Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.1, Juni 2019 PENGUKURAN TEKANAN ABSOLUT BIOGAS BERBAHAN CAMPURAN ECENG GONDOK DAN KOTORAN SAPI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bahan dasar campuran antara enceng gondok dan kotoran sapi serta air sebagai

PEMETAAN POTENSI SUMBER ENERGI TERBARUKAN BIOGAS DI KOTA METRO

PENGARUH PERBEDAAN STATER TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DENGAN BAHAN BAKU ECENG GONDOK

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER

RANCANG BANGUN REAKTOR BIOGAS TIPE PORTABLE DARI LIMBAH KOTORAN TERNAK SAPI Design of Portable Biogas Reactor Type for Cow Dung Waste

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERBANDINGAN ECENG GONDOK DAN KOTORAN SAPI TERHADAP PROSES FERMENTASI UNTUK MENDAPATKAN ENERGI BIOGAS

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi

Journal of Mechanical Engineering Learning

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX

maupun buah yang busuk yang berasal dari pasar atau pertanian. Sehingga energi

Degradasi Substrat Volatile Solid pada Produksi Biogas dari Limbah Pembuatan Tahu dan Kotoran Sapi

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

Chrisnanda Anggradiar NRP

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

Oleh : Muhammad Fahry Reza

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PENGEMBANGAN PROSES DEGRADASI SAMPAH ORGANIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DAN PUPUK

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kaya akan sumber daya alam dan terbatas ilmu. fosil mendapat perhatian lebih banyak dari kalangan ilmuan dan para

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai sumber pencemaran. Limbah tersebut dapat berupa bahan organik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

STUDI KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DARI RUMAH MAKAN SEBAGAI PRODUKSI ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah

KOMPOSISI CAMPURAN KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PUCUK TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L) SEBAGAI BAHAN BAKU ISIAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BIOGAS

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. perantara jamu gendong (Muslimin dkk., 2009).

PENGARUH PERBANDINGAN PERSENTASE VOLUME STARTER DALAM PEMANFAATAN POME MENJADI BIOGAS PADA DIGESTER LIMAS TERPACUNG SECARA BATCH

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

ENCENG GONDOK SEBAGAI BIOGAS YANG RAMAH LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

BAB I PENDAHULUAN. permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

PRAKATA. Semarang, Januari Penyusun. iii

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan

Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI

Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI PERFORMANSI DIGESTER BIOGAS DENGAN CO SUBSTRAT LIMBAH KELAPA MUDA DAN INOKULUM KOTORAN SAPI. Oleh : Kadek Leo Adi Guna

PEMBUATAN BIOGAS DARI SAMPAH ORGANIK MENGGUNAKAN STARTER LUMPUR SAWAH

SNTMUT ISBN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) F-396

Ian Hariananda, M. Ramdlan Kirom, Amaliyah Rohsari Indah Utami Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

PEMBUATAN BIOGAS DARI SAMPAH PASAR

UJI PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN GAJAH DENGAN VARIASI PENAMBAHAN URINE GAJAH DAN AIR

PEMBUATAN INSTALASI UNTUK BIOGAS DARI ENCENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES ) YANG EFISIEN UNTUK LAHAN KECIL

KAJIAN KARAKTERISTIK DIGESTER KOTORAN SAPI BERDASARKAN KOMPOSISI AIR BERBASIS KINETIKA GAS METANA UNTUK PRODUKSI GAS BIO

PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

JURNAL PENGEMBANGAN BIODIGESTER BERKAPASITAS 200 LITER UNTUK PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN LIMBAH PABRIK TAHU, LIMBAH KULIT SINGKONG DAN KOTORAN SAPI TERHADAP PRODUKSI BIOGAS

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

THE EFFECT OF SULPHATE-REDUCTION BACTERIA (SRB) FOR SULPHATE REDUCTION IN THE BIOGAS PRODUCTION FROM BLOTONG

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: BIOGAS DARI LIMBAH DAUN BAWANG MERAH SEBAGAI SUMBER ENERGI RUMAH TANGGA ALTERNATIF DI KABUPATEN BREBES

3. METODE PENELITIAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS KELAPA DAN KULIT PISANG TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

BIOGAS DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI PADI)

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN BIOGAS SERBUK GERGAJI DAN LIMBAH TERNAK SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF. Abstrak

Transkripsi:

PENGUKURAN TEKANAN ABSOLUT BIOGAS BERBAHAN CAMPURAN ECENG GONDOK DAN KOTORAN SAPI *Riswanto, Sodikin Pendidikan Fisika, Universitas Muhammadiyah Metro *Email: rumbiariswan@gmail.com DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jpft.v5i1.988 Abstract - Biogas techniques is a way to produce energy with the anaerobic process by utilizing organic ingredients, one of which can be derived from herbs. The quality of biogas production can be viewed by performing the measurement of absolute pressure of biogas. Absolute pressure is the atmospheric pressure coupled with the measured pressure. The magnitude of the pressure will affect the quality of the flame produced biogas. This study, using the method of observation, and measurements. As for the data analysis techniques,. The findings focused to find the different of biogas production by measuring the change in absolute pressure of biogas. Measurements are done using a manometer. The results obtained show that the introduction by using cow dung retrieved changes pressure biogas occurred on day 3 with pressure 140.565 N/m2, the characteristics of the data graph illustrates the R2 = 0.677. Different results are indicated on the mixing water hyacinth with cow manure, biogas pressure changes happen on day 1 with the characteristic graph of a R2 = 0.976. This condition describes that the mixing of the water hyacinth and cow dung provides distinctions signifikant in accelerating the process of occurrence of biogas. Keywords: Absolute pressure, Biogas, Renewable Energy PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk dan Pemenuhan akan kebutuhan energi merupakan dua hal yang berbanding lurus, meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak terhadap meningkatnya pemenuhan kebutuhann energy. Untuk itu pemerintah melalui UU Republik Indonesia nomor 33 tahun 2007 tentang Energi dan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional berupaya untuk mendorong masyarakatnya dalam memanfaatkan dan mengembangkan energi terbarukan sebagai enegi alternatif yang dapat membantu mengatasi kebutuhan energi. Sebagai kalangan akademisi, hendaknya kita perlu menyadari bahwa kebutuhan energi saat ini sebagian besar merupakan subsidi pemerintah. Energi yang kita gunakan merupakan energi yang bersifat tidak dapat diperbaharui. Untuk itu jika tidak dilakukan terobosan melalui energi terbarukan, maka energi yang ada saat ini akan semakin langka dan habis dengan sendirinya. Salah satu bentuk energi terbarukan yang mudah dan murah untuk dikembangkan adalah energi yang berasal dari teknik biogas. Teknik biogas merupakan suatu proses anaerobik yang menghasilkan gas yang berasal dari bahan organik. Bahan yang paling diperlukan dalam pembuatan biogas adalah metana dan juga karbondioksida yang kesemua ini terkandung di dalam bahan organik. Bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai biogas mudah kita jumpai misalnya dari kotoran manusia, limbah rumah tangga, kotoran hewan, limbah sekam padi, tumbuh-tumbuhan (seperti eceng gondok) dan lain sebagianya. Bahan organik dapat klasifikasikan menjadi dua macam yaitu kelompok hewani (berasal dari kotoran hewan) dan kelompok nabati (berasal dari tumbuh-tumbuhan). Jika ditinjau dari segi geografis, Indonesia adalah Negara dengan iklim subtropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar. Tidak terkecuali kota Metro memiliki banyak ketersediaan bahan organik nabati yang memungkinkan untuk dapat dikembangkan menjadi energi biogas. Hasil 25

survey lapangan menunjukan bahwa Keanekaragaman hayati dalam jumlah melimpah yang dapat ditemui di Kota Metro yang berpotensi untuk dapat diolah menjadi biogas diantaranya yaitu tumbuhan eceng gondok yang banyak tumbuh di Dam Raman Kota Metro (Riswanto, 2017). Potensi sekam padi sisa pengilingan padi ditemui hampir disetiap kecamatan kota Metro, Limbah kedelai Pengolahan tahu, potensi bonggol pisang dan potensi jerami padi. Potensi biogas pada hakikatnya tidak hanya berasal dari kotoran hewan semata, namun bahan nabati juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan. Keberagaman potensi bahan nabati atau tumbuh-tumbuhan yang ada saat ini belum dapat dikategorikan/dipetakan kelayakannya pada tingkatkan terbaik dan terburuk untuk diolah menjadi biogas. Selain itu sumber energi biogas berbahan nabati juga memberi peluang hasil gas dengan kadar bau yang tidak terlalu menyengat dibandingkan dengan biogas yang berasal dari bahan kotoran hewan. Dukungan kebijakan UU Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2007 tentang Energi memuat bahwa penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan wajib ditingkatkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah melalui badan usaha, bentuk usaha tetap dan perorangan. Dasar kebijakan ini sepatutnya untuk dapat pahami, bahwa sebagai kalangan akademik kita seyogyanya harus ikut berkontribusi dalam memberdayakan biogas sebagai solusi kebutuhan energi. Selain itu sesuai amanat PP No 3 tahun 2005, kita dituntut untuk mampu mengembangkan biogas menjadi bentuk pemanfaat energi lain dalam bentuk tenaga listrik. Eceng gondok merupakan jenis tanaman sungai yang sangat mudah tumbuh dan berkembangbiak. Jumlah eceng gondok yang telalau banyak dapat mempengaruhi ekosistem air sungai didalammnya. Walaupun memiliki sifat penggangu eceng 26 gondok juga berperan dalam menggurangi kandungan logam berat di perairan seperti Fe. Eceng gondok dapat dimanfaat sebagai bahan biogas melalui proses fermentasi (Wahyuni, 2013). Produksi biogas dapat dipengaruhi beberapa besaran fisis diantaranya seperti suhu, tekanan, dan juga ph. Produksi biogas tertinggi dihasilkan pada variabel ph 7 yaitu sebesar 1162,97 ml dengan kadungan gas metana sebesar 0,03mol/100 gr (Yonathan et al. 2013). Proses biogas dibantu oleh mikroorganisme. Proses ini dibantu oelh bakteri metanogenik yang berperan untuk merombak bahan organik dan menghasilkan gas metan dalam kondisi anaerobik. Umumnya bakteri metanogenik terdapat secara alami alam kotoran isi rumen ternak dan kotoran manusia. Selain terkandung dalam kotoran, bakteri metanogenik juga dapat ditambahkan dengan tujuan mempercepat proses perombakan dan pembentukan biogas (Wahyuni, 2011). Ukuran produksi biogas dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut manometer. Manometer biogas berbentuk pipa U untuk mengukur tekanan yang dihasilkan oleh biogas dengan menghitung selisih ketinggian air. Dalam penelitian ini, difokuskan untuk menemukan perbedaan produksi biogas dengan mengukur perubahan tekanan absolut biogas. METODE PENELITIAN Kegiatan Penelitian yang akan dilakukan meliputi beberapa tahapan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan berbagai instrumen kerja yang dibutuhkan dalam penelitian 2. Mengumpulkan bahan organik biogas nabati 3. Membuat desain reaktor biogas sederhana 4. Menyiapkan alat dan bahan serta alat ukur yang dibutuhkan untuk

membangun Reaktor dan mengukur besarnnya energi biogas 5. Membuat Reaktor biogas sederhana sesuai dengan desain yeng telah di rencanakan 6. Melakukan uji pendahuluan bahan organik untuk melihat kinerja alat. 7. Melakukan pengukuran tekanan absolut yang dihasilkan dari uji pendahuluan bahan organik dari eceng gondok 8. Melakukan perhitungan dan analisis data hasil penelitian berdasarkan data-data yang diperoleh 9. Membuat grafik tekanan absolut biogas nabati dari bahan eceng gondok 10. Membandingkan hasil pengukuran tekanan absolut uji pendahuluan bahan organik kotoran sapi dengan bahan campuran eceng gondok dan kotoran sapi 11. Menganalisa kelemahan dan keunggulan biogas berbahan nabati eceng gondok Teknik pengumpulan dilakukan melalui teknik observasi lapangan dan pengukuran menggunakan alat ukur. Observasi dilakukan untuk memperoleh dan mengumpulkan bahan organik nabati yang akan diuji sedangkan pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data besarnya energi yang dihasilkan dari masing-masing variasi bahan organik yang akan diuji. Tabel 1. Teknik pengumpulan data No Tujuan 1 2 Pendataa n bahan organik nabati Pengukur an besaranbesaran fisis Aspek - Data bahan organik, nabati - Pengku ran tekanan absolut Metode/ Instrumen - Observasi - Wawancara - Tabulasi - Observasi - pengukuran Teknik analisis Analisis Deskriptif Analisis kuantitatif Tekanan dihitung dengan menggunakan hukum Boyle seperti persamaan di bawah ini (Rohyami, 2012). P = ρ.g.h + tekanan atmosfer (Putra et al. 2017) Keterangan : 27 P = Tekanan absolut (N/m2) ρ = Densitas zat cair (kg/m3) = 1000 kg/m3 g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2) h = Perbedaan ketinggian kolom zat cair yang digunakan (m) 1 atm = 101.325 N/m2 1 N/m2 = 9,869x10-6 atm HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis bahan nabati yang dapat berpotensi diolah menjadi biogas antara lain limbah pertanian berupa sisa hasil panen seperti padi, gandum, kedelai, kelapa sawit, dan singkong. Sedangkan untuk limbah perairan, terdapat tanaman air seperti eceng gondok, rumput laut, dan alga memiliki karakteristik baik untuk dijadikan bahan baku biogas. Bahan eceng gondok menjadi bahan yang paling mudah diperoleh karena menjadi gulma bagi lahan perairan. Sementara itu jenis lainnya dapat diperoleh dari sampah organik berupa sampah sayuran atau limbah sisa produksi dari tahu dan tempe. Komposisi campuran kotoran sapi dengan berbagai bahan merujuk hasil penelitian dari berbagai sumber sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian Putra et al. (2017) menyembutkan bahwa komposisi perbandingan ideal dalam pembentukan biogas menggunakan kotoran sapi dan air yaitu dengan perbandingan 1:2. 2. Hasil penelitian Renilaili (2015) menjelaskan bahwa pemanfaatan eceng gondok sebagai energi ramah lingkungan dalam bentuk biogas akan menghasilkan produksi gas (COD) maksikum pada perbandingan komposisi eceng gondok dengan kotoran sapi adalah 75% : 25%. Sebelum dilakukan pengujian bahan biogas maka perlu dilakukan uji pendahuluan yang dimaksudkan untuk memperoleh data awal sebagai patokan/pembanding terhadap pengujian bahan lainnya. Selain itu, melalui uji

pendahuluan diharapkan juga akan diperoleh gambaran kinerja reaktor biogas. Berikut ini disajikan kegiatan pengujian pendahuluan. Gambar 2. Tekanan absolut bahan organik eceng gondok Gambar 1. Tekanan absolut pada uji pendahuluan Pada grafik tampak pada hari pertama, setelah 24 jam kotoran dimasukan dalam reaktor belum tampak terjadi perubahan tekanan. Perubahan tekanan terjadi pada hari ke-2 dengan nilai tekanan 9,81 Sementara itu dari 20 kali pengambilan data diperoleh tekanan terbesar terjadi pada hari ke-18 dengan nilai tekanan absolut 313.92 N/m 2. Hasil uji pendahuluan dapat ditunjukan melalui gambar 1 berikut ini. Pada tahap selanjutnya yaitu melakukan penguji bahan organik dari eceng gondok dilakukan dengan perbandingan eceng gondok dengan air yaitu 1:3 sedangkan perbandingan kotoran sapi dengan air sebesar 1:2. Sementara itu, perbandingan antara campuran kotoran sapi + air dengan campuran eceng gondok + air adalah 75% : 25%. Data hasil pengamatan perubahan tekanan absolut bahan organik eceng gondok dapat dikemukakan melalui gambar 2 berikut. Berdasarkan hasil di atas menunjukan bahwa tekanan absolut pada hari ke 1 setelah 24 jam bahan dimasukan ke dalam reaktor sudah menunjukan perubahan tekanan dengan nilai 179,805 Rata2 peningkatan tekanan absolut pada bahan eceng gondok sebesar 968, 529 Tekanan tertinggi biogas bahan organik eceng gondok terjadi pada hari ke-10 dengan nilai tekanan absolut mencapai 1837,69 Karakteritik nilai R 2 = 0,975 menunjukan hubungan kesebandingan antara besarnya tekanan absolut yang dihasilkan dengan lamanya waktu proses fermentasi biogas. PENUTUP Berikut ini dapat diuraikan kesimpulan sementara dari kegiatan penelitian pada laporan kemajuan 70% ini yaitu: 1. Nilai rata-rata tekanan absolut biogas dengan pencampuran eceng gondok dan kotoran sapi mencapai 968, 529 2. Tekanan tertinggi biogas pada campuran eceng gondok dan kotoran sapi terjadi pada hari ke-10 dengan nilai tekanan absolut mencapai 1837,69 N/m 2.. Pada uji pendahuluan terjadi pada hari ke 18 dengan nilai tekanan absolut 313,92 3. Perlakuan penambahan campuran eceng gondok dengan kotoran sapi dapat mempercepat proses terjadinya fermentasi pada biogas. Hal ini dibuktikan berdasarkan data bahwa pada hari ke-1 campuran eceng gondok menunjukan perubahan tekanan biogas sebesar 179,805 N/m 2, sedangkan bila dibandingkan dengan data uji pendahuluan yang hanya menggunakan kotora sapi, perubahan tekanan terjadi pada hari ke-2 dengan nilai tekanan 9,81 28

REFERENSI Laili, R. 2015. Enceng Gondok Sebagai Biogas Yang Ramah Lingkungan. Jurnal Ilmiah Tekno, 12(1), 01-10. Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Putra, G. M. D., Abdullah, S. H., Priyati, A., Setiawati, D. A., & Muttalib, S. A. 2017. Rancang Bangun Reaktor Biogas Tipe Portable dari Limbah Kotoran Ternak Sapi. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 5(1), 369-374. Riswanto, R. 2017. PEMETAAN POTENSI BIOGAS DI KOTA METRO. Jurnal Pendidikan Fisika, 5(2), 126-137. Rohyami. 2012. (online).hukum Gas ideal, http://rohyami.staff.uii.ac.id/2012/0 5/07/gas/ diakses pada 17 Juli 2018 Undang-Undang Republik Indonesia. No. 33 Tahun 2007 tentang Energi. Wahyuni, S. 2013. Panduan praktis biogas. Penebar Swadaya Grup. Wahyuni, S., & MP, S. 2011. Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah (Revisi). AgroMedia. Yonathan, A., Prasetya, A. R., & Pramudono, B. 2013. Produksi Biogas dari Eceng Gondok (Eicchornia crassipes): Kajian Konsistensi dan ph Terhadap Biogas Dihasilkan. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 211-215. 29