BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ASI merupakan pilihan terbaik bagi bayi karena didalamnya mengandung antibody dan lebih dari 100 jenis zat gizi, seperti AA (Asam Arachidonat), DHA (Docosahexaenoic Acid), dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. ( Yuliarti, 2010, hal:3). Selain mengadung zat kekebalan tubuh, ASI merupakan susu yang higienis, segar, murah, dan tersedia setiap waktu paling baik. Oleh karena itu, pada anak usia 0-6 bulan boleh dikatakan bahwa ASI merupakan susu paling baik untuk diminum. ( Riksani, 2012). Umur 6 sampai 12 bulan merupakan periode kritis pertumbuhan balita, karena pada umur tersebut anak sudah memerlukan MP-ASI yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF 1998 menunjukkan bahwa MP-ASI yang dibuat di rumah dapat memenuhi syarat dari segi jumlah maupun kualitasnya. MP-ASI yang dibuat di rumah dapat memenuhi + 50% energi, cukup protein, rendah zat gizi mikro dan vitamin 30% Zn dan Fe, 50% Vitamin A (Depkes, 2003). Konstitusi Organisasi kesehatan sedunia (WHO) menyatakan. Memiliki kesehatan yang paripurna adalah hak yang utama bagi setiap manusia, tanpa membedakan suku, agama, kepercayan, politik, atau keadaan sosial. Upaya pelayanan kesehatan dasar juga diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi anak sehingga terhindar dari kematian dini dan mutu fisik yang rendah
.Untuk mengatasi gizi kurang ada berbagai upaya salah satunya dengan program pemberian MP-ASI. (Aritonang, 2007). Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat umur bayi dan anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena untuk tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Depkes, 2000). Setelah bayi berumur 6 bulan, makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai diperkenalkan kepada bayi, namun pemberian ASI harus tetap dilanjutkan setidaknya sampai bayi berumur 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi perlu diperkenalkan dengan makanan pendamping, yaitu makanan tambahan selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang meningkat. Jenis makanan yang dikonsumsi bayi juga mempengaruhi jumlah kebutuhan airnya. Umumnya, kebutuhan cairan bayi pada usia 6-11 bulan dapat dipenuhi dari ASI saja. Cairan tambahan dapat diperoleh dari buah atau jus buah, sayuran, atau sedikit air matang setelah pemberian makan. Ibu harus memastikan bahwa air putih dan cairan lain tidak menggantikan ASI. Air dapat menghilangkan atau mengencerkan
kandungan gizi dari makanan pendamping kaya energi. Energi yang dihasilkan dari bubur, sop, kaldu, dan makanan cair lain yang diberikan kepada bayi umumnya di bawah batas yang dianjurkan untuk makanan pendamping (0,6 kkal/g). Mengurangi jumlah air yang ditambahkan pada makanan ini dapat meningkatkan kondisi gizi anak dalam kelompok usia ini. (Yuliarti, 2010). Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan 13 responden didapatkan ibu-ibu yang memberikan makanan pendamping ASI sejak anaknya berusia 1 bulan 7 orang, sejak lahir 3 orang yaitu pemberian madu, dan 1 orang yang pada usia 3 bulan diberikan MP-ASI karena anak menangis dan lapar. Dari kasus tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI masih kurang, karena masih ada ibu-ibu yang memberikan bayinya makanan pendamping ASI pada anaknya yang masih berusia dibawah 6 bulan,berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kepada ibu dengan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan di Kecamatan Siemeulue Timur, Kabupaten Siemeulue. 1.2.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6-24 Bulan di Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Siemeulue.
1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6-24 bulan di Kecamatan Siemeulue Timur Kabupaten Siemeuelue. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian makanan pendamping ASI (MP-ASI) 2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang waktu yang tepat pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI). 3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang tujuan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI). 4. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang cara pengolahan makanan pendamping ASI (MP-ASI). 5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang jenis makanan / minuman pendamping ASI (MP-ASI). 1.4. Manfaat penelitian. 1.4.1. Praktek keperawatan. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai informasi dan masukan kepada perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada para ibu-ibu, guna menambah pengetahuan pemberian makanan pendamping ASI kepada anak mereka dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
1.4.2. Pendidikan keperawatan. Hasil peneliti ini dapat menjadi informasi yang berkaitan dengan konsep pembelajaran keperawatan anak sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI dalam memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi pada anak. 1.4.3. Penelitian keperawatan. Hasil peneliti ini dapat digunakan sebagai informasi untuk melaksanakan peneliti lebih lanjut yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan ibu-ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI dalam memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi pada anak.