11 Universitas Kristen Maranatha

dokumen-dokumen yang mirip
1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan jaman dewasa ini telah membuat sebagian besar masyarakat

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

hayati ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan di kalangan masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

I. PENDAHULUAN. kadar kolesterol total terutama Low Density Lipoprotein (LDL) dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN. timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar low density

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

2016 PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini, semakin banyak orang memilih makanan cepat saji atau fast food. Makanan cepat saji mengandung lemak, gula, garam, dan kalori yang tinggi. 1 Selain itu kecenderungan untuk mengonsumsi makanan cepat saji dapat mengakibatkan penyakit metabolik seperti dislipidemia. 2 Dislipidemia berhubungan dengan Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD). 3 NAFLD merupakan spektrum kelainan hati dengan gambaran khas berupa steatosis (perlemakan) makrovesikular yang muncul pada pasien yang tidak mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang dianggap berbahaya bagi hati yaitu 20 gram etanol per minggu. 4 NAFLD menyebabkan kerusakan sel hati sehingga menyebabkan peningkatan kadar enzim hati seperti SGOT dan SGPT. 5 Prevalensi NAFLD pada populasi umum diperkirakan sebesar 20-30% di negara-negara barat dan 25% di negara-negara Asia. 6,7 Di Indonesia diperkirakan sebesar 30,6% dari populasi menderita NAFLD. 8 Berdasarkan penelitian Loomba dkk tahun 2012, pasien NAFLD yang obesitas bervariasi sekitar 40-100 %. 9 NAFLD juga dipengaruhi oleh usia. Insidensi NAFLD tertinggi pada dekade ke- 6. 10 Karena NAFLD erat kaitanya dengan dislipidemia, maka terapi NAFLD lebih ditujukan pada modifikasi gaya hidup yang bertujuan untuk mengurangi konsentrasi lipid serum daripada penggunaan hepatoprotektor. Pasien diberikan obat agen hipolipidemik, terutama golongan HMG-CoA reductase inhibitor seperti statin. 11 Penggunaan statin dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti myalgia, kerusakan hepar, gagal ginjal akut dan berefek toksik terhadap otot yang dapat menyebabkan myopathy dan rhabdomyolisis. 12 Saat ini masyarakat menggunakan Bee pollen sebagai supplement. Banyak peneliti di dunia telah membuktikan Bee pollen diteliti memiliki efek anti jamur, 11

2 anti mikroba, antivirus, anti inflamasi, hepatoproteksi, anti kanker, meningkatkan sistem imun, dan analgesik lokal. 13 Bee pollen merupakan hasil produk lebah madu yang didapat dari pengendapan sari-sari bunga pada kaki lebah madu dan dijatuhkan di sekitar sarang lebah. 14 Bee pollen mengandung vitamin A, D, E, K, C, flavonoid, vitamin B5, dan niacin. 15 Vitamin C, E dan A menurunkan LDL dalam darah dan mencegah radikal bebas. 49 Flavonoid menurunkan kadar trigliserida dan bersifat antiinflamasi. 13,30 Uji klinis membuktikan efek hipolipidemik Bee pollen dapat menurunkan kadar kolesterol mencapai 20-35%, bahkan untuk pasien yang tidak memiliki efek terhadap obat antisklerosis seperti golongan fibrat, Bee pollen dapat menurunkan kadar kolesterol 20-30% dan menurunkan penggumpalan dalam darah sebesar 30%. 13 Penurunan kolesterol serum kemungkinan berhubungan dengan kandungan asam lemak tidak jenuh dalam Bee pollen, yaitu asam oleat, linoleat, dan linolenat. 18 Asam lemak monounsaturated efektif dalam menurunkan kolesterol serum melalui mekanisme yang belum diketahui secara pasti. Kemungkinan partikel trigliserida yang diperoleh dari asam lemak monounsaturated mempunyai afinitias lebih kuat terhadap reseptor hepar sehingga clearance trigliserida lebih cepat dan efektif. 19 Penggunaan Bee pollen ini dapat menghindari efek jangka panjang dari penggunaan statin sehingga lebih aman untuk digunakan. 20 Menurut penelitian Khoirul tahun 2017, pemberian Bee pollen terbukti memperbaiki gambaran histopatologis hepar pada tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak. Maka dari itu dilakukan penelitian dengan metode yang serupa untuk meneliti pengaruh Bee pollen terhadap SGOT dan SGPT sehingga dapat digunakan sebagai pengobatan suportif terhadap NAFLD. 16 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian adalah:

3 1) Apakah Bee pollen dapat menurunkan kadar SGOT pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak 2) Apakah Bee pollen dapat menurunkan kadar SGPT pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak 3) Apakah Bee pollen setara dengan Simvastatin dalam menurunkan kadar SGOT pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak 4) Apakah Bee pollen setara dengan Simvastatin dalam menurunkan kadar SGPT pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak 1.3 Maksud dan Tujuan Mengetahui pengaruh Bee pollen dalam menurunkan kadar SGOT dan SGPT pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak. Mengetahui ada tidaknya perbedaan potensi Bee pollen dibandingkan simvastatin terhadap kadar SGOT dan SGPT tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademis Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai potensi Bee pollen dalam memperbaiki kadar SGOT dan SGPT serta dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan dorongan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Bee pollen. 1.4.2 Manfaat Praktis Memberikan informasi secara ilmiah tentang pemberian Bee pollen sebagai suplemen suportif yang dapat dipakai oleh masyarakat untuk memperbaiki kerusakan hepar.

4 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran Hepar merupakan tempat metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid 21. Bila terjadi akumulasi lipid berlebihan seperti pada non alcoholic fatty liver disease (NAFLD) dapat menyebabkan terjadinya infiltrasi makrovesikel lemak, inflamasi, serta pembesaran hepatosit. Steatosis hepar terjadi karena sintesis trigliserida (uptake lipid serta sintesis lipid de novo) yang melebihi eliminasi trigliserida (metabolisme degradasi serta pengeluaran lipoprotein), yang menyebabkan akumulasi trigliserida dalam hepatosit. Patogenesis NAFLD didasarkan pada two-hit hypothesis. Tahap pertama yaitu akumulasi trigliserida pada hepar yang meningkatkan kerentanan hepar terhadap jejas yang dimediasi oleh second hit berupa produksi sitokin proinflamasi, disfungsi mitokondria dan jejas oksidatif yang menimbulkan steatohepatitis serta fibrosis. 22 Kerusakan pada hepar menyebabkan pengeluaran abnormal dari enzim hati yang persisten. 23,24 Enzim-enzim yang terdapat pada hepar yaitu glutamat piruvat transaminase (SGPT), glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT), alkali fosfatase (ALP), dan gamma glutamil transferase (gamma GT). SGPT dan SGOT merupakan intikator sensitif untuk cedera sel hati dan penyakit hepatoseluler. SGPT terutama dihasilkan oleh sel- sel hepar. SGOT ditemukan dalam hati, jantung, otot rangka, serta ginjal. SGPT dibandingkan lebih spesifik daripada SGOT untuk menilai kerusakan hepar, karena enzim SGPT terutama dihasilkan oleh sel- sel hepar, sehingga enzim SGPT yang meningkat dapat menjadi parameter untuk mengetahui kerusakan atau kelainan fungsi hepar. 25,26,27,28 Pakan tinggi lemak yang diberikan pada hewan percobaan menyebabkan akumulasi trigliserida pada hepatosit sehingga terjadi jejas oksidatif dan keluarnya sitokin-sitokin yang menyebabkan degradasi hepatosit. 29 Adanya kerusakan pada sel hepar menyebabkan SGOT dan SGPT meningkat. Statin merupakan penghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A (HMG-CoA) yang efektif dalam menurunkan kadar profil lipid serum, mengurangi jejas oksidatif serta inflamasi vaskular. Penggunaan statin

5 direkomendasikan pada pasien NAFLD karena dapat mengurangi risiko gangguan kardiovaskular. Meskipun demikian, statin tidak dapat digunakan pada seluruh pasien karena terdapatnya beberapa efek samping yang dikhawatirkan, antara lain peningkatan transaminase serum, nyeri otot, gagal ginjal, hingga rhabdomyolisis. Flavonoid yang terkandung dalam Bee pollen memiliki mekanisme kerja seperti statin yaitu menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase yang bekerja di hepar 30. Penghambatan enzim HMG-CoA reduktase menyebabkan kegagalan perubahan acetyl-coa menjadi mevalonate yang merupakan prekursor kolesterol darah seperti LDL, VLDL dan trigliserida. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol darah akan berkurang dan akumulasi trigliserida di hepar berkurang. 48 Flavonoid juga mempunyai efek anti inflamasi dengan menginhibisi aktivitas siklooksigenase dan lipooksigenase yang berperan dalam perubahan asam arakidonat menjadi sitokin seperti prostaglandin dan leukotrien yang menyebabkan inflamasi pada jaringan. 13 Asam lemak monounsaturated efektif dalam menurunkan kolesterol serum melalui mekanisme yang belum diketahui secara pasti. Kemungkinan partikel trigliserida yang diperoleh dari asam lemak monounsaturated mempunyai afinitias lebih kuat terhadap reseptor hepar sehingga clearance trigliserida lebih cepat dan efektif. 19 Kandungan asam lemak monounsaturated dalam Bee pollen juga dapat menurunkan kadar LDL tanpa mempengaruhi HDL darah sehingga membantu mengurangi risiko steatohepatitis. 44 Selain itu antioksidan seperti vitamin A, C, dan E berperan dalam penurunan kadar LDL melalui penghambatan peroksidasi lipid dari asam lemak tak jenuh dalam membran sel. 15,49 Saat ini, pemberian antioksidan dianjurkan pada pasien NAFLD karena antioksidan dapat menghambat stress oksidatif pada sel hepar. 17 Dengan berkurangnya kerusakan di hepar, kadar SGOT dan SGPT akan menurun pula. 1.5.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

6 1) Bee pollen menurunkan kadar SGOT tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak. 2) Bee pollen menurunkan kadar SGPT tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak. 3) Bee pollen setara dengan simvastatin dalam menurunkan kadar SGOT tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak. 4) Bee pollen setara dengan simvastatin dalam menurunkan kadar SGPT tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak.