BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting dalam sistem pendidikan karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan perkembangan pola pikir manusia.bagi dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat.oleh karena itu matematika perlu di ajarkan di setiap jenjang pendidikan baik pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. National Council of Teacher of Mathematics( NCTM, 2000 ) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran metematika di sekolah guru harus memperhatikan lima aspek kemampuan pelajaran matematika yaitu pemecahan masalah ( problem solving ), penalaran ( reasoning ), komunikasi ( communicationing ), koneksi ( conectioning ), representasi ( representationing ). Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis yaitu kemampuan siswa menggunakan matematika sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan ide ide atau gagasan matematika melalui simbol, tabel, diagram atau media lainnya sehingga memperjelas suatu masalah. 1
2 Dalam mempelajari matematika perlu adanya proses komunikasi yaitu komunikasi antar siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Hal ini karena menurut Mahmudi (2009) yaitu proses komunikasi matematis yang terjalin dengan baik dapat membantu siswa membangun pemahamnnya terhadap ide ide matematis dan membuatnya di pahami. Melalui komunikasi siswa dapat lebih memahami simbol simbol dan informasi yang ada di dalam masalah tersebut. Semakin berkembang bahasa matematika siswa, maka semakin baik pula siswa dalam beragumentasi. Kemampuan berargumentasi tentunya memberikan peluang kepada siswa dalam memahami berbagai konsep/prinsip dalam matematika. Selain itu, komunikasi dalam matematika dapat membantu guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahaman tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari. Oleh karena itu maka kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang perlu di kembangkan pada diri siswa. Namun demikian, pembelajaran matematika yang berlangsung selama ini,tidak menunjukkan adanya peluang untuk pengembangan kemampuan komunikasi matematis.pengembangan kemampuan komunikasi matematis dikalangan siswa, tidak akanoptimal jika tidak difasilitasi dengan pembelajaran yang menunjang. Kemudian menurut Umar (2012) menyatakan bahwa sampai saat ini peran guru dalam membangun kemampuan komunikasi matematis siswa khususnya dalam pembelajaran matematika masih sangat terbatas. Pembelajaran yang di
3 gunakan kurang melibatkan partisipasi aktif siswa. Sehingga membuat siswa kurang diberi kesempatan lebih dalam mengungkapkan ide ide yang di milikinya. Percaya diri merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi pikiran dan tingkah laku seseorang. Percaya diri ini bukan suatu bawaan, namun diperoleh dari pengalam hidup, di ajarkan dan ditanamkan oleh guru. Menurut Aunurrahman (2011: 184) rasa percaya diri yaitu salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Percaya pada diri sendiri adalah salah satu sumber kekuatan yang dapat mendorong seseorang lebih maju, karena percaya merupakan tingkah laku seseorang dalam melakukan tindakan dengan penuh tanggung jawab dan berani menyelesaikan permasalahan yang di hadapinya,namun pada kenyataannya sebagian siswa dalam belajar matematika masih belum memiliki percaya diri, sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam belajar untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematis dan percaya diri siswa merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika. Kedua hal tersebut perlu dimiliki siswa agar mendapat hasil yang baik dalam mempelajari matematika Berdasarkan data yang di peroleh peneliti dari guru mapel matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Cimanggu bahwa nilai rata rata tes kelas VIII G yaitu 67,05 dengan kriteria ketuntasan (KKM) adalah 75. Nilai rata rata
4 tersebut masih tergolong rendah karena masih di bawah KKM yang sudah di tentukan. Selain berdasarkan data yang diperoleh, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru mapel matematika kelas VIII bahwa kelas yang memiliki kemampuan yang paling rendah yaitu kelas VIII G dibandingkan dengan kelas VIII lainnya disebabkan oleh beberapa hal antara lain: siswa cenderung pasif dan tidak mau bertanya apabila ada suatu kesulitan, siswa kesulitan dalam membuat model matematika apalagi soal dalam bentuk soal cerita, kurang bisa berargumen atas ide yang dimiliknya. Hal ini diperkuat dari hasil pretest kemampuan komunikasi matematis yang menunjukan rata rata nilai kelas VIII G yaitu 58, nilai tersebut masih tergolong rendah dan hasil dari observasi yang dilakukan oleh peneliti permasalahan yang di hadapi dalam proses pembelajaran di kelas VIII G adalah 1) kurangnya keberanian siswa dalam menyampaikan pertanyaan, 2) kurangnya keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat, 3) kurangnya keberanian dalam menyampaikan hasil dari jawabannya, 4) kurangnya keberanian dalam menyampaikan argumennya, 5) kurangnya kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide ide ke dalam bentuk matematika, 6) kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal bentuk cerita. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis (kemampuan komunikasi matematis secara tertulis maupun lisan) dan rasa percaya diri siswa masih rendah.
5 Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksikan pengetahuannya sendiri, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep konsep yang di ajarkan dan mengkomunikasikan ide idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan.salah satu alternatif untuk mendukung hal tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran dengan berbasis masalah ( Problem Based Learning ). Hal tersebut di dukung dari beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa PBL memiliki pengaruh positif terhadap komunikasi matematis salah satunya yaitu Sugandi dan Sumarmo (2010), yang menyatakan bahwa PBL memberikan pengaruh terbesar di bandingkan dengan pembelajaran konvensional. kemudian tim Pengembangan ProfesiPendidik Kemendikbud (2014) menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam penyajian materi pelajaran. Tan (Rusman, 2012) menambahkan bahwa penggunaan masalah nyata dalam pembelajaran akan mendorong siswa untuk dapat mengoptimalkan kemampuan-kemampuan dasar matematika seperti kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir, kemampuan pemecahan masalah, dan lain sebagainya melalui kerja kelompok, sehingga siswa dapat mengasah, mempertajam, dan mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar matematikanya secara berkesinambungan. PBL dimulai dari memberikan masalah yang memiliki konteks dunia nyata. Siswa secara berkelompok aktif memecahkan masalah dan
6 menyampaikan solusi dari permasalahan yang di berikan oleh guru, Sehingga mereka akan berlatih menerapkan serta mengkomunikasikan ide ide yang di milikinya. Selain itu siswa mengevaluasi serta menyimpulkan hasil pemecahannya. Untuk mendukung percaya diri dalam kemampuan berkomunikasi siswa digunakan pula strategi Think-Talk-Write (TTW). Melalui strategi ini siswa diberikan masalah matematika dan menyelesaikannya secara individu dengan membuat catatan kecil. Kemudian siswa dilibatkan dalam kelompok diskusi untuk mendiskusikan hasil dari catatan kecil dengan cara berkelompok yang memungkinkan siswa membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya, selain itu dengan model ini siswa didorong untuk lebih bertanggungjawab, lebih berfikir kritis dan produktif dan meningkatkan komunikasi dan suasana belajar yang kondusif. Sehingga siswa dapat lebih mudah memecahkan masalah bersama dan terjalin suatu komunikasi dan rasa percaya diri siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan dengan apa yang telah tertuang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kemampuan komunikasi matematis dan rasa percaya diri siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Cimanggu melalui Problem Based Learning ( PBL ) dengan menggunakan stratetgi Think-Talk-Write ( TTW ). Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan rasa percaya diri yang ada pada diri siswa.
7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah Problem Based Learning dengan strategi Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa kelas VIII G SMP N 1 Cimanggu? 2. Apakah Problem Based Learning dengan strategi Think-Talk-Write dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII G SMP N 1 Cimanggu? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagaia berikut : 1. Untuk meningkatan kemampuan komunikasimatematis siswa kelas VIII G SMP N 1 Cimanggu menggunakanproblem BasedLearningdengan strategi Think-Talk-Write. 2. Untuk meningkatan rasa percaya dirisiswa kelas VIII G SMP N 1 Cimanggu menggunakanproblem Based Learning dengan strategi Think- Talk-Write. D. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi siswa Sebagai salah satu sarana untuk melibatkan aktivitas siswa secara optimal dalam memahami konsep matematika sehingga konsep yang semula
8 abstrak akan lebih cepat dipahami, membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan rasa percaya diriserta membuat suasana belajar siswa menjadi lebih bermakna. 2. Bagi guru a. Menambah wawasan bagi guru tentang penggunaan model Problem Based Learning dan strategi Think-Talk-Write dalam proses pembelajaran matematika. b. Sebagai salah satu alternatif pertimbangan bagi guru bidang studi matematika untuk merencanakan suatu pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan rasa percaya diri siswa. 3. Bagi peneliti a. Merupakan pengalaman yang berharga sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alternatif untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematika dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa pada berbagai jenjang pendidikan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbanganpada pembelajaran matematika, terutama dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan rasa percaya diri siswa 4. Bagi Sekolah Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah menggunakan model pembelajaran yang tepat.