BAB I PENDAHULUAN. sejak awal kehidupan (Wahjudi, 2012 : 11). Pudjiastuti (2003, dalam Effendi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lanjut usia (lansia). Kecenderungan peningkatan jumlah lansia. hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka tidak lagi merasa terabaikan di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan

FIFI AZISYAH NIM : S

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data statistik Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

LISZA KURNIASARI NIM : S SUKTIARTI NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB 1 PENDAHULUAN. semua spesies" (Weiss 1965, dan Shack dalam Hadywinoto dan Tony 1999). Dilihat

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan lansia meningkat. Peningkatan jenis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini transisi demografi terjadi di seluruh dunia, dimana proporsi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan sosial lanjut usia (lansia) adalah proses pemberian

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menua pada seseorang bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia (Departemen Kesehatan [Depkes], 2008). Jumlah lansia

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia di dunia ini pasti akan mengalami proses menua. Proses menua merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup manusia, yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu ke waktu tertentu, akan tetapi dimulai sejak awal kehidupan (Wahjudi, 2012 : 11). Pudjiastuti (2003, dalam Effendi & Makhfudi, 2013 : 243) mengatakan lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Dinas kependudukan Amerika Serikat dalam Maryam et al. (2012 : 9-10), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 miliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk. Menurut Susanto (2013, dalam Notoadmojo, 2007), hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar Negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Menurut WHO telah memperhitungkan bahwa di tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa di tahun 2025 jumlah warga lansia di Indonesia akan mencapai ± 60 juta jiwa. 1

2 Seiring dengan peningkatan jumlah lansia, secara individu pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia, lansia akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat menyebabkan penurunan peran sosial. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidup sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Wahjudi, 2012 : 6). Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul di lansia, diperlukan program yang ditujukan bagi para lansia. Salah satunya yaitu program pelayanan kesehatan Posyandu lansia yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia yang mencakup peningkatan kualitas kesehatan lansia agar dapat meningkatkan kualitas hidup lansia secara mandiri dan bijaksana. Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan diri kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Sulistyorini et al. 2010 : 45). Berdasarkan data dari Puskesmas Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu, jumlah posyandu lansia di Desa Bulukerto ada 4 Posyandu yaitu dusun Cangar, dusun Kliran, dusun Buludendeng, dan dusun Gintung. Dari data

3 Posyandu lansia Kenanga di dusun Kliran didapatkan jumlah lansia tahun 2012 sebanyak 254 orang, tahun 2013 sebanyak 268 orang dan tahun 2014 sebanyak 259 orang. Lansia yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia tahun 2012 sebanyak 50 orang (19,6%), tahun 2013 sebanyak 52 orang (19,4%) dan tahun 2014 sebanyak 45 orang (17,3%). Dengan kunjungan ratarata tiap bulan 21 orang pada tahun 2012, 22 orang pada tahun 2013, dan 20 orang pada tahun 2014. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan posyandu lansia masih sangat jauh dari target yang diharapkan yaitu sebesar 60%. Oleh sebab itu peneliti hanya melakukan penelitian di Dusun Kliran, karena tingkat kunjungan lansia di Posyandu Kenanga di Dusun Kliran tersebut setiap bulan menurun, dibandingkan dengan posyandu yang berada di Dusun lainnya. Merujuk dari angka kejadian tersebut, terdapat masalah dalam tingkat kunjungan lansia ke Posyandu, masalah yang selama ini terjadi adalah masyarakat belum mengerti sepenuhnya tentang manfaat Posyandu, biasanya lansia malas mendatangi Posyandu yang diadakan setiap bulan. Selain masalah tersebut lansia juga banyak mengalami penurunan psikologisnya. Self efficacy adalah keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian dilingkungannya (Feist & Feist, 2008). Pada kehidupan sehari-hari, self efficacy mengarahkan pada sekumpulan target yang menantang dan untuk tidak pantang menyerah mendapatkannya. Ketika masalah muncul, perasaan kuat akan self efficacy mengarahkan untuk tetap tenang dan mencari solusi daripada menggerutu akan ketidakmampuannya. Self efficacy, seperti harga diri, tumbuh seiring dengan prestasi yang sulit didapatkan (David, 2012 : 72).

4 Bandura (2001, dalam Friedman & Schustack, 2008) yakin bahwa manusia (human agency) adalah makhluk yang sanggup mengatur dirinya, proaktif, reflektif, dan mengorganisasikan dirinya. Selain itu, mereka juga bisa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi tindakan mereka sendiri demi menghasilkan konsekuensi yang diinginkan. Bandura mengenalkan konsep self efficacy yaitu keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadiankejadian dilingkungannya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan antara Self Efficacy dengan tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara self efficacy dengan tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji.

5 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik pada lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji. 2. Mendeskripsikan gambaran self efficacy pada lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji. 3. Mengidentifikasi tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji. 4. Mengetahui hubungan antara self efficacy dengan tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan komunitas dan keperawatan gerontik. 2. Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Puskesmas penelitian ini bertujuan agar dapat memberikan pengetahuan kepada petugas puskesmas tentang keyakinan diri pada lansia untuk meningkatkan kunjungan lansia ke Posyandu lansia. 2. Bagi Peneliti merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas wawasan tentang metode penelitian khususnya tentang hubungan antara self efficacy

6 dengan tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. 3. Bagi Masyarakat penelitian ini agar dapat memberikan pengetahuan pada lansia tentang pentingnya pemanfaatan Posyandu lansia. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain yaitu : 1. Aziz Alfatah Iskandar, (2014) meneliti tentang hubungan antara self efficacy terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja SMP Muhammadiyah 8 Batu. Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non eksperimen dengan desain penelitian cross sectional atau pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu (point time approach). Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Fisher. Dari hasil analisa uji fisher dengan taraf signifikan 0,05 didapatkan nilai uji fisher 0,024 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara self efficacy terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja. 2. Lisza Kurniasari dan Suktiarti, (2013) meneliti tentang hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan status pekerjaan dengan motivasi lansia berkunjung ke Posyandu lansia di desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Jenis metode penelitian ynag digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil analisa uji Spearman rho antara tingkat pengetahuan dengan motivasi lansia berkunjung ke posyandu lansia terdapat hubungan dengan nilai p=0,000 dan menunjukkan ada hubungan

7 antara tingkat pendidikan dengan motivasi lansia berkunjung ke posyandu lansia dengan nilai p=0,002 dan sedangkan untuk status pekerjaan menggunakan uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan motivasi lansia berkunjung ke posyandu lansia dengan nilai p=0,918. 3. Rika Kusuma Wardani, (2014) meneliti tentang hubungan antara tingkat interaksi sosial dan frekuensi kehadiran dalam kegiatan Posyandu dengan kejadian demensia berbeda jenis kelamin di desa Ngadirejo Kabupaten Malang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikasi interaksi sosial 0,003 dan nilai signifikasi frekuensi kehadiran 0,766. Dari perhitungan tingkat interaksi sosial tersebut dapat diketahui bahwa X 2 hitung lebih besar dari X 2 tabel dengan signifikasi 0,005 sehingga H 0 ditolak, sedangkan perhitungan frekuensi kehadiran dapat diketahui bahwa X 2 hitung lebih kecil dari X 2 tabel dengan signifikasi 0,766 sehingga H 0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada ketergantungan antara interaksi sosial dengan kejadian demensia dan tidak ada ketergantungan antara frekuensi kehadiran dengan kejadian demensia.

8 1.6 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan pada : 1. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Effendi & Makhfudli, 2009 : 243). 2. Self Efficacy yaitu keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian dilingkungannya (Friedman & Schustack, 2008). 3. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Sulistyorini et al. 2010 : 45).