BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia di dunia ini pasti akan mengalami proses menua. Proses menua merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup manusia, yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu ke waktu tertentu, akan tetapi dimulai sejak awal kehidupan (Wahjudi, 2012 : 11). Pudjiastuti (2003, dalam Effendi & Makhfudi, 2013 : 243) mengatakan lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Dinas kependudukan Amerika Serikat dalam Maryam et al. (2012 : 9-10), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 miliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk. Menurut Susanto (2013, dalam Notoadmojo, 2007), hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar Negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Menurut WHO telah memperhitungkan bahwa di tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa di tahun 2025 jumlah warga lansia di Indonesia akan mencapai ± 60 juta jiwa. 1
2 Seiring dengan peningkatan jumlah lansia, secara individu pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia, lansia akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat menyebabkan penurunan peran sosial. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidup sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Wahjudi, 2012 : 6). Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul di lansia, diperlukan program yang ditujukan bagi para lansia. Salah satunya yaitu program pelayanan kesehatan Posyandu lansia yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia yang mencakup peningkatan kualitas kesehatan lansia agar dapat meningkatkan kualitas hidup lansia secara mandiri dan bijaksana. Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan diri kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Sulistyorini et al. 2010 : 45). Berdasarkan data dari Puskesmas Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu, jumlah posyandu lansia di Desa Bulukerto ada 4 Posyandu yaitu dusun Cangar, dusun Kliran, dusun Buludendeng, dan dusun Gintung. Dari data
3 Posyandu lansia Kenanga di dusun Kliran didapatkan jumlah lansia tahun 2012 sebanyak 254 orang, tahun 2013 sebanyak 268 orang dan tahun 2014 sebanyak 259 orang. Lansia yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia tahun 2012 sebanyak 50 orang (19,6%), tahun 2013 sebanyak 52 orang (19,4%) dan tahun 2014 sebanyak 45 orang (17,3%). Dengan kunjungan ratarata tiap bulan 21 orang pada tahun 2012, 22 orang pada tahun 2013, dan 20 orang pada tahun 2014. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan posyandu lansia masih sangat jauh dari target yang diharapkan yaitu sebesar 60%. Oleh sebab itu peneliti hanya melakukan penelitian di Dusun Kliran, karena tingkat kunjungan lansia di Posyandu Kenanga di Dusun Kliran tersebut setiap bulan menurun, dibandingkan dengan posyandu yang berada di Dusun lainnya. Merujuk dari angka kejadian tersebut, terdapat masalah dalam tingkat kunjungan lansia ke Posyandu, masalah yang selama ini terjadi adalah masyarakat belum mengerti sepenuhnya tentang manfaat Posyandu, biasanya lansia malas mendatangi Posyandu yang diadakan setiap bulan. Selain masalah tersebut lansia juga banyak mengalami penurunan psikologisnya. Self efficacy adalah keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian dilingkungannya (Feist & Feist, 2008). Pada kehidupan sehari-hari, self efficacy mengarahkan pada sekumpulan target yang menantang dan untuk tidak pantang menyerah mendapatkannya. Ketika masalah muncul, perasaan kuat akan self efficacy mengarahkan untuk tetap tenang dan mencari solusi daripada menggerutu akan ketidakmampuannya. Self efficacy, seperti harga diri, tumbuh seiring dengan prestasi yang sulit didapatkan (David, 2012 : 72).
4 Bandura (2001, dalam Friedman & Schustack, 2008) yakin bahwa manusia (human agency) adalah makhluk yang sanggup mengatur dirinya, proaktif, reflektif, dan mengorganisasikan dirinya. Selain itu, mereka juga bisa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi tindakan mereka sendiri demi menghasilkan konsekuensi yang diinginkan. Bandura mengenalkan konsep self efficacy yaitu keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadiankejadian dilingkungannya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan antara Self Efficacy dengan tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara self efficacy dengan tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji.
5 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik pada lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji. 2. Mendeskripsikan gambaran self efficacy pada lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji. 3. Mengidentifikasi tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia di Dusun Kliran desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji. 4. Mengetahui hubungan antara self efficacy dengan tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan komunitas dan keperawatan gerontik. 2. Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Puskesmas penelitian ini bertujuan agar dapat memberikan pengetahuan kepada petugas puskesmas tentang keyakinan diri pada lansia untuk meningkatkan kunjungan lansia ke Posyandu lansia. 2. Bagi Peneliti merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas wawasan tentang metode penelitian khususnya tentang hubungan antara self efficacy
6 dengan tingkat kunjungan lansia ke Posyandu lansia dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. 3. Bagi Masyarakat penelitian ini agar dapat memberikan pengetahuan pada lansia tentang pentingnya pemanfaatan Posyandu lansia. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain yaitu : 1. Aziz Alfatah Iskandar, (2014) meneliti tentang hubungan antara self efficacy terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja SMP Muhammadiyah 8 Batu. Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non eksperimen dengan desain penelitian cross sectional atau pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu (point time approach). Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Fisher. Dari hasil analisa uji fisher dengan taraf signifikan 0,05 didapatkan nilai uji fisher 0,024 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara self efficacy terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja. 2. Lisza Kurniasari dan Suktiarti, (2013) meneliti tentang hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan status pekerjaan dengan motivasi lansia berkunjung ke Posyandu lansia di desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Jenis metode penelitian ynag digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil analisa uji Spearman rho antara tingkat pengetahuan dengan motivasi lansia berkunjung ke posyandu lansia terdapat hubungan dengan nilai p=0,000 dan menunjukkan ada hubungan
7 antara tingkat pendidikan dengan motivasi lansia berkunjung ke posyandu lansia dengan nilai p=0,002 dan sedangkan untuk status pekerjaan menggunakan uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan motivasi lansia berkunjung ke posyandu lansia dengan nilai p=0,918. 3. Rika Kusuma Wardani, (2014) meneliti tentang hubungan antara tingkat interaksi sosial dan frekuensi kehadiran dalam kegiatan Posyandu dengan kejadian demensia berbeda jenis kelamin di desa Ngadirejo Kabupaten Malang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikasi interaksi sosial 0,003 dan nilai signifikasi frekuensi kehadiran 0,766. Dari perhitungan tingkat interaksi sosial tersebut dapat diketahui bahwa X 2 hitung lebih besar dari X 2 tabel dengan signifikasi 0,005 sehingga H 0 ditolak, sedangkan perhitungan frekuensi kehadiran dapat diketahui bahwa X 2 hitung lebih kecil dari X 2 tabel dengan signifikasi 0,766 sehingga H 0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada ketergantungan antara interaksi sosial dengan kejadian demensia dan tidak ada ketergantungan antara frekuensi kehadiran dengan kejadian demensia.
8 1.6 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan pada : 1. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Effendi & Makhfudli, 2009 : 243). 2. Self Efficacy yaitu keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian dilingkungannya (Friedman & Schustack, 2008). 3. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Sulistyorini et al. 2010 : 45).