BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup sehari-hari sangatlah mudah untuk terwujud, meskipun kita tidak



dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan. tujuan dri pembangunan itu sendiri. Dalam dunia usaha yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, perkembangan suatu bank mengalami krisis dapat diartikan. Sementara itu dalam bentuk memberikan pelayanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

dan kemajuan di bidang ekonomi, karena bank merupakan lembaga keuangan ke taraf peningkatan hidup rakyat banyak.

SKRIPSI Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Program Reguler Mandiri Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PINJAM- MEMINJAM UANG ATAU KREDIT. (Studi Kasus Koperasi KPRI Guru Sekolah Dasar di Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH KHASANAH, SIDOHARJO WONOGIRI

TINJAUAN YURIDIS BILYET GIRO SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DI BANK BTN CABANG SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mengelola kekuatan potensi ekonomi menjadi kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN HAK CIPTA LUKISAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bank selaku badan

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK DI BPR BKK Capem BATURETNO Kab. WONOGIRI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena buruh merupakan permasalahan yang menarik dari dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian untuk mewujudkan perekonomian nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang usahanya, semula hanya melakukan tugas sebagai. perdagangan dan setiap adanya bank baru yang di dirikan akan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

TINJAUAN TENTANG PEMAKAIAN MEREK DAGANG DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERSAINGAN MELAWAN HUKUM DI PT

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Sebagai warga negara Indonesia di dalam sebuah negara hukum,

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa globalisasi seperti yang terjadi di Indonesia berbagai macam kebutuhan hidup sehari-hari sangatlah mudah untuk terwujud, meskipun kita tidak memegang uang sebagai piranti untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut. Berbagai macam jenis kebutuhan sekarang ini dapat kita miliki tanpa harus merogoh uang dari saku secara langsung, karena semua itu dapat kita peroleh melalui jalan yang lebih cepat, mudah dan ringkas yaitu dengan melalui kredit. Segala barang dapat kita peroleh dari kredit mulai dari kendaraan/mobil, rumah, pakaian, perlengkapan rumah tangga yang berwujud elektronik misalnya televisi, lemari es, radio tape, dan berbagai barang elektronik yang lain bahkan sampai dengan barang pecah belah dan bumbu dapur yang kita perlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kredit yang kita bicarakan disini bukanlah kredit kebutuhan rumah tangga seperti yang kita bahas di atas, akan tetapi kredit berbentuk dana/uang yang dapat kita peroleh dari lembaga-lembaga keuangan atau bank untuk mendapatkan pinjaman dari bank untuk mengadakan suatu usaha/bisnis yang akan dijalankan. Untuk dapat menambah modal suatu perusahaan dalam menjalankan jalannya perusahaan, maka seseorang bisa mendapatkan tambahan modal dengan cara mengajukan kredit/pinjaman kepada bank maupun lembaga keuangan yang lain. 1

2 Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu Credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa Latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Seseorang yang memperoleh kredit pada dasarnya orang tersebut memperoleh kepercayaan. Menurut pendapat Mulyono dalam bukunya Kasmir, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kredit adalah Kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka yang disepakati 1. Dalam prakteknya, pemberian kredit kepada debitur atau nasabah oleh suatu bank memerlukan suatu jaminan dari debitur, baik jaminan itu suatu barang bergerak maupun tidak bergerak yang mempunyai nilai, sehingga apabila terjadi wanprestasi, tidak terpenuhinya kewajiban dari debitur atau debitur tidak dapat mengembalikan kredit sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan oleh kedua belah pihak, maka pihak kreditur dapat menjual barang jaminan yang telah dijaminkan kepada pihak bank, sehingga hasil penjualan barang jaminan tersebut dapat dipergunakan untuk melunasi hutang-hutang debitur dan apabila terdapat sisa dari hasil penjualan barang jaminan, sisa tersebut akan dikembalikan kepada debitur. Sifat barang jaminan tersebut hanya digunakan kreditur untuk menjaga terjadinya wanprestasi oleh pihak debitur. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling atau security of law. Hukum jaminan meliputi pengertian, baik jaminan kebendaan 1) Kasmir, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, hal 93.

3 maupun jaminan perorangan. Pengertian hukum jaminan ini mengacu pada jenis jaminan, bukan pengertian jaminan. Secara formal, pembebanan jaminan hak atas tanah berlaku ketentuanketentuan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, tetapi secara materiil, yaitu yang berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak berlaku ketentuan yang terdapat dalam Buku II KUH Perdata dan Credietverband. Tetapi sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, maka dualisme dalam pembebanan hak atas tanah kini tidak lagi kita kenal, karena secara formal maupun materiil berlaku ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996, yang terdiri atas 11 bab dan 31 pasal. Dibentuknya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas pertimbangan-pertimbangan antara lain: Kesatu, bahwa ketentuan mengenai hipotik sebagaimana yang diatur dalam buku II KUH Perdata Indonesia sepanjang mengenai tanah, dan ketentuan mengenai credietverband berdasarkan pasal 57 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 masih diberlakukan sementara sampai dengan terbentuknya undang-undang tentang hak tanggungan, dipandang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan kegiatan perkreditan, sehubungan dengan perkembangan tata ekonomi Indonesia. Kedua, mengingat perkembangan yang telah dan akan terjadi bidang pengaturan dan administrasi hak-hak atas tanah serta untuk memenuhi kebutuhan masy banyak, selain hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan yang telah ditunjuk sebagai objek hak tanggungan oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, Hak pakai atas tanah tertentu yang wajib didaftar dan menurut sifatnya

4 dapat dipindah-tangankan, perlu juga dimungkinkan untuk dibebani hak tanggungan. Berhubung dengan hal-hal tersebut di atas, perlu dibentuk undang-undang yang mengatur hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 sekaligus mewujudkan unifikasi Hukum Tanah Nasional. Hukum jaminan mengatur konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan. Peraturan demikian harus cukup meyakinkan dan memberikan kepastian hukum bagi lembaga-lembaga kredit, baik dalam negeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan dan lembaga demikian kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga kredit dengan jumlah besar, dengan jangka waktu yang lama dan bunga yang relatif rendah. Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul PELAKSANAAN ROYA DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN (STUDI DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KABUPATEN KLATEN). B. Pembatasan Masalah Agar permasalahan ini tidak terlalu meluas dan juga mudah untuk dipahami oleh pembaca, maka peneliti berusaha membatasi pada pokok permasalahan sebagai berikut:

5 1. Peneliti membatasi masalah ini hanya pelaksanaan roya dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan. 2. Peneliti membatasi fungsi roya bagi para pihak dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan. 3. Peneliti membatasi lokasi penelitian pada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Klaten. C. Permasalahan Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses terjadinya perjanjian kredit? 2. Bagaimanakah proses perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan? 3. Bagaimanakah pelaksanaan roya dan fungsi roya dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan? D. Tujuan Penelitian Seperti halnya pada penelitian lain pada umumnya, penelitian ini juga mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses terjadinya perjanjian kredit di lembaga keuangan perbankan atau lembaga keuangan non-bank. 2. Untuk mengetahui proses perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan.

6 3. Untuk mengetahui pelaksanaan roya dan fungsi roya dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan. E. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai pelaksanaan roya dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggunan ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan ilmu hukum dan khususnya hukum perdata yang diperoleh penulis selama di bangku perkuliahan dengan pelaksanaan di lapangan. 2. Bagi Ilmu Hukum Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan guna mengembangkan ilmu hukum dan khususnya hukum perdata. 3. Bagi Universitas Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur penelitian perjanjian kredit dengan jaminan. F. Metode Penelitian Seperti yang diterangkan oleh Winarno Surachmad tentang perlunya metodologi adalah sebagai berikut: Suatu tulisan/karangan/penelitian disebut ilmiah apabila pokok-pokok pikiran dikemukakan, disimpulkan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian-pembuktian yang meyakinkan oleh karena dilakukan dengan cara yang obyektif dan telah melalui berbagai tes atau pengujian. 2 2) Winarno Surachmad, 1985, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung, hal. 140.

7 Metode penelitian dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis, dikatakan yuridis karena dalam mengadakan pendekatan obyek yang diteliti maka prinsip-prinsip dan asas-asas hukum yang digunakan khususnya hukum perdata, dikatakan sosiologis karena roya atau pencoretan hak tanggungan pada buku hak atas tanah dan sertifikatnya serta fungsi roya bagi para pihak pada dasarnya menjadi masalah sosial, sehingga aspek hukum yang dipakai untuk pendekatannya adalah aspek hukum yang berlaku dalam masyarakat. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian berusaha memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh tentang obyek yang diteliti. Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan dan gejala-gejala lainnya. 3 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh mengenai proses perjanjian kredit, hukum jaminan, pelaksanaan roya dan fungsinya. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Klaten. Pemilihan lokasi ini dipertimbangkan karena di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Klaten memiliki data-data yang penulis butuhkan guna menulis dan menyusun skripsi. 3 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta., hal 10.

8 4. Jenis Data Penelitian ini memperhatikan bahan atau materi penelitian yang dijadikan pokok pembahasan dan guna menentukan identifikasi data. Adapun materi penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut: a. Data Primer Data primer yaitu data atau keterangan yang secara langsung diperoleh dari sumber data melalui penelitian di lapangan yaitu Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Klaten termasuk keterangan dari sumber yang diteliti yang berhubungan dengan obyek penelitian. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diambil secara tidak langsung atau yang telah terlebih dahulu dikumpulkan orang lain di luar dari penelitian sendiri. Adapun data sekunder terdiri dari: 1) Bahan Hukum Primer Merupakan bahan atau data yang diperoleh dan dikumpulkan dari keterangan yang secara langsung diperoleh dari sumber di lapangan serta bahan-bahan hukum dari KUH Perdata, UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer misalnya seperti literatur-literatur yang masih berhubungan dengan hipotik, perjanjian kredit dan hak tanggungan.

9 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini, akan diupayakan dengan cara sebagai berikut : a. Melakukan penelitian lapangan dengan metode pengumpulan data sebagai berikut : 1) Wawancara merupakan tanya jawab sepihak atau searah yang dilakukan berdasarkan tujuan penelitian. Jenisnya meliputi wawancara terpimpin, wawancara bebas dan wawancara bebar terpimpin. Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin yang dipandu oleh daftar pertanyaan yang telah disiapkaan lebih dahulu. Alasan penggunaan jenis wawancara ini karena luwes dalam pelaksanaannya, serta dapat memperoleh data yang mendalam. Wawancara penulis lakukan dengan pihak-pihak yang terkait di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Klaten dalam hal ini adalah Seksi Pendaftara Tanah dan staf lain yang terkait dengan obyek penelitian. 2) Pengamatan (observasi) Merupakan pengamatan dan pencatatan terhadap obyek penelitian berlandaskan tujuan penelitian. Jenis yang dipergunakan adalah observasi sistematik yang dipandu oleh kerangka pengamatan yang berisi kategori-kategori yang akan diamati, terutama pelaksanaan roya atau pencoretan/penghapusan tentang barang hipotik di wilayah hukum Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Klaten.

10 b. Studi kepustakaan Dalam penyusunan skripsi ini di samping menggunakan data lapangan, digunakan pula data kepustakaan yang didasarkan pada literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian yang diadakan oleh penulis. 6. Alat Pengumpulan Data Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang meliputi: a. Teknik Wawancara Yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan tatap muka untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden. Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan pegawai atau petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Klaten. Dalam mengadakan wawancara peneliti dapat mengajukan pertanyaan atau kuesioner yang sudah disusun terlebih dahulu. b. Dokumentasi Suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mencatat data-data yang tertulis dalam dokumen/berkas yang terdapat di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Klaten. c. Studi Kepustakaan Penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui studi pustaka. Penelitian dalam hal ini membaca, mengkaji, mempelajari buku/literatur, catatan kepustakaan, dokumen yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

11 7. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif karena data yang diperlukan berbentuk informasi, uraian maupun penjelasan. Analisis data didasarkan atas metode penelitian yang digunakan yakni deskriptif dimana dalam penelitian ini spesifikasinya yuridis sosiologis. Agar dapat mencapai hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka dibutuhkan ketekunan kepekaan dari penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data kemudian dianalisa dengan teknik analisis data yang sudah ditentukan. Setelah memperoleh data-data baik secara lisan maupun tertulis, kemudian dikumpulkan dan dianalisa secara kualitatif. Langkah berikutnya dicari hubungannya dengan data yang ada dan disusun secara logis, sistematis dan yuridis sehingga diperoleh gambaran secara jelas tentang pelaksanaan roya dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan. Setelah semua terkumpul langkah terakhir dari penelitian ini adalah menarik kesimpulan. Dalam teknik penarikan kesimpulan ini penulis menggunakan metode induktif dan deduktif. Artinya menganalisa data-data dari hal-hal yang bersifat umum menuju kepada hal-hal yang bersifat khusus. Untuk data-data yang khusus diperlukan dengan cara menganalisa dari hal-hal yang bersifat khusus menuju kepada hal-hal yang bersifat umum. Penulis mengambil inti dari hasil yang diperoleh setelah data diolah atau dianalisa kemudian disimpulkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang memperoleh hasil analisa sesuai dengan tujuan penelitian.

12 G. Sistematika Penelitian Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh, maka penulis telah mempersiapkan rancangan sistematika penulisan skripsinya sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Masalah C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kredit B. Tinjauan Umum Mengenai Hukum Jaminan C. Tinjauan Umum Mengenai Hak Tanggungan D. Tinjauan Umum Mengenai Roya BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Proses Terjadinya Perjanjian Kredit 2. Pelaksanaan Roya Dalam Perjanjian Kredit 3. Fungsi Roya Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit B. Pembahasan 1. Proses Terjadinya Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan.

13 2. Pelaksanaan Roya Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan 3. Fungsi Roya Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran