BAB I PENDAHULUAN. terbesar di Indonesia dalam kurun waktu 45 tahun terakhir. Sejak tahun 1968

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic. nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2010). Indonesia merupakan negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang tidak. asing di kalangan masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang. disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia dalam kurun waktu 45 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan penyebaran jumlah provinsi dan kabupaten atau kota yang endemis DBD, dari dua provinsi dan dua kota, menjadi 32 provinsi atau sebesar 97% dan 382 kota atau sebesar 77% pada tahun 2009. DBD pada tahun 1968 hanya 58 kasus namun, terjadi peningkatan menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009. Pada tahun 2010 insidensi DBD ialah 65,7 per 100.000 penduduk dan mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu sebesar 27,67 per 100.000 penduduk (Achmadi dkk., 2010). Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2011 namun angka ini masih cukup tinggi untuk insidensi DBD. DBD merupakan penyakit pasien rawat inap terbesar kedua setelah diare dan gastroentritis oleh penyebab infeksi tertentu (Kolitis infeksi) yaitu sebesar 79.239 jiwa pada tahun 2010 (Depkes, 2012). Tahun 2011 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 65.725 kasus dengan jumlah kematian 597 orang, Incidential Rate (IR) sebesar 27,67 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,91%. IR tertinggi terdapat di provinsi Bali,

2 yaitu 86,33 kasus per 100.000 penduduk dan terendah di provinsi Papua Barat. Sedangkan CFR tertinggi adalah provinsi Sulawesi Barat sebesar 2,44% dan CFR terendah terdapat di DKI Jakarta dengan angka CFR 0,05% (Depkes, 2012). Perkembangan penyakit DBD di Lampung juga cukup tinggi selain itu, dinas pendidikan mencatat bahwa Bandar Lampung merupakan salah satu daerah endemis DBD. Pada tahun 2007 DBD di Kota Bandar Lampung mencapai 1992 kasus dengan jumlah penduduk 812.133 jiwa, namun mengalami penurunan pada tahun 2008 dengan angka kesakitan DBD sebanyak 138,8 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2009 dan 2010 angka kesakitan DBD Kota Bandar Lampung mengalami penurunan, namun pada tahun 2011 angka kesakitan DBD meningkat kembali (Tamza dkk., 2013). Tahun 2010, jumlah penderita DBD di Bandar Lampung mencapai 763 orang dan yang meninggal 16 orang. Tahun 2011, jumlah penderita DBD di Bandar Lampung mencapai 413 orang dan yang meninggal tujuh orang. Tahun 2012, terjadi peningkatan jumlah penderita DBD di Bandar Lampung mencapai 1111 orang dan yang meninggal 11 orang, jumlah tersebut merupakan tertinggi dibanding dengan kabupaten lain (Sukohar, 2014). DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan vektor pembawa yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Namun vektor yang paling sering ditemukan adalah Aedes aegypti. Virus dengue ini memiliki empat varian yaitu DEN-1,DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Nyamuk Aedes sp menularkan virus dengue melalui gigitan yang telah terinfeksi virus

3 dengue. Aedes aegypti terdapat di seluruh penjuru Indonesia kecuali pada ketinggian 1000 meter dari atas permukaan laut (Candra, 2010). Meskipun insidensi DBD tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan dengan 2010, namun upaya penanggulangan kasus, pengendalian vektor dan upaya-upaya pemutusan rantai penularan penyakit tetap harus ditingkatkan dan dioptimalkan dengan mengedepankan upaya promotif dan preventif antara lain dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) Plus, seperti pemakaian kelambu dan tidak menggantung pakaian. Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti telah banyak dilakukan baik dengan program pemerintah maupun penggunaan bahan-bahan kimia di rumah tangga. Cara pemberantasan nyamuk yang paling efisien dan umum dilakukan adalah cara kimia dengan menggunakan insektisida sintetis. Dirasakan efisien karena penggunaannya mudah serta spektrum daya bunuhnya yang luas. Namun cara tersebut mempunyai banyak kekurangan antara lain gangguan pernapasan dan pencernaan pada manusia, timbulnya resistensi nyamuk Aedes aegypti terhadap beberapa insektisida, serta residu di tanah, air dan udara yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan hidup. Karena hal diatas sebaiknya memanfaatkan ekstrak tumbuhan sebagai insektisida botani yang lebih alami dan lebih aman serta ramah lingkungan karena dirasa memiliki residu yang pendek dan efek samping yang jauh lebih kecil bagi manusia.

4 Bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai insektisida botani. Beberapa kandungan senyawa alami yang potensial seperti flavonoid, triterpenoid dan caffeoylquinic acid derivatives terkandung dalam bunga krisan (Wijaya, 2013). Pada penelitian terdahulu flavonoid diketahui sebagai senyawa aktif yang berperan penting pada proses penghambatan daya tetas telur. Flavonoid memiliki aktivitas juvenil hormon yang membuat pengaruh pada perkembangan serangga dari telur menjadi larva. Selain itu, Senyawa-senyawa lain yang memiliki aktivitas hormon juvenil adalah triterpenoid dan alkaloid (Elimam dkk., 2009). Senyawa-senyawa tersebut juga bersifat entomotoxcixity yang dapat menghambat perkembangan telur menjadi larva. Kesamaan senyawa aktif inilah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian mengenai ekstrak bunga krisan terhadap ovisida nyamuk Aedes aegypti. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas didapatkan masalah yaitu apakah ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) efektif sebagai ovisida terhadap telur Aedes aegypti?

5 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum Mengetahui efektifitas ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) sebagai ovisida terhadap telur Aedes aegypti. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui konsentrasi optimum dari ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) sebagai ovisida terhadap telur Aedes aegypti. b. Mengetahui ED 50 dan ED 99 dari ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) sebagai ovisida terhadap telur Aedes aegypti. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Ilmu Parasitologi Dapat menambahkan pengetahuan tentang pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti. b. Bagi Ilmu Kedokteran Komunitas Dapat menambah pengetahuan tentang cara pencegahan DBD.

6 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan peneliti mengenai efektifitas dari ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) sebagai ovisida terhadap telur Aedes aegypti. b. Bagi Masyarakat Membantu masyarakat dalam penanganan penyebaran vektor Aedes aegypti dengan menginformasikan mengenai efektifitas ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) yang merupakan ovisida yang ramah lingkungan serta efektif terhadap telur Aedes aegypti. c. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Meningkatkan penelitian dibidang agromedicine sehingga dapat menunjang pencapaian visi FK Unila 2015 sebagai Fakultas Kedokteran sepuluh terbaik di Indonesia pada tahun 2025 dengan kekhususan agromedicine. d. Bagi Peneliti Lain 1) Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk dilakukannya penelitian yang serupa berkaitan dengan efek ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) sebagai ovisida terhadap telur Aedes aegypti. 2) Mencari alternatif biolarvasida lain selain ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) sebagai ovisida terhadap telur Aedes aegypti.