri saya yang kurang menjaga anak saya selama dalam kandungan, ujar Ria. Ria juga mengatakan bahwa Ria sangat sedih dan butuh beberapa waktu untuk bisa memahami semua kenyataan yang terjadi pada diri Ria. Suami yang bisa memahami keadaan Ria dan berusaha memberikan dukungan serta nasehat membuat Ria merasa tidak terpojokkan Ria sekarang aktif dalam parent support group (Republika, 27 Juli 2007). Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan diri pada ibu yang memiliki anak autis adalah dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan faktor penting yang membantu individu dalam menerima 4

5 keadaan yang dialami. Sarafino (dikutip Oktavia & Basri, 2002, h.17) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diterima individu dari oranglain, dimana individu disini dapat diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok. Dukungan sosial membuat ibu dari anak autis dapat hidup dengan harapan yang indah dan dapat hidup seperti layaknya ibu yang mempunyai anak normal. Dukungan sosial terhadap ibu yang mempunyai anak autis berasal dari pihak keluarga, teman dan tetangga. Dukungan sosial terhadap ibu yang mempunyai anak autis, berupa materi, fisik, psikologis dan informasi. Dukungan yang paling utama bagi ibu yang memiliki anak autis adalah dukungan dari pasangan hidup (suami), dukungan kedua adalah dari anak (saudara dari anak yang mengalami gangguan autis), dukungan ketiga adalah dari orang tua, dukungan keempat adalah dari mertua, dukungan kelima adalah dari kerabat dekat, dukungan keenam diberikan oleh teman atau sahabat, dukungan yang paling terakhir adalah dukungan yang diberikan oleh tetangga. Penerimaan diri ibu yang mempunyai anak autis adalah ikhlas, senang hati dan puas dengan segala sesuatu yang diberikan Tuhan kepadanya, serta optimis dalam menjalani hidup (Tyas, 2005, h. 57-58). 5

6 Dukungan sosial berperan penting dalam memelihara keadaan individu yang mengalami tekanan. Dukungan sosial tersebut melibatkan hubungan sosial yang berarti, sehingga dapat menimbulkan pengaruh positif yang dapat mengurangi gangguan psikologis sebagai pengaruh dari tekanan. Dukungan dari teman, anggota keluarga, dan lingkungan sosial yang merupakan salah satu bentuk dari dukungan emosional, akan sangat membantu seseorang dalam menghadapi masalah. Bentuk dukungan mereka berupa perhatian, empati, kepedulian dan kasih sayang. Jika ini terlaksana maka akan sangat membantu ibu dalam menerima kenyataan sehubungan dengan kondisi anaknya. Berdasarkan dari hasil-hasil temuan dan permasalahan diatas, maka sebagai peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri ibu dari anak autis. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri ibu dari anak autis. 6

7 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang berarti bagi bidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan dalam kaitannya dengan penerimaan diri ibu dari anak autis. 2. Manfaat Praktis Penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi orangtua terutama ibu untuk penerimaan diri dan mengetahui kaitannya dengan dukungan sosial. 7