repository.unimus.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN FE, ZINC, VITAMIN C DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 BATANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

PENDAHULUAN. dunia karena prevalensinya masih tinggi terutama di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Pengertian Anemia Klasifikasi anemia

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara berkembang (Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI, 2005). Jumlah penderitanya sangatlah mencengangkan, sebanyak 4-5 milyar penduduk dunia, atau 66-68% populasi penduduk dunia mengalami defisiensi zat besi dan dua milyar penduduk atau lebih dari 30% populasi penduduk dunia mengalami anemia. Di negara berkembang terdapat 370 juta wanita yang menderita anemia karena defisiensi zat besi atau anemia gizi besi (Gibney, 2014). Masa remaja merupakan tahapan kritis kehidupan, sehingga periode tersebut dikategorikan sebagai kelompok rawan dan mempunyai risiko kesehatan tinggi, akan tetapi remaja sering kurang mendapatkan perhatian dalam program pelayanan kesehatan. Kenyataan banyak kasus kesehatan saat dewasa ditentukan oleh kebiasaan hidup sehat sejak remaja. Status gizi yang optimal pada usia remaja dapat mencegah penyakit yang terkait dengan diet pada usia dewasa (Briawan, 2014). Kebutuhan zat besi pada remaja putri tiga kali dari kebutuhan laki-laki, hal ini karena setiap bulan remaja putri mengalami haid yang berarti kehilangan darah secara rutin dalam jumlah yang cukup banyak. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa wanita dibawah usia 20 tahun mengalami hamil atau melahirkan masih tinggi. Menurut SDKI 2012 secara nasional 12,2% dari wanita umur 15-19 tahun sudah pernah melahirkan sedangkan untuk proyek KI- KPK ini lebih tinggi dari rata-rata nasional yaitu Jawa Tengah 12,3% dan Jawa Timur 16,3% (Depkes, 2008). Prevalensi anemia terbesar pada kelompok wanita tidak hamil umur 15 tahun adalah di Propinsi Nusa tengara timur sebesar 39,5% dan terkecil di Propinsi Sulawesi Utara sebesar 8,7%, di Propinsi Jawa tengah sebesar 21,6%. (DepKes RI, 2012). Selain anemia kurang zat besi (Fe), remaja putri juga menderita kurang zat seng (Zn). Pada umumnya, remaja putri ini mempunyai 1

pola dan kebiasaan makan yang homogen, dimana asupan energi dan zat gizi kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan. Anemia merupakan masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan konsumsi atau gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B6 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam molekul hemoglobin, vitamin C, zinc yang mempengaruhi absorpsi besi dan vitamin E yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah. Sebagian besar adalah anemia gizi besi. Penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya asupan besi, terutama dalam bentuk besi-hem (Almatsier, 2009). Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi anemia di Indonesia sebesar 21,7%. Prevalensi anemia pada wanita di Indonesia sebesar 23,9%, sedangkan prevalensi anemia pada wanita umur 5 14 tahun sebesar 26,4% dan umur 15-25 tahun sebesar 18,4%. Pada hasil pemeriksaan kadar hemoglobin yang dilakukan bidang Kesehatan Keluarga dan Masyarakat oleh Dinas Kesehatan tehadap remaja putri (SLTP&SLTA) tahun 2014 sebesar 25,18% dari 550 sampel (139 remaja putri) dan pada tahun 2015 sebesar 22,8% dari 880 sampel (201 remaja putri) (Dinas Kesehatan tahun 2016). Berdasarkan pada hasil pra survey yang dilakukan peneliti terhadap 80 siswa putri di SMP dan SMA Kecamatan Kaliori, dari 80 sampel ditemukan 17 orang yang menderita anemia, atau dengan kata lain terdapat prevalensi kejadian anemia sebesar 21.25%. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu alat untuk menilai status gizi seseorang. Indeks massa tubuh juga sering digunakan oleh para ahli demi keperluan medis dan data individu dalam hal status gizi. Dengan adanya Indeks massa tubuh untuk menilai status gizi seseorang. Untuk mencapai Indeks massa tubuh yang ideal, para remaja harus memperhatikan beberapa hal; Seperti aktifitas fisik sehari-hari, asupan kalori per hari, dan jenis makanan yang dikomsumsi setiap harinya. Tidak cukup dari itu pola hidup yang sehat dan kebiasaan-kebiasaan yang sehat akan mempengarungi terhadap IMT yang positif. Zat besi sangat diperlukan dalam pembentukan darah yaitu untuk mensintesis hemoglobin. Kelebihan zat besi disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati, sumsum tulang belakang, dan selebihnya disimpan dalam limfa dan otot. Kekurangan zat besi 2

akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar feritin yang diikuti dengan penurunan kejenuhan transferin atau peningkatan protoporfirin. Jika keadaan ini terus berlanjut akan terjadi anemia defisiensi besi, dimana kadar hemoglobin turun di bawah nilai normal (Almatsier, 2009). Zinc merupakan zat gizi mikro yang mempengaruhi metabolisme besi. Zinc berinteraksi dengan besi baik secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi tidak langsung antara zinc dan besi dapat terjadi melalui peran zinc dalam sintesis berbagai protein termasuk protein pengangkut besi yaitu transferin. Peranan zinc yang bekerja hampir pada semua metabolisme tubuh, dalam pembentukkan sel darah merah dengan membantu enzim karbonik anhidrase esensial untuk menjaga keseimbangan asam basa. Zinc membantu enzim karbonik anhidrase merangsang produksi HCl lambung yang mampu meningkatkan kadar hemoglobin (Linder, 2012). Zat gizi mikro yang juga berperan dalam pembentukan sel darah merah adalah vitamin C. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan (Almatsier, 2009). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Houghton dkk (2016) menyatakan bahwa ada hubungan antara kandungan zat besi dengan anemia pada anak sekolah. Hal ini juga didukung penelitian Martini (2015) yang menyatakan ada faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri yaitu status gizi, pengetahuan dan pendidikan ibu. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berjudul: Hubungan pengetahuan tentang anemia, Indeks Massa Tubuh (IMT), Tingkat Kecukupan Protein, Zat Besi (Fe) dan Zink (Zn)dengan kejadiaan anemia pada siswa putri di wilayah Puskesmas Kaliori Kabupaten Rembang 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan pengetahuan tentang anemia, Indeks Massa Tubuh (IMT), Tingkat Kecukupan Protein, Zat Besi (Fe) dan Zink (Zn) dengan kejadian anemia pada siswa putri di SMP dan SMA di wilayah Kecamatan Kaliori? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum 3

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang anemia, Indeks Massa Tubuh (IMT), tingkat kecukupan protein, zat besi (fe) dan zink dengan kejadian anemia pada siswa putri di Kecamatan Kaliori. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mendiskripsikan pengetahuan tentang anemia siswa putri di Kecamatan Kaliori 1.3.2.2 Mendiskripsikan Indeks Massa Tubuh (IMT) siswa putri di Kecamatan Kaliori 1.3.2.3 Mendiskripsikan Tingkat Kecukupan Protein siswa putri di Kecamatan Kaliori 1.3.2.4 Mendiskripsikan Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) siswa putri di Kecamatan Kaliori 1.3.2.5 Mendiskripsikan Tingkat Kecukupan Zink (Zn) siswa putri di Kecamatan Kaliori 1.3.2.6 Mendiskripsikan Kejadian Anemia siswa putri di Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang 1.3.2.7 Menganalisis hubungan Pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia siswa putri di Kecamatan Kaliori 1.3.2.8 Menganalisis hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian anemia siswa putri di Kecamatan Kaliori 1.3.2.9 Menganalisis hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan kejadian anemia siswa putri di Kecamatan Kaliori 1.3.2.10 Menganalisis hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) dengan kejadian anemia siswa putri di Kecamatan Kaliori 1.3.2.11 Menganalisis hubungan Tingkat kecukupan Zink (Zn) dengan kejadian anemia pada siswa putri di Kecamatan Kaliori 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat 4

Hasil penelitian ini akan dipublikasikan untuk meningkatkan pemahaman tentang hubungan pengetahuan tentang anemia, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan tingkat kecukupan Protein, Zat Besi (Fe) dan Zink (Zn) dengan kejadian anemia pada siswa putri. 1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan untuk bahan informasi dalam program kesehatan sekolah melalui pemberdayaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan memberikan penyuluhan ke siswa khususnya remaja putri tentang hubungan pengetahuan tentang anemia, Indek Massa Tubuh (IMT) dan Tingkat kecukupan Protein, Zat Besi (Fe) dan Zink (Zn) dengan kejadian anemia pada siswa putri 1.4.3 Bagi Peneliti Penelitian ini dapat digunakan untuk menelaah sejauh mana teori yang ada dengan aplikasinya, dan sebagai sarana berfikir secara ilmiah dan rasional. 5

1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Daftar Keaslian Penelitian No Nama Judul penelitian Tahun Variabel Metode Hasil Penelitian 1 Martini Faktor-faktor 2015 Anemia, Uji statistik Faktor yang yang status gizi, Chi-Square berhubungan berhubungan dengan pengetahuan dan dengan anemia adalah Kejadian pendidikan status gizi, Anemia pada Remaja Putri ibu pengetahuan dan di MAN 1 pendidikan ibu Metro 2 Houghton, dkk 3 Yunita Wijayanti Serum Zinc is a Major Predictor of Anemia and Mediates the Effect of Selenium on Hemoglobin in School- Aged Children in a Nationally Representative Survey in New Zealand Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian anemia Pada Remaja Putri Siswa SMK An Nuroniyah Kemadu Kec. Sulang Kab. Rembang Tahun 2011 2016 Kadar zat zinc (Zn), umur, berat badan, risiko anemia 2011 Zat besi, konsumsi gizi: energi, protein, zat besi, status gizi, pola menstruasi, kejadian anemia pada remaja putri Uji regresi Faktor yang mempengaruhi hemoglobin Uji chi square dan kolmogorov smirnov adalah kadar zat zinc (Zn), umur dan berat badan. Zinc berhubungan erat dan mempengaruhi risiko anemia Ada hubungan antara pendapatan keluarga, konsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi, konsumsi gizi: energi, protein, zat besi, status gizi, dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri. 6

Berdasarkan pada Tabel 1.1 penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu: 1. Sasaran Sasaran penelitian pertama adalah Remaja Putri di MAN 1 Metro, penelitian kedua adalah siswa usia sekolah, penelitian ketiga adalah remaja putri Kec. Sulang Kab. Rembang. Sedangkan sasaran penelitian sekarang adalah siswa putri wilayah Kecamatan Kaliori. 2. Variabel yang diteliti Variabel pada penelitian pertama adalah status gizi, pengetahuan dan pendidikan ibu. Variabel pada penelitian kedua adalah Zinc, penelitian ketiga adalah pendapatan keluarga, konsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi, konsumsi gizi. Variabel pada ini adalah pengetahuan tentang anemia, Indeks Massa Tubuh, tingkat kecukupan Protein, Zat besi (Fe) dan Zink ( Zn ) 3. Tempat Penelitian ketiga dilakukan di sekolah MAN 1 Metro kecamatan Sulang sedangkan penelitian sekarang dilakukan di semua sekolah SMP dan SMA di Kecamatan Kaliori 7