AGREGAT HALUS SLAG NIKEL SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN PASIR PADA PEMBUATAN BETON

dokumen-dokumen yang mirip
4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PS BALL SEBAGAI PENGGANTI PASIR TERHADAP KUAT LENTUR BETON

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

BAB IV METODE PENELITIAN

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR KUARSA SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN PADA SIFAT MEKANIK BETON RINGAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TARIK BELAH BETON YANG MENGGUNAKAN TERAK NIKEL SEBAGAI AGREGAT KASAR

Berat Tertahan (gram)

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Pelaksanaan Penelitian Proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini: Mulai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Campuran Limbah Plastik HDPE

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun cara ilmiah yang dimaksud adalah

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PENGOLAHAN TIMAH (TIN SLAG) SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON

STUDI PENGARUH FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON RINGAN DENGAN SERAT KAWAT

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

dengan menggunakan metode ACI ( American Concrete Institute ) sebagai dasar

STUDI KUAT LENTUR BETON PADA PERKERASAN KAKU DENGAN PENAMBAHAN SERAT FIBERGLASS PADA BETON NORMAL

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

KARAKTERISTIK BETON DENGAN AGREGAT KASAR PELLET POLYPROPYLENE DAN VARIASI AGREGAT HALUS

BAB 3 METODE PENELITIAN

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN ABU SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN

III. METODE PENELITIAN. diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan benda uji balok beton dengan panjang

BAB IV METODE PENELITIAN

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI

PENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenai kajian penggunaan beton tanpa pasir berdasarkan

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DAN SPLIT GUNUNG AIR DINGIN TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN TUMBUKAN LIMBAH BOTOL KACA SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim teknologi

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

III. METODE PENELITIAN. Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA

BAB IV METODE PENELITIAN

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PANAS PEMBAKARAN PADA BETON TERHADAP PERUBAHAN NILAI KUAT TEKAN ( INFLUENCE ON THE COMBUSTION HEAT TO CHANGE THE VALUE OF CONCRETE STRENGTH )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN CACAHAN LIMBAH PLASTIK JENIS HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) PADA KUAT LENTUR BETON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN A.

Transkripsi:

AGREGAT HALUS SLAG NIKEL SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN PASIR PADA PEMBUATAN BETON Nur Aisyah Jalali 1), Agus Salim 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar ABSTRACT This study aimed to determine the compressive strength and the flexural strength at various nickel slag level, and to determine the exact percentage of nickel slag as a substitute for some sand in the concrete mixture. The benefits were to reduce nickel slag waste, environmental pollution, and dependence on natural materials use. Test specimens concrete were made with variations in nickel slag levels of 0%, 20%, 40%, 60%, and 80%. They were cylindrical in shape 30 cm high and 15 cm in diameter for testing the compressive strength and volume weight, and the shape of the beam measuring 10x10x40 cm for flexural strength testing. The test results showed that nickel slag increased the compressive strength of concrete and didn t affect the flexural strength of concrete. The optimum average compressive strength was obtained at 40% nickel slag, while the highest average flexural strength occurred at 60% nickel slag. Keywords: fine aggregate, nickel slag, concrete, compressive strength, flexural strength. 1. PENDAHULUAN Para ilmuwan melakukan berbagai penelitian dan inovasi dalam bidang teknologi material (bahan bangunan) untuk komponen struktur, salah satunya beton. Kebutuhan akan beton yang semakin meningkat disebabkan oleh semakin meningkatnya populasi penduduk. Telah banyak yang mencoba memanfaatkan limbah-limbah industri untuk digunakan sebagai campuran beton, salah satunya adalah slag. Slag merupakan limbah buangan dari industri pengolahan nikel, diantaranya adalah PT. Aneka Tambang (ANTAM). Selama ini limbah slag nikel dimanfaatkan sebagai bahan timbunan reklamasi pantai, akan tetapi justru menjadi penyebab musnahnya ekosistem pantai. Oleh karena itu slag harus ditangani dengan benar agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Surat keputusan Kementrian Lingkungan Hidup No. B-6152/Dep.IV/LH/08/2010 menyatakan bahwa slag nikel tidak dikategorikan sebagai limbah B3, dimana kandungan logam-logam berbahaya bahkan lebih kecil daripada kandungan tanah di sekitarnya. Berbagai riset telah dilakukan untuk menanggulangi efek dari limbah hasil buangan industri tersebut agar memiliki nilai tambah dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, slag dapat dijadikan sebagai alternatif untuk dimanfaatkan sebagai agregat kasar maupun agregat halus di dalam campuran beton. Dari uraian tersebut diatas perlu kiranya dilakukan penelitian tentang penggunaan limbah slag sebagai bahan campuran beton, khususnya yang berukuran seperti pasir (agregat halus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dan kuat lentur beton pada variasi tanpa kadar slag, dan pada kadar slag 20%, 40%, 60%, serta 80%, serta untuk mengetahui persentase yang tepat kadar slag nikel sebagai agregat halus di dalam campuran beton. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai salah satu cara mengurangi limbah baik pada industri maupun lingkungan di sekitarnya dapat mengatasi masalah pembuangan limbah pada wilayah pertambangan dan industri nikel yang dapat digunakan sebagai alternatif, dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat timbunan limbah slag nikel yang tidak tertangani dengan baik, serta dapat menurunkan ketergantungan penggunaan material alam baik agregat halus maupun agregat kasar. Telah dilakukan beberapa penelitian tentang penggunaan slag sebagai bahan bangunan, diantaranya Sugiri (2005) yang melakukan penelitian tentang penggunaan slag nikel sebagai agregat dan campuran semen untuk beton mutu tinggi. Tujuannya untuk mengetahui kuat tekan beton yang menggunakan slag nikel baik sebagai agregat halus maupun agregat kasar. Benda uji dibuat dalam tiga variasi yakni beton normal, beton dengan agregat halus slag nikel, dan beton dengan agregat kasar slag nikel. Umur pengujian untuk semua variasi mulai 3, 14, 28, 56, dan 90 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan beton normal pada umur tersebut di atas berturut-turut sebesar 12,07 MPa, 22,06 MPa, 22,43 MPa, 30,38 MPa, dan 31,09 MPa. Dengan umur yang sama untuk beton yang menggunakan slag nikel sebagai agregat halus diperoleh kuat tekan sebesar 11,60 MPa, 17,44 MPa, 22,73 MPa, 39,21 MPa, 80,16 MPa, sedangkan kuat tekan beton yang 1 Korespondensi penulis: Nur Aisyah Jalali, Telp 085656978401, nuraisyahjalali@poliupg.ac.id Bidang Ilmu Teknik Sipil & Keairan, Transportasi, Dan Mitigasi Bencana 142

menggunakan slag nikel sebagai agregat kasar yaitu 14,15 MPa, 27,27 MPa, 30,97 MPa, 35,38 MPa, dan 37,04 MPa. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa slag nikel dapat memperbaiki interface dengan matriks pastanya sehingga meningkatkan kekuatan beton. Penelitian Leonardus dan Valentino (2014) tentang penggunaan slag nikel sebagai agregat kasar dalam pembuatan beton dengan variasi slag nikel 0%, 20%, dan 40% terhadap volume agregat kasar (batu pecah) memberikan hasil bahwa terjadi peningkatan kuat tekan pada beton dari variasi tanpa kadar slag atau kadar 0% ke kadar slag 40% dengan kuat tekan berturut-turut sebesar 353,06 kg/cm 2, 412,02 kg/cm 2, dan 459,99 kg/cm 2. Jadi adanya slag nikel sebagai pengganti agregat kasar di dalam campuran beton secara signifikan meningkatkan kekuatan beton. Rifaldi dan Peke (2016) melakukan penelitian tentang kuat tekan mortar yang menggunakan slag nikel sebagai agregat halus (pengganti pasir). Variasi benda uji dibedakan atas variasi pasir 100% : slag 0% (MP), pasir 50% : slag 50% (MPS), pasir 0% : slag 100 (MS). Pengujian dilakukan pada umur 3 dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan mortar meningkat seiring dengan pertambahan umur. Peningkatan kuat tekan mortar dari MP (pasir 100% : slag 0%) ke MPS (pasir 50% : slag 50%) lebih besar dibanding dari MPS (pasir 50% : slag 50%) ke MS (pasir 0% : slag 100%). Mortar yang menggunakan slag nikel (gradasi zona 1) memiliki nilai kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mortar yang menggunakan pasir (gradasi zona 4). Jadi mortar dengan variasi slag nikel mempengaruhi kuat tekan mortar. Semakin banyak jumlah slag nikel yang ditambahkan pada mortar maka semakin tinggi pula kuat tekan yang dihasilkan. Hasil dari penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa adanya kadar slag di dalam campuran mortar dan beton dapat meningkatkan kuat tekannya. Penelitian tentang kuat tekan dan kuat lentur beton pada beberapa kadar slag (halus) dan mutu beton normal/biasa perlu dilakukan unuk memberi informasi kepada masyarakat awam yang ingin memanfaatkan slag nikel (halus) sebagai campuran beton mengingat pentingnya mengurangi limbah yang dapat mencemari lingkungan. 2. METODE PENELITIAN Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Semen Portland produksi PT.Semen Tonasa, agregat halus berupa pasir dan agregat kasar berupa batu pecah bersumber dari Bili-bili Kabupaten Gowa, air dari PDAM, dan slag nikel dari PT. ANTAM, Pomalaa Sulawesi Tenggara Adapun peralatan yang digunakan meliputi peralatan untuk mempersiapkan slag nikel agar sesuai dengan batasan agregat halus, yakni sekop, sendok spesi, talam, ayakan 4,75 dan pan, peralatan yang digunakan untuk pengujian karakteristik agregat (pasir, slag nikel, dan batu pecah) meliputi timbangan digital, bejana silinder, saringan, piknometer, kerucut Abrams, mesin abrasi Los Angeles, oven, keranjang kawat, gelas ukur, sendok cetok dan sekop, serta wadah penampung material, peralatan untuk pembuatan benda uji (beton) meliputi mixer pengaduk, alat uji slump, cetakan benda uji (silinder dan balok), mesin penggetar (vibrator), dan bak perendam, serta peralatan untuk pengujian beton yakni peralatan kaping, pengukur dimensi, mesin uji tekan (compressive test machine), dan mesin uji lentur (bending test machine). Benda uji dibuat menggunakan cetakan berbentuk silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm untuk pengujian berat volume dan kuat tekan, serta cetakan berbentuk balok berukuran 10 x 10 x 40 cm untuk pengujian kuat lentur. Prosedur pelaksanaan penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Persiapan bahan dan peralatan Persiapkan semua bahan dan peralatan yang akan digunakan, termasuk slag nikel. Slag nikel yang telah terkumpul diayak dengan saringan untuk agregat halus dengan besar butir maksimum 4,75 mm. b. Pengujian karakteristik material Pelaksanaan pada tahap ini meliputi pengujian berat volume, analisa saringan, kadar lumpur, berat jenis dan penyerapan, kadar air, serta kadar organik yang mengacu pada SNI pengujian agregat (Balitbang Kimpraswil, 2003a). Pemeriksaan untuk semen portland hanya dilakukan secara visual meliputi kemasan dan butiran semen, sedangkan pemeriksaan air meliputi bau dan warna. c. Perancangan campuran adukan beton (mix design) dan perhitungan bahan Tahap ini dimaksudkan untuk mendapatkan beton yang sebaik-baiknya sesuai dengan bahan dasar yang tersedia dan keinginan pembuat bangunan, yaitu kuat tekan yang disyaratkan, mudah dikerjakan, awet dan murah. Data-data karateristik agregat yang diperoleh menjadi dasar untuk merancang campuran adukan beton normal. Langkah-langkah perancangan campuran adukan beton normal didasarkan pada Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI 03-2834-2002) yang diterbitkan oleh Balitbang Kimpraswil (2003b). Bidang Ilmu Teknik Sipil & Keairan, Transportasi, Dan Mitigasi Bencana 143

Hasil perhitungan kebutuhan bahan (semen, batu pecah, pasir, dan air) dalam satuan berat (kg) dikonversi ke dalam satuan volume (liter) menggunakan Persamaan (2.1). Volume slag nikel dan bahan-bahan lainnya dikonversi kembali dalam satuan berat (kg) yang akan digunakan pada saat menakar/menimbang bahan-bahan campuran beton menggunakan Persamaan (2.2). Volume pasir = berat pasir / berat volume pasir (2.1) Berat slag = (% kadar slag x volume pasir) x berat volume slag (2.2) d. Pembuatan benda uji, dan perawatan Pembuatan benda uji meliputi proses pencampuran bahan, pengadukan, dan pencetakan, yang disesuaikan dengan bentuk benda uji (silinder dan balok) dan jumlah benda uji untuk setiap variasi beserta jenis pengujiannya. Perawatan benda uji di laboratorium dilakukan dengan cara merendamnya di dalam bak perendam selama 27 hari, kemudian benda uji diangkat dari bak perendam dan didiamkan selama 1 hari pada suhu ruang untuk kemudian dilakukan pengujian. e. Pengujian beton pada umur 28 hari Pengujian beton pada umur 28 hari atau setelah beton mengeras, meliputi pengujian berat volume, kuat tekan, dan kuat lentur beton. f. Analisis hasil pengujian Hasil pengujian berat volume, kuat tekan, dan kuat lentur beton dihitung menggunakan Persamaan (2.3), hingga (2.5) atau (2.6). Masing-masing hasil pengujian ini dirata-ratakan untuk kemudian dianalisis. 1) Pengujian berat volume Berat volume beton dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.3). W Berat volume beton = (2.3) V dimana: W = berat benda uji beton, kg V = volume benda uji beton, m 3 2) Pengujian kuat tekan beton (compressive strength) Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan, atau dapat dihitung berdasarkan Persamaan (2.4). ' f c dimana: f c = kuat tekan beton, MPa P = beban maksimum, N A = luas penampang benda uji, mm 2 3) Pengujian kuat lentur (bending strength) Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji yang diberikan padanya sampai benda uji patah dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas. Perletakan benda uji trdiri atas dua penumpu berbentuk silinder dari bahan baja, dengan titik pembebanan berupa dua titik pada jarak tertentu (1/3 jarak perletakan) sebagai tempat beban diberikan. Persamaan-persamaan pada pengujian kuat lentur beton (berdasarkan Gambar 2.1) adalah: a) Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada di daerah pusat pada 1/3 jarak titik perletakan pada bagian tarik dari beton (Gambar Persamaan (2.5). P A 2.1a), maka kuat lentur beton dihitung menggunakan σltr P. l 2 b. h (2.4) b) Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada di luar pusat (di luar daerah 1/3 jarak titik perletakan) di bagian tarik beton dan jarak antara titik pusat dan titik patah kurang dari 5% dari panjang titik perletakan (Gambar 2.1b), maka kuat lentur beton dihitung dengan Persamaan (2.6). (2.5) Bidang Ilmu Teknik Sipil & Keairan, Transportasi, Dan Mitigasi Bencana 144

σltr 3. P. a 2 b.h (2.6) dimana: σ ltr = tegangan lentur beton, MPa M = momen, Nmm W = momen tahanan, mm 3 P = beban tertinggi yang ditunjukkan oleh mesin uji (pembacaan dalam ton sampai 3 angka di belakang koma), N l = jarak (bentang) antara dua garis perletakan, mm b = lebar tampang lintang patah, mm h = tinggi tampang lintang patah, mm a = jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sisi tarik dari bentang, mm c) Untuk benda uji yang patahnya di luar 1/3 lebar pusat pada bagian tarik beton dan jarak antara titik pembebanan dan titik patah lebih dari 5% bentang (Gambar 2.1c), maka hasil pengujian tidak dipergunakan. g. Kesimpulan Hasil analisis disimpulkan dan diberikan saran-saran atau solusi atas penelitian yang telah dilaksanakan. Apabila terdapat kekurangan agar diberikan alternatif pemecahan masalah, dan jika terdapat kelebihan maka hal ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya serta untuk pengembangan material bangunan pada masa yang akan datang. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian Hasil pengujian pada saat beton berumur 28 hari atau saat beton telah mengeras adalah sebagai berikut: a. Berat volume beton Hasil pengujian berat volume rata-rata beton berturut-turut sebesar 2320,75; 2190,19; 2364,91; 2395,47; dan 2389,81 kg/m 3. Hubungan antara kadar slag nikel dengan berat volume rata-rata beton ditunjukkan pada Gambar 3.1. Bidang Ilmu Teknik Sipil & Keairan, Transportasi, Dan Mitigasi Bencana 145

b. Kuat tekan beton Kuat tekan rata-rata beton yang diperoleh berturut-turut sebesar 36,14; 37,90; 40,01; 39,55; dan 38,53 MPa, sedangkan hubungan antara kadar slag nikel dengan kuat tekan rata-rata beton ditunjukkan pada Gambar 3.2. c. Kuat lentur beton Hasil pengujian kuat lentur beton dari kadar slag 0% hngga 80% yakni 7,52; 8,03; 6,79; 9,01; dan 6,71 MPa. Gambar 3.3 menunjukkan hubungan antara kadar slag nikel dengan kuat lentur rata-rata beton. Bidang Ilmu Teknik Sipil & Keairan, Transportasi, Dan Mitigasi Bencana 146

3.2. Pembahasan Pembahasan atas hasil pengujian tersebut di atas diuraikan sebagai berikut: a. Berat volume beton Berdasarkan Gambar 3.1, terlihat bahwa terjadi penurunan dari beton tanpa kadar slag ke kadar 20%, namun meningkat secara signifikan dari kadar slag 20 hingga 60%, namun menurun pada kadar 80%. Berat volume beton yang tertinggi diperoleh pada kadar slag 60%. Beton dengan kadar slag 40 hingga 80% menunjukkan bahwa semakin besar kadar slag nikel di dalam campuran beton, maka berat volumenya semakin besar. b. Kuat tekan beton Hasil pengujian (Gambar 3.2) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekuatan dari beton tanpa kadar slag ke beton dengan kadar slag 20 dan 40%, tetapi mengalami penurunan pada kadar 60 dan 80%. Kuat tekan rata-rata beton optimum diperoleh pada kadar slag 40% yakni sebesar 40,01 MPa. Beton dengan kadar slag 20 hingga 80% menunjukkan bahwa semakin besar kadar slag nikel di dalam campuran beton, maka kuat tekannya semakin besar pula. c. Kuat lentur beton Dari Gambar 3.3 terlihat bahwa kekuatan lentur rata-rata beton menunjukkan ketidakaturan, dimana terjadi kenaikan kekuatan lentur dari kadar 0 ke 20%, namun menurun pada kadar 40%, kemudian meningkat lagi pda kadar 60%, dan akhirnya menurun pada kadar 80%. Nilai kuat lentur rata-rata tertinggi terjadi pada beton dengan kadar slag 60% yakni sebesar 9,01 MPa. Besarnya kadar slag nikel di dalam campuran beton tidak memberikan hasil yang signifikan untuk kekuatan lenturnya. 4. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian kuat tekan beton menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekuatan dari beton tanpa kadar slag (beton normal) ke beton dengan kadar slag 20 dan 40%, tetapi mengalami penurunan pada kadar 60 dan 80%. Beton dengan kadar slag 20 hingga 80% menunjukkan bahwa semakin besar kadar slag nikel di dalam campuran beton, maka kuat tekannya semakin besar pula. Hasil pengujian kuat lentur beton menunjukkan ketidak aturan, dimana terjadi kenaikan kekuatan lentur dari kadar 0% ke 20%, namun menurun pada kadar 40, kemudian meningkat lagi pda kadar 60, dan akhirnya menurun pada kadar 80%. Besarnya kadar slag nikel di dalam campuran beton tidak memberikan hasil yang signifikan untuk kekuatan lenturnya. 2. Kuat tekan rata-rata beton optimum diperoleh pada kadar slag 40% (40,01 MPa), sedangkan nilai kuat lentur rata-rata tertinggi terjadi pada beton dengan kadar slag 60% (9,01 MPa). 5. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2003a. Metoda, Tata Cara dan Spesifikasi, Bagian 2: Batuan, Sedimen, Agregat. Jakarta. ----------. 2003b. Metoda, Tata Cara dan Spesifikasi, Bagian 13: Kayu, Bahan Lain, Lain-lain. Jakarta. http://biz.kompas.com/read/2016/03/15/080000428/ingin.tingkatkan.produksi.nikel.antam.lakukan.uji.c oba.cfpp (Online), (diakses tanggal 05 Oktober 2016). http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-s2-1995-lambangbas-1815 tentang pengertian slag nikel. (Online), (diakses tanggal 28 Desember2015 ). http://www.antam.com/index.php?option=com_content&task=view&id=32&itemid=38 tentang penanganan limbah PT. Antam. (Online), (diakses tanggal 26 September 2016). Leonardus dan William Valentino. 2014. Pengaruh Slag Nikel sebagai Pengganti sebagian Agregat Kasar terhadap Kuat Tekan Beton. Laporan Tugas Akhir. Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang. Rifaldi, Mardin dan Selvi Peke. 2016. Uji Tekan Mortar dengan Menggunakan Slag Nikel sebagai Pengganti Agregat Halus. Laporan Tugas Akhir. Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang. Sugiri, Saptahari. 2005. Penggunaan Terak Nikel sebagai Agregat dan Campuran Semen untuk Beton Mutu Tinggi. Dalam Infrastruktur dan Lingkungan Binaan, 1 (1). Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. B-6152/Dep.IV/LH/08/2010 Bidang Ilmu Teknik Sipil & Keairan, Transportasi, Dan Mitigasi Bencana 147