7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Persemaian dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2009 di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman Faperta IPB. Penanaman di lapangan dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Mei 2010 di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut (dpl). Lahan penelitian merupakan tanah latosol. Bahan dan Alat Bahan tanaman cabai yang digunakan dalam penelitian adalah populasi F5 hasil persilangan IPB C2 x IPB C5, tetua IPB C2, dan tetua IPB C5. bahan lain yang digunakan adalah media tanam, pupuk kandang 20 ton/ha, NPK Mutiara 10 g/l, pupuk Gandasil 2 g/l, Curacron 2 ml/l, Antracol 1 g/l, Kelthane 0.75 ml/l, Dithane 6 g/l, Furadan 90 kg/ha, pupuk Urea 225 kg/ha, SP-18 300 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha. Alat-alat yang digunakan antara lain tray, mulsa plastik hitam perak (MPHP) dan alat pertanian yang biasa digunakan termasuk alat bantu. Metode Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap semua tanaman cabai. Populasi terdiri atas populasi F5 sebanyak 320 tanaman, populasi IPB C2 sebanyak 20 tanaman, dan populasi IPB C5 sebanyak 20 tanaman. Pelaksanaan Penyemaian Persemaian dilakukan menggunakan tray yang telah diisi media semai pupuk organik. Setiap satu lubang tray ditanam satu benih cabai. Selama di persemaian diberikan pupuk NPK Mutiara dua kali dalam seminggu dengan konsentrasi 5 g/l. Selain itu diberikan juga pupuk Gandasil 1 g/l, Antracol 0.5 g/l,
8 Curacron 1 ml/l dengan aplikasi seminggu sekali. Penyiraman dilakukan dua hari sekali. Bibit dipindah ke lapangan setelah berumur kurang lebih enam minggu. Pengolahan tanah Lahan diolah dengan pembuatan bedeng tinggi 0.3 m, lebar 1.0 m, dan panjang 5.0 m tiap bedeng, serta jarak antar bedeng 0.5 m. Bedeng yang telah disiapkan ditambahkan pupuk kandang serta kapur dua minggu sebelum penanaman dilakukan. Penutupan mulsa dilakukan empat hari sebelum tanam. Penanaman Bibit ditanam dengan jarak 0.5 m x 0.5 m pada lubang tanam yang telah disiapkan dalam dua baris tanam. Bibit ditanam hingga mencapai daun pertama agar batang tanaman dapat berdiri tegak. Setiap lubang diberi Furadan untuk mencegah serangan lalat bibit. Pada setiap tanaman diberi ajir agar tanaman tidak roboh. Pemupukan Pemupukan dilakukan saat 3 minggu setelah tanam (MST) dan 8 MST menggunakan pupuk Urea, KCl, dan SP-18. Pupuk yang digunakan adalah NPK Mutiara 10 g/l dengan aplikasi 250 ml larutan pupuk per tanaman. Pupuk Gandasil diberikan sampai tanaman berbunga. Pupuk multitonik 3 ml/l diberikan saat tanaman berbuah sampai akhir pemanenan. Pupuk ditabur melingkar mengelilingi tanaman. Pemupukan menggunakan pupuk kocor dilakukan dua minggu sekali. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pengendalian gulma, sanitasi pada tanaman, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan jika tidak turun hujan. Pengendalian hama dengan penyemprotan Curacron 2 ml/l dan Kelthane 1 ml/l. Pengendalian penyakit dengan Antracol 2 g/l dan Dithane 6 g/l. Pemanenan Pemanenan dilakukan seminggu sekali, selama delapan kali. Panen dilakukan dengan cara memetik seluruh buah yang sudah masak (80 % buah
berwarna merah). Saat penimbangan hasil panen dilakukan pemisahan antara buah layak pasar dan tidak layak pasar. 9 Pengamatan Pengamatan dilakukan pada semua tanaman F5 yang berjumlah 320 tanaman, tetua IPB C2 yang berjumlah 20 tanaman, dan tetua IPB C5 yang berjumlah 20 tanaman. Peubah yang diamati meliputi karakter kualitatif dan karakter kuantitatif berdasarkan deskriptor IPGRI (1995). Peubah kuantitatif yang diamati yaitu 1. Tinggi tanaman, diukur mulai dari pangkal sampai titik tumbuh tertinggi. 2. Tinggi dikotomus, diukur dari pangkal sampai dikotomus. Pengamatan pada saat panen kedua. 3. Diameter batang, diukur 5 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dilakukan satu kali pada saat panen terakhir. 4. Umur berbunga, pengamatan dilakukan pada saat bunga mekar 5. Umur buah merah, pengamatan dilakukan pada buah yang mulai berwarna merah 6. Umur panen, pengamatan dilakukan pada tanaman yang memiliki satu atau lebih buah berwarna 80 % merah 7. Diametar pangkal buah, pengamatan dilakukan dengan menggunakan jangka sorong 8. Diameter tengah buah, pengamatan dilakukan dengan menggunakan jangka sorong 9. Diameter ujung buah, pengamatan dilakukan dengan menggunakan jangka sorong 10. Panjang buah, diukur dari pangkal buah sampai ujung buah. 11. Bobot buah per tanaman, semua buah dihitung dari pertama panen sampai panen ke delapan 12. Jumlah buah per tanaman, semua buah dihitung dari pertama panen sampai panen ke delapan
10 13. Bobot buah per tanaman satuan, setiap tanaman diambil 5 buah untuk diukur Peubah kualitatif yang diamati yaitu 1. Tipe pertumbuhan tanaman, pengamatan dilakukan setelah 50 % tanaman sudah berbuah masak keterangan: 3) prostrate, 5) intermediate (compact), 7) erect Gambar 1. Tipe Pertumbuhan Tanaman Cabai 2. Posisi bunga cabai, pengamatan dilakukan setelah antesis keterangan: 3) pendant, 5) intermediate, 7) erect Gambar 2. Posisi Bunga Cabai 3. Warna mahkota, pengamatan dilakukan setelah bunga pertama membuka sempurna 4. Tipe percabangan, diamati pada tanaman dewasa 5. Warna buku, pengamatan dilakukan pada tanaman dewasa 6. Warna daun, pengamatan dilakukan pada tanaman dewasa
11 7. Bentuk daun, pengamatan dilakukkan pada tanaman dewasa keterangan: 1) deltoid, 2) ovate, 3) lanceolate. Gambar 3. Bentuk Daun Cabai 8. Bentuk tepi kelopak keterangan: 3) rata, 5) agak bergerigi, 7) bergerigi Gambar 4. Bentuk Tepi Kelopak Cabai 9. Bentuk pangkal buah keterangan: 1) runcing, 2) tumpul, 3) romping, 4) jantung, 5) berlekuk 10. Bentuk ujung buah Gambar 5. Bentuk Pangkal Buah Cabai keterangan:1) Pointed, 2) Blunt, 3) Sunken, 4) Sunken and pointed Gambar 6. Bentuk Ujung Buah Cabai
12 11. Permukaan buah; halus, semi keriting, dan keriting 12. Bentuk buah, pengamatan dilakukan pada buah masak penuh keterangan: 1) pointed, 2) blunt, 3) sunken, 4) sunken and pointed, 5)other Gambar 7. Bentuk Buah Cabai Analisia Data 1. Variabilitas Genetik Populasi F5 Cabai σ 2 P = σ 2 F5 σ 2 E = σ 2 P1 + σ 2 P2 2 σ 2 G = σ 2 P σ 2 E σ σ²g = 2 MS g ² + MS e ² r² db g + 2 db e + 2 σ σ²p = 2 MS g ² r² db g + 2 σ 2 F5 σ 2 P1 = varians populasi F5 = varians tetua P1
13 σ 2 P2 σ σ²g σ σ²p = varians tetua P2 = standar deviasi varians genetik = standar deviasi varians fenotipe Menurut Anderson dan Bancroff (1952) dalam Lestari et al. (2006) kriteria variabilitas adalah: Variabilitas genetik luas = σ 2 G 2(σ σ²g ) Variabilitas genetik sempit = σ 2 G 2(σ σ²g ) Variabilitas fenotipe luas = σ 2 P 2(σ σ²p ) Variabilitas fenotipe sempit = σ 2 P 2(σ σ²p ) Koefisien Variabilitas genetik (Bahar et al.,1998) KVG x 100% Keterangan : KVG = koefisien variabilitas genetik σ 2 g = varians genetik µ = nilai tengah populasi Kriteria KVG (Qosim et al., 2000) adalah sebagai berikut : 0 < x 10.94 sempit 10.94 < x 21.88 agak sempit 21.88 < x 32.83 agak luas 32.83 < x 43.77 luas 43.77 < x sangat luas 2. Heritabilitas H²bs σ²g σ²p Keterangan : H 2 bs σ 2 g σ 2 p = heritabilitas arti luas = varians genetik = varians fenotipe
14 Menurut Syukur et al. (2009) tinggi rendahnya nilai heritabilitas digolongkan sebagai berikut : Rendah = H 2 bs < 0.2 Sedang = 0.2 H 2 bs 0.5 Tinggi = H 2 bs > 0.5 3. Kemajuan genetik akibat seleksi (Baihaki, 2000) KG = S. h 2 Keterangan : KG = kemajuan genetik S = deferensial seleksi h 2 = heritabilitas 4. Korelasi (menggunakan program SAS) Analisis korelasi merupakan analisis untuk mengetahui keeratan hubungan antar dua peubah atau lebih. Analisis ini menyediakan pengukuran derajat hubungan antar peubah atau kebaikan suai (goodness of fitt) dari hubungan yang diutarakan pada data yang sedang ditangani (Gomez dan Gomez, 1955). 5. Analisis lintasan Menurut Singh and Chaudary (1979), ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menarik kesimpulan pada analisis lintas, yaitu: r 1y r 2y r 3y : r 8y = r 1.1 r 1.2 r 1.3 r 1.8 r 2.1 r 2.2 r 2.3 r 2.8 r 3.1 r 3.2 r 3.3 r 3.8 : r 8.1 r 8.2 r 8.3 r 8.8 P 1y P 2y P 3y : P 8y
Nilai vektor A merupakan korelasi antara karakter dengan bobot buah per tanaman (y)(riy), unsur-unsur matrik B terdiri dari korelasi peubah xi(rij), sedangkan vektor C adalah unsur-unsur pengaruh langsung peubah X1 terhadap y(pij). Untuk mendapatkan vektor C dapat digunakan rumus sebagai berikut: C = B -1 A Koefisien Residu (CS) : jika korelasi antar peubah hampir sama dengan pengaruh langsungnya, maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan yang sebenarnya dan seleksi langsung melalui peubah tersebut akan efektif. jika korelasi positif tetapi pengaruh langsungnya negatif, maka pengaruh tidak langsunglah yang menyebabkan korelasi tersebut. Pengaruh tak langsung ini merupakan peubah yang harus diperhatikan lebih lanjut. jika korelasi negatif dan kecil, sedangkan pengaruh langsungnya positif dan besar, maka pemilihan model selanjutnya yang dilakukan harus dengan pembatasan yang benar agar pengaruh peubah tidak langsung menjadi hilang, sehingga pengaruh langsung lebih berguna. 15 6. Standarisasi (Walpole, 1993) = satuan baku = nilai pengamatan = nilai tengah = simpangan baku 7. Produktivitas (ton/ha) Luas efektif per tanaman x 80% x bobot buah per tanaman Jarak tanam