BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan berbagai pihak yang terkait secara bersama-sama dan bersinergi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pikiran anak seperti kertas kosong yang putih dan siap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no 20

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh : Wiwik Suharti NIM : S BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. agar menjadi manusia yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena. adalah dengan cara memeperbaiki proses pembelajaran.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk membekali peserta didik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang strategis di dalam

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem pembelajaran yang efektif bagi siswa. Karena dalam metode ceramah

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang penting dalam menyiapkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. yang di ikuti melalui syarat-syarat yang jelas dan ketat ( Hasbullah,2003

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kognitifnya. Costa (1988) mengkategorikan proses pembelajaran menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dari konsep tersebut, terdapat. beberapa hal yang perlu diperhatikan.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusianya (SDM) dan kualitas pendidikannya. Tingkat pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga timbul reaksi siswa kearah perubahan tingkah laku yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhakti tri Gunarto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. tahun 2002, dengan SK kepala dinas pendidikan Provinsi Lampung Nomor:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya berupaya untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi potensi

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas proses pembelajaran, dimana peserta didik kurang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. adalah warisan intelektual manusia yang telah sampai kepada kita (Ataha,

BAB I PENDAHULUAN. wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan motivasi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat dikatakan sebagai upaya sadar dan terencana dari seseorang insan manusia untuk mengeyam ilmu pengetahuan untuk bekal hidup. Pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan pendidikan di negara-negara lain. Ada beberapa masalah yang menjadi penyebab dalam pendidikan kita saat ini salah satunya yaitu rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) pendidikan. Dalam dunia pendidikan, ada paradigma lama bahwa belajar mengajar bersumber pada teori tabula rasa dari John Locke (Lie, 2008:02) mengatakan bahwa Pikiran seorang anak adalah seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak adalah ibarat botol kosong yang siap diisi dengan ilmu pengetahuan dan kebijakan sang mahaguru. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Sehingga diharapkan setelah selesai proses pembelajaran siswa dapat menunjukkan perubahan sikap menjadi lebih baik. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat serta dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran tentu akan sangat mendukung tercapainya tujuan dari sebuah proses pembelajaran yakni terjadinya perubahan sikap atau ranah afektif pada siswa itu sendiri. Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan materi ajar yang akan kita sampaikan, karena setiap metode belum tentu cocok untuk semua materi pembelajaran. Mata pelajaran sejarah merupakan salah satu aspek penting yang harus diajarkan kepada peserta didik baik dari tingkat pendidikan dasar maupun menengah. Di mana

2 mata pelajaran sejarah bukan sebatas pewarisan cerita masa lampau yang dilakukan secara turun-temurun oleh guru kepada siswa, tetapi di dalamnya terkandung nilainilai kearifan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kecerdasan, menumbuhkan sikap nasionalisme, memupuk kesadaran bagi siswa dalam mengambil keteladanan dari tokoh-tokoh sejarah, menghargai waktu, serta memaknai peristiwa masa lampau yang dapat mempengaruhi kehidupan masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan demikian, mata pelajaran sejarah memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam membentuk sikap serta karakter siswa. Sebagai salah satu mata pelajaran yang penting untuk di pelajari di sekolah, mata pelajaran sejarah tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai baik secara umum maupun secara khusus. Adapun yang menjadi tujuan secara umum dari pembelajaran sejarah tercantum dalam Kurikulum 2006, yaitu sebagai berikut: 1. Mendorong siswa berpikir kritis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. 2. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat. (Pusat Kurikulum, 2006 dalam http://techingofhistory.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaransejarah.html[8mei2013]) Penjelasan di atas menunjukkan terdapat tiga poin penting yang menjadi tujuan umum dari pembelajaran sejarah. Sedangkan yang menjadi tujuan secara ideal dari pembelajaran sejarah di antaranya yang dikemukakan oleh Ismaun (2001:114), salah satunya adalah agar peserta didik: Mampu memahami sejarah, dalam arti: (1) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa; (2) memiliki kemampuan berfikir secara kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah;

3 (3) memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi yang sampai kepadanya guna menentukan kesalahan informasi tersebut; dan (4) memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan analisis. Berdasarkan dua penjelasan di atas, terdapat satu kesamaan dalam tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran sejrah ini, yaitu agar siswa mampu untuk berpikir secara kritis. Kemampuan berpikir kritis ini memang sangat dibutuhkan baik dalam memahami fakta sejarah maupun ketika mengambil sikap saat menghadapi segala perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Adapun yang dimaksud berpikir kritis dalam memahami fakta sejarah yaitu agar siswa tidak dengan mudah menerima segala informasi yang masuk dari luar tanpa mempertimbangkannya. Seperti yang dikemukakan oleh Johnson (2011:185) Berfikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Oleh sebab itu, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis. Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa berfikir kritis tidak hanya dibutuhkan untuk memahami fakta sejarah saja, akan tetapi juga ketika mengambil sikap yaitu bagaimana siswa mampu menjadikan pengalaman masa lampau sebagai bahan pertimbangan ataupun menjadikan solusi dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi ataupun di masa yang akan datang. Mengenai tujuan dari pembelajaran sejarah tersebut juga diungkapkan oleh Hasan (2004:10), yaitu: sebagai berikut: Pandangan Rekontruksi Sosial menghendaki sejarah mengembangkan tujuan pendidikan yang memberikan kemampuan kepada siswa untuk melihat problema yang ada dalam kehidupan masa sekarang serta kaitannya dengan apa yang terjadi di masa lampau. Pengetahuan sejarah diharapkan dapat membantu siswa mengkaji masalah yang ada dalam kedalaman yang memadai dan mendasar untuk memecahkan permasalahan yang dikemukakan, membentuk kemampuan pada diri siswa untuk mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat di mana ia menjadi anggotanya, dan memiliki kemampuan untuk memperbaiki keadaan masyarakat pada masa sekarang.

4 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah tidak selalu orientasi pada masa lalu, akan tetapi juga seharusnya akan dikaitkan dengan masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Hal ini akan menjadi sangat penting untuk dipahami oleh siswa, karena inti dari pembelajaran sejarah adalah mempersiapkan siswa untuk menghadapi masa depan dengan bercermin dari pengalaman masa lalu. Akan tetapi sangat disayangkan proses pembelajaran sejarah disekolah justru jarang sekali mengaitkan peristiwa masa lampau dengan kondisi atau permasalahan yang saat ini tengah terjadi di masyarakat, sehingga pembelajaran sejarah menjadi kurang bermakna bagi siswa. Selain itu, kemampuan berpikir kritis yang merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran sejarah juga kurang dikembangkan dengan baik disekolah. Secara realita kebanyakan siswa adalah siswa pasif, sehingga pantas saja ketika sekarang banyak pelajar Indonesia masih belajar dalam taraf menghafal saja dan kemampuan pemahamannya tidak diasah dengan baik, yang pada akhirnya para pelajar hanya sebatas menggugurkan kewajibannya saja untuk menyelesaikan pembelajaran, tidak disertai dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebabnya adalah karena dalam proses pembelajaran sebagian besar masih menggunakan model pembelajaran tradisional (konvensional) sehingga pembelajaran menggunakan pendekatan yang masih berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Selama ini dalam pembelajaran sejarah di sekolah, siswa lebih mengarahkan pada pengetahuan terhadap peristiwa sejarah seperti hafalan tokoh atau nama pahlawan, tanggal dan tempat terjadinya suatu peristiwa tanpa mengungkapkan nilainilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah. Hal tersebut membuat siswa kurang dalam menerapkan nilai-nilai sejarah baik itu dalam proses pembelajaran ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Widja (1989) yaitu Pembelajaran sejarah tidak menarik dan membosankan. Guru-guru sejarah hanya

5 membeberkan fakta-fakta kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka, model serta teknik pembelajaran juga dari itu ke itu saja. Berdasarkan hasil Observasi dan Wawancara yang dilakukan oleh Penulis di SMA Negeri 25 Bandung kelas XI IIS 4, permasalahan yang ada dalam pembelajaran yang dialami oleh guru mata Pelajaran Sejarah adalah beberapa siswa yang kurang merespon mata pelajaran Sejarah dilihat dari keadaan kelas yang cukup kondusif dalam pembelajaran dan siswa hanya mampu mengembangkan kemampuan mengingat dan menghafal saja, dari hasil yang diberikan dan kurang menekankan pada siswa untuk menalar, memecahkan masalah ataupun pemahaman. Keadaan di atas memberi dampak yang sangat besar, sehingga indikasi pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Nilai akhir evaluasi belajar belum memenuhi penampilan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Melihat kenyataan ini, maka perlu adanya perbaikan dalam sistem pembelajaran di kelas. Untuk itu, perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Gambaran yang jelas mengenai kondisi pembelajaran sejarah di kelas, peneliti dapatkan dari hasil observasi yang telah dilakukan. Setelah beberapa kali mengikuti proses pembelajaran dikelas, tergambar ketika metode ceramah dilakukan proses pembelajaran cukup kondisif. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terebut terlihat hampir semua siswa memperhatikan penjelasan dari guru, meskipun memang masih ada beberapa siswa yang kurang fokus yaitu karena siswa sibuk masingmasing dengan kegiatannya. Pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah, mendorong pada kreativitas guru memiliki metode pembelajaran serta mengemas materi pembelajaran dengan tepat agar membantu siswa untuk berfikir kritis secara lebih mendalam akan materi yang tengah dipelajari. Selain itu, pembelajaran juga harus lebih bermakna bagi siswa maka sebaiknya materi yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat yang ada di sekitar siswa. Dengan demikian,

6 diharapkan siswa tidak hanya mampu mengerti akan materi pelajaran saja tetapi juga menjadi lebih peka dengan melihat masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Seperti diungkapkan oleh Wildan (2003:59) Keterampilan semacam itu hanya dapat dikembangkan jika materi pendidikan sejarah dapat dikembangkan lebih jauh, melebihi apa yang ada dalam fakta sejarah yang diungkapkan oleh banyak buku pelajaran. Melihat dari penjelasan di atas, kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah adalah kurangnya siswa untuk melatih berpikir kritis, terutama kemampuan berfikir kritis dalam memecahkan masalah. Padahal salah satu tujuan penting dari pembelajaran sejarah yang ingin dicapai yaitu agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis. Dengan demikian, maka hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai proses belajar mengajar yang mampu untuk melatih kemampuan siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, perbaikan proses pembelajaran dirasa akan sangat penting, sehingga diharapkan masalah-masalah tersebut akan dapat diatasi. Upaya meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah dengan penerapan metode permainan simulasi dalam memecahkan masalah, karena dalam metode ini siswa tidak hanya diminta untuk memahami suatu masalah saja akan tetapi juga harus mampu mencari solusi dari permasalah tersebut dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta menyentuh aspek psikologis siswa. Dengan demikian siswa merasa senang dan nyaman terhadap proses pembelajaran dengan metode yang kita gunakan maka akan meningkatkan keaktifan siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Minat siswa terhadap suatu mata pelajaran akan sangat berperan pada hasil atau output pembelajaran tersebut yakni terjadinya perubahan sikap dan etika pada siswa. Metode Permainan Simulasi juga sangat cocok diterapkan pada pembelajaran sejarah, karena dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran dan memahami dengan apa saja yang terjadi pada waktu itu, dalam salah satu materi. Sehingga

7 memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai karakter yang diperankan. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran tersebut. Metode ini juga dapat mengkondisikan siswa yang awalnya ribut menjadi fokus dalam proses pembelajaran. Metode ini juga dapat mengubah karakter siswa yang sulit dikondisikan menjadi lebih aktif. B. Masalah Dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah adalah: Bagaimana Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Dengan? Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian merinci kembali masalah tersebut menjadi empat pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana perencanaan penerapan metode permainan simulasi dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 25 Bandung? 2. Bagaimana langkah-langkah penerapan metode permainan simulasi dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 25 Bandung? 3. Bagaimana peningkatan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 25 Bandung? 4. Bagaimana upaya mengatasi kendala pada penerapan metode permainan simulasi dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 25 Bandung?

8 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini adalah meningkatkan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah melalui Metode Permainan Simulasi, maka tujuan penelitian dirumuskan: 1. Untuk mengetahui apakah dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. 2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh siswa dalam penggunakan Metode Permainan Simulasi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. 3. Untuk mengetahui hasil dari peningkatan yang ditemui dalam penerapan Metode Permainan Simulasi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. 4. Untuk mengetahui upaya mengatasi kendala pada penerapan metode permainan simulasi dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pendidikan mata pelajaran sejarah di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 25 Bandung. Adapun manfaat yang dihadapkan dari peneliti ini secara khusus adalah: 1. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan serta menambah keterampilan penulis dalam menerapkan metode pembelajaran. 2. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dijadikan bahan masukan untuk kajian tindak lanjut dan mampi menarik perhatian dan minat siswa terhadap pelajaran. 3. Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan dapat memahami materi dengan mudah serta memahami apa yang telah disampaikan.

9 4. Bagi Sekolah, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas instansi di SMA Negeri 25 Bandung. E. Struktur Organisasi Skripsi Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Berisi tentang, Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Struktur Organisasi Skripsi. Bab II kajian pustaka. Dalam bagian bab ini dijabarkan berbagai literature-literatur yang digunakan terhadap permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Bab III Metode Penelitian dan Teknik Penelitian. Bab ini memaparkan metode penelitian dan teknik yang digunakan oleh penulis untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam pembahasan masalah-masalah yang dikaji. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang merupakan uraian penjelasan terhadap aspek-aspek yang dijadikan rumusan masalah. Bab V Simpulan dan rekomendasi. Dalam bab ini dipaparkan apa yang menjadi sebuah kesimpulan dari penelitian terhadap pembahasan masalah.