13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era modern seperti sekarang ini peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki masih ada saja persoalan. Beberapa kasus perempuan yang mengalami kekerasan fisik maupun mental masih tersiar di media massa. Perempuan seolah menjadi manusia yang ada berada di bawah laki-laki. Hal demikian terjadi bukan tanpa sebab. Memang jika kita rujuk dari sebuah kasus pasti ada motivasi yang melandasi kasus tersebut. Hal demikian manjadikan pandangan bahwa perempuan memang sudah sewajarnya dirugikan dari peran keseharian. Laki-laki mendominasi perempuan dengan berbagai aspek. Salah satu hal yang sudah ada dalam kultur sebagian masyarakat Indonesia adalah budaya patriark atau patriarkhi yang artinya bapak sebagai kepala keluarga. Bapak atau laki-laki dalam keluarga mendiami wilayah subjek yang berkutat memutuskan sesuatu, memimpin, dan berkuasa dalam lingkungan keluarga. Di lain pihak perempuan mendiami wilayah domestik yang hanya berkutat urusan rumah dan segala aktivitas lain pada umumnya. Akhirnya perempuan mempunyai keterbatasan untuk melakukan kegiatan di luar kebiasaan laki-laki pada umumnya. Sebagai contoh sebuah penelitian dilakukan oleh Wayan Sudarta berjudul Peranan Wanita dalam Pembangunan Berwawasan Gender dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Bali. Penulis
14 mengemukakan mengenai kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita atau untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan. Dari hal tersebut penelitian bermuara pada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, jika menginginkan keadilan gender yang dalam realita kehidupan masih bertolak belakang. Kemudian penelitian berjudul Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini: Kajian Feminisme yang disusun oleh Rany Mandrastuty dari UNS Surakarta. Rany (2010) mengangkat persoalan feminisme yang menggambarkan pemberontakan terhadap adat istiadat yang dipandang sebagai ketidakadilan sistem oleh para tokoh wanita di dalamnya. Setelah penulis menyampaikan dua contoh penelitian mengenai feminisme, akhirnya fakta membuktikan bahwa persoalan feminisme memang banyak mendapat perhatian bagi beberapa kalangan. Hal tersebut menguatkan penulis ketika mengambil kajian feminisme dalam penelitiannya. Objek kajian penelitian penulis adalah novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira. Judul yang di ambil adalah Peran dan Kedudukan Perempuan dalam Novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira. Jika disamakan dengan dua penelitian tersebut masih sama membahas feminisme. Novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira menceritakan kehidupan seorang perempuan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan yang selalu disubordinasi serta dipandang rendah oleh kaum lelaki. Perjuangan untuk mendapatkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan diwakili oleh tokoh Nawang. Ia ingin membuktikan kepada setiap orang bahwa perempuan juga dapat
15 melakukan hal-hal yang dilakukan oleh laki-laki. Dengan asumsi bahwa ia dapat mewujudkan cita-citanya apabila keluar dari desanya untuk bekerja. Nawang berbeda dengan gadis-gadis seumurannya yang berada di desanya. Gadis-gadis seumurannya kebanyakan memilih menikah daripada mewujudkan cita-citanya. Novel Nawang sarat pesan moral bagi kaum perempuan agar tidak mudah menyerah untuk mewujudkan impiannya. Harapan Nawang untuk melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi dan sukses dengan karirnya merupakan suatu upaya dan kerja keras yang perlu dicontoh. Berbagai permasalahan yang dialaminya selama berjuang mewujudkan impiannya membuatnya semakin tegar menghadapi kenyataan hidup. Nawang ingin menunjukkan bahwa kaum perempuan harus memperoleh hak pendidikan yang sama dengan laki-laki agar perempuan mampu mandiri. Novel tersebut dapat memotivasi kaum perempuan yang sedang mengalami berbagai permasalahan ketidakadilan gender, agar tidak mudah menyerah dalam mengejar cita-cita. Hal itu dikuatkan dengan data statistik mengenai usia dan jenjang pendidikan yang ditempuh. Sejak jaman dahulu persoalan gender antara laki-laki dan perempuan menjadi semacam jurang pemisah dalam kehidupan msayarakat. Hal ini menciptakan ruang bagi masing-masing gender. Contoh kecil untuk laki-laki pekerjaan dengan mengandalkan tenaga (fisik) menjadi hal yang biasa. Karena sudah umum pekerjaan buruh (kuli) lazimnya laki-laki, amat sangat sulit menemui kuli perempuan. Kemudian pekerjaan ringan seperti mengasuh anak atau pekerjaan rumah tangga (asisten rumah tangga) di dominasi perempuan. Perempuan pada saat itu dianggap tabu bahkan dilarang melakukan aktivitas laki-laki.
16 Sudah dapat terlihat bahwa ada ruang pembeda yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki membawai ciri kuat, tangguh, perkasa, dan pekerja, sedangkan perempuan lembut, halus, penyayang, dan pengasuh. Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara social maupun kultural. Ciri dari sifat gender itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Realitas dalam novel menggambarkan bahwa peran dan kedudukan perempuan memang ada. Penulis menilai banyak permasalahan yang menarik untuk diteliti dan perlu dibahas. Peran perempuan dalam semua sisi kehidupan sebagai, dan kedudukan mereka dalam kehidupan pribadinya mendapat perhatian dari penulis. Seteleh membaca novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira sampai selesai dan melakukan perenungan akan pesan moral yang dapat di ambil. Pesan moral yang ada dapat memberi inspirasi pembaca khususnya kaum perempuan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan permasalahan, bagaimana peran perempuan dalam Novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira dalam perspektif feminisme? C. Tujuan Mendeskripsikan permasalahan mengenai peran perempuan dalam Novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira.
17 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah untuk memberikan wawasan pada penulis atau pembaca mengenai persoalan gender dan emansipasi. Dapat pula sebagai referensi bagi perkembangan kritik kesusastraan kalangan akademisi atau sastra Indonesia yang lebih luas. 2. Manfaat praktis yang diharapkan pembaca sedikit paham bahwa persoalan yang ada dalam penelitian ini masih ada di jaman sekarang. Sehingga ketika ada persoalan semacam itu, setidaknya ada upaya bagaimana harus menyikapi dan mengambil tindakan yang baik.