BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pada tahun 2001 (Jalal, 2003: 20) jumlah anak usia 0 6 tahun di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK PELANGI NUSA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah kunci perubahan karena mendidik adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai periode penting yang terjadi dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN PLAY DOUGH DI TK MTA MUNGGUR MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak didik dikaruniai potensi kreatif sejak lahir. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Artikel Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PG-PAUD.

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Melalui kreativitas yang dimiliki, seseorang akan mampu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat. dasar dan menjadi masa keemasan (golden age) bagi anak.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI MELUKIS MENGGUNAKAN SIKAT GIGI TAMAN KANAK-KANAK PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI KELOMPOK A MELALUI BERMAIN BALOK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 21 MEDAN DENAI.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK RA GUPPI MANDAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. layak, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk. spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2001 (Jalal, 2003: 20) jumlah anak usia 0 6 tahun di Indonesia yang telah mendapatkan layanan pendidikan baru sekitar 28% (7.347.240 anak). Khusus untuk anak usia 4 6 tahun, masih terdapat sekitar 10,2 juta (83,8%) yang belum mendapatkan layanan pendidikan. Masih banyaknya jumlah anak usia dini yang belum mendapatkan layanan pendidikan tersebut disebabkan terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini. Di Indonesia layanan pendidikan anak usia dini masih termasuk sangat memprihatinkan. Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Hal ini diperkuat oleh Hurlock (1991: 27) bahwa tahun-tahun awal kehidupan anak merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya. Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.

Dari perspektif Elizabeth Hurlok, kreativitas adalah adanya sesuatu yang baru baik dalam bentuk gagasan atau suatu hasil karya. Dalam kreativitas yang diciptakan adalah sesuatu yang baru dan berbeda yang telah ada dan sifatnya unik. Keunikan dekat dengan keaslian (orisinilitas), yaitu kemampuan untuk membuat sesuatu yang orisinil (asli), murni dari ide seorang anak, serta dukungan oleh pengetahuan dan informasi yang telah diperoleh anak sebelumnya. Anak usia prasekolah adalah kreatif secara alamiah, tetapi tanpa disadari, menekan atau menghambat daya kreatif anak dan sistem pendidikan umumnya kurang memberi peluang bagi pengembangan kreativitas. Padahal bakat kreatif yang ada pada setiap anak dalam jenis dan derajat yang berbedabeda- merupakan sumber daya manusia yang tidak ternilai maknanya untuk kemajuan masyarakat dan kebudayaan. (Munandar, 1988:37) Pengembangan kreativitas anak yaitu dengan cara bermain, karena dunia anak masih dunia bermain. Dari pendapat Hurlock, salah satu yang dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas anak yaitu sarana bermain yang disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan itu tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur- unsurnya sudah ada sebelumnya. Kreativitas adalah kemampuan untk membuat kombinasi-

kombinasi baru, ataupun melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Kretivitas terletak pada kemampuan untuk melihat asosiasi antara hal-hal atau objek-objek yang sebelumnya tidak ada atau tampak sebelumnya (Munandar, 1987: 9). Maslow (1959) mengatakan, kreativitas begitu penting dalam hidup dan perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak. Dengan kreativitas orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan / aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya, dengan kreativitas memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan masyarakat maupun negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ideide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. Untuk mencapai hal ini perlulah sikap, pemikiran dan perilaku kreatif yang dipupuk sejak dini. Menurut Mulyadi (1951:35) setiap anak mempunyai kreativitas. Dengan kreativitas anak dapat berkreasi dan dapat mewujudkan dirinya pada perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, kreativitas perlu dipupuk dan dikembangkan, khususnya kreativitas yang dimulai anak dapat dirangsang melalui permainan. Guilford (1967) menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Guilford juga menambahkan bahwa bentuk pemikiran kreatif masih

kurang mendapat perhatian dalam pendidikan, sebab, disekolah yang dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran (berfikir logis). Meningkatkan kreativitas anak merupakan pangkal utama untuk mempersiapkan kehidupan anak. Kreativitas harus dikembangkan sejak usia dini. Hal tersebut dikarenakan anak usia dini masih dalam taraf membentukan baik dalam kemampuan otaknya maupun kemampuan fisiknya (Munandar, 1999: 43). Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain semua aspek perkembangan anak ditumbuhkan sehingga anak- anak menjadi lebih sehat sekaligus cerdas. Saat bermain, anak- anak mempelajari banyak hal penting. Sebagai contoh, dengan bermain bersama teman, anak-anak akan lebih terasah rasa empatinya, mereka juga bisa mengatasi penolakan dan dominasi, serta bisa mengelola emosi. PAUD Nurul Islam merupakan tempat pendidikan anak usia dini yang berada di Kabupaten Sumenep. PAUD Nurul Islam permainan edukatif sebagai media pembelajaran. Bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya dengan banyak. Menurut Kepala sekolah setelah penggunan alat permainan edukatif di PAUD Nurul Islam terlihat kurang adanya perubahan kreativitas anak. Alat permainan edukatif merupakan suatu

permainan sangat dibutuhkan dalam masa perkembangan anak di usia dini, karena saat ini dunia anak merupakan dunia bermain, sehingga pendekatan yang lebih efektif dengan menggunakan permainan yang merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan kreativitas seorang anak. Di dalam alat permainan edukatif anak bisa mengeksplorasikan keinginan dan kemampuan yang dimiliki anak. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tengah menjadi perhatian serius para pakar pendidikan di Indonesia. Pasalnya, anak merupakan generasi yang harus dipersiapkan sedini mungkin untuk menghadapi berbagai persoalan kelak. Pada tahapan perkembangan anak ada masa yang dikenal sebagai masa emas (golden age). Pada masa inilah seorang anak mampu menyerap informasi dengan volume yang tinggi sekalipun. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) justru belum banyak mendapat perhatian. Saat ini, pendidikan usia dini baru diperoleh oleh sebagian kecil anak di Indonesia. Hasil pendataan Depdiknas pada tahun 2002, baru 28 persen dari 26,1 juta anak usia 06 tahun yang mendapat pendidikan usia dini. Sebagian besar di antara mereka, yakni 2,6 juta, mendapatkan pendidikan dengan jalan masuk ke Sekolah Dasar pada usia lebih awal. Sebanyak 2,5 juta anak mendapat

pendidikan di Bina Keluarga Balita (BKB), 2,1 juta anak bersekolah di TK atau Raudhatul Atfhal, dan sekitar 100.000 anak di kelompok bermain (play group). Rasio jumlah lembaga pendidikan dan anak usia dini diperkirakan 1:8. Data tersebut memperlihatkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) belum cukup mendapatkan perhatian padahal kapasitas perkembangan kognitif anak sudah dapat terbentuk pada usia dini jauh di bawah usia sekolah (Enung, 2006:56). Oleh karena itu pendidikan anak prasekolah sangat membantu dalam upaya pengembangan kreativitas anak. Hurlock (dalam Sulistyaningsih, 1998) mengatakan bahwa pendidikan prasekolah dapat membantu perkembangan anak, seperti pemeliharaan kesehatan, melatih keterampilan, mengembangkan kemampuan bicara, mengelola emosi, melatih perilaku social, mengajarkan sikap social, mengembangkan kreativitas atau melatih disiplin, mengembangkan konsep diri dan melatih anak menyesuaikan diri terhadap sekolah. Salah satu fungsi dari pendidikan pra sekolah yaitu meningkatkan kreativitas, dimana kreativitas merupakan proses memproduksi sesuatu yang orisinil dan bernilai, sesuatu tersebut memiliki banyak bentuk, ia bisa berupa teori, sebuah tarian, zat kimia, sebuah proses atau prosedur, sebuah cerita, sebuah simfoni da lain-lain. Mereka memproduksi temuan-temuan baru, temuan-temuan penuh instight, karya-karya artistic, paradigma-paradigma revolusioner atau produk-produk orisinil lainnya dan yang bernilai (Sternberg, 2004:72).

Kualitas masa awal anak termasuk masa prasekolah merupakan tolak ukur kualitas bangsa yang akan datang. Operasionalisasi pendidikan bagi anak-anak usia dini dan anak-anak Pra sekolah (TK) akan lebih bermakna jika dilakukan melalui metode pendidikan yang dapat menyenangkan, edukatif, sesuai dengan bakat, dan pembawaannya. Oleh karena itu mereka memerlukan permainan sebagai media pendidikan dalam pembelajaran disekolah. Alat permainan tidak harus mahal akan tetapi unsur pendidikanlah yang diutamakan, lebih efektif lagi apabila proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan belajar sambil bermain (Ismail, 2006:279). Didalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas. Salah satu pendekatan yang dilakukan pada anak usia dini untuk merangsang dan mengembangkan kreativitas anak adalah dengan kegiatan bermain yang dilakukan dilingkungannya dengan menggunakan sarana, alat permainan yang edukatif dan memanfaatkan berbagai sumber belajar. (Ahmad Susanto, 2011: 112). Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan

memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa: Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Hurlock memberikan pengertian bermain yaitu setiap kegiatan yang dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan atau kewajiban. Dan menurut Hurlock salah satu pengaruh bermain yaitu merangsang kreativitas seorang anak. Senada dengan Bettelheim mengungkapkan bahwa kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain itu sendiri, Hurlock dan Bettelheim (dalam Hurlock, 1993:326). Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Sebelum anak memasuki sekolah, bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan orang lain dan dirinya sendiri. Yang pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Bahwa bermain merupakan sarana bagi tumbuhnya pikiran anak yang berdaya. Sedangkan pikiran yang berdaya merupakan factor bagi tumbuhnya ide-ide baru dan berbagai gagasan baru yang akhirnya melahirkan sebuah kreativitas, Craft (dalam Suranto, 2005:76).

Dalam penelitian Yayuk Susiani, tentang Bermain bentuk geometri untuk meningkatkan kreativitas anak kelompok B TK Kasih Ibu Mojorejo Kota Batu. Dari penelitian tersebut bentuk permainan geometri dapat meningkatkan kreativitas anak. Dari analisis data keseluruhan komponen pada kemampuan kreativitas yaitu pada Siklus I peningkatan kreativitas artinya anak mampu mengelompokkan benda- benda tiga dimensi (bendabenda sebenarnya) yang berbentuk geometri (lingkaran, segitiga, segiempat), memasangkan bentuk geometri dengan benda tiga dimensi yang bentuknya sama (lingkaran-bola, segi empat-balok), dan menciptakan bentuk dari kepingan geometri yang berbeda yang menghasilkan bentuk-bentuk baru. Pendidikan pra-sekolah memiliki tujuan agar anak bisa mengembangakan seluruh potensi fisik, mental, dan intelektualnya. Untuk mencapai tujuan itu, diadakan berbagai program yang bersifat merangsang potensi- potensi tersebut yang mana salah satunya program bermain APE (Alat permainan Edukatif) yang telah di jelaskan di atas yang tujuannya sekedar merangsang dan bukan membentuk karena untuk tahap lanjut harus dilakukan di tingkatan sekolah berikutnya ( A. Jacken. 2004:122). Di dalam bermain pun anak harus mendapatkan suatu edukatif yang dapat memberikan pelajaran atau pun pengalaman baru. Seperti halnya Alat Permainan Edukatif (APE) yang telah di lakukan oleh beberapa pendidik untuk perkembangan anak didiknya. Dan dalam penelitian (Lucie Permana Sari, 2009) tentang Hubungan Antara Alat Permainan Edukatif dan Perkembangan Motorik Anak pada

Taman Penitipan Anak ada perbedaan dalam skor ketrampilan motorik halusnya pada kelompok yang mendapatkan stimulasi dengan APE (Alat permainan Edukatif) dan kelompok yang tidak mendapatkan stimulasi dengan APE (Alat permainan Edukatif), dijumpai juga perbedaan dalam skor masingmasing dari keempat dimensi keterampilan motorik. Ke empat dimensi tersebut adalah kecepatan, keakuratan, kestabilan dan kekuatan. Anak yang mendapat stimulasi dengan APE dalam tes skala keterampilan motorik Cronbach mendapatkan nilai keakuratan, kecepatan, kekuatan dan kestabilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat stimulasi dengan APE (Alat permainan Edukatif). Adapun penelitian yang dilakukan oleh Aliyah Abidah, 2010 tentang Penggunaan Alat Permainan Edukatif Balok Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Kemampuan Berbahasa Kelompok A di RA. Darurrohim Al Hasan Grati Pasuruan menyatakan bahwa permainan balok dapat meningkatkan aktivitas belajar kemampuan berbahasa anak pada kelompok A dan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang aktivitas belajar kemampuan berbahasa anak pada kelompok A disimpulkan bahwa aktivitas belajar kemampuan berbahasa dapat ditingkatkan dengan penggunaan permainan balok. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak sangat besar terutama dalam merangsang kreativitas anak. Eksperimen dalam bermain akan membuat anak menemukan dan merancang sesuatu yang baru dan berbeda

yang akan menimbulkan kepuasan tersendiri diluar dunia bermain (Hurlock, 1993: 332). Dalam proses pembelajaran di kelompok bermain, kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak. Diungkapkan oleh Munandar (2004: 94) bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas. Namun, jelas Froebel (Patmonodewo, 2003: 7), bermain tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif. Menurut seorang psikolog terkenal, Erick Erikson, masa usia tiga setengah tahun hingga enam tahun adalah masa penting bagi seorang anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Erikson mengatakan bahwa masa ini adalah masa pembentukan sikap initiative versus guilt (inisiatif dihadapkan pada rasa bersalah). Anak-anak yang mendapat lingkungan pengasuhan dan pendidikan yang baik, akan mampu mengembangkan sikap kreatif; antusias untuk bereksplorasi, bereksperimen, berimajinasi, serta berani mencoba dan mengambil resiko. D.G. Singer & J. Singer, peneliti senior dan profesor di bidang psikologi perkembangan dari Amerika Serikat, dalam buku mereka The

House of Make Believe, mengatakan anak prasekolah yang banyak melewatkan waktu bermain sosiodrama, umumnya lebih menonjol dalam kompetensi dan perkembangan intelektualnya. Anak-anak tersebut juga mendapatkan nilai lebih tinggi pada tes yang mengukur imajinasi dan kreativitas. Pakar-pakar bidang pendidikan melihat bahwa kreativitas bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Sinyalemen ini sebagaimana diungkapkan oleh seorang pakar kreativitas Indonesia Utami Munandar. Setelah melakukan serangkain penelitian dan pengamatan, diketahui bahwa ada kecenderungan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara optimal di kalangan subjek didik Indonesia. (Fuad & Diana, 2002:24-25). Gambaran di atas merupakan suatu masalah yang perlu mendapatkan perhatian, karena masih banyak pihak yang belum mengetahui pentingnya permainan bagi perkembangan kreativitas anak. Dari hal tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bermain yang dilihat dari permainan eduktif yang dilakukan, terhadap kreativitas pada anak PAUD. Sementara dalam perkembangan global saat ini sangat dibutuhkan kesiapan mental, terutama kreatif dan imajiniatif seseorang terhadap perubahan yang terus- menerus semakin meningkat. Oleh karena itu, kreativitas anak tersebut harus benar- benar dilatih sejak usia dini kepada anak- anak, agar mereka memiliki kreativitas yang tinggi, memiliki kepercayaan dan kompetensi yang kuat terhadap perubahan yang selalu terjadi. Pendekatan yang dilakukan

untuk anak usia dini yaitu dengan cara bermain karena bermain merupakan dunia yang dimiliki oleh anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: 1. Bagaimana pengaruh bermain di PAUD Nurul Islam? 2. Bagaimana kreativitas anak di PAUD Nurul Islam? 3. Bagaimana pengaruh bermain terhadap kreativitas anak usia dini di PAUD Nurul Islam? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang di kemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh bermain di PAUD Nurul Islam? 2. Mengetahui kreativitas anak di PAUD Nurul Islam? 3. Mengetahui pengaruh bermain terhadap kreativitas anak usia dini di PAUD Nurul Islam? D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah : 1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi tentang kreativitas yang dialami seorang anak serta memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai pengaruh bermain terhadap

kreativitas anak dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti yang relevan dimasa yang akan datang. 2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini menjadi sarana untuk lebih meningkatkan peran psikolog pendidikan dan guru baik sebagai konselor maupun edukator terhadap masyarakat guna membantu mewujudkan keberhasilan suatu pendidikan. Sedangkan dalam ilmu perkembangan anak, psikolog anak mampu berperan dalam ikut serta mendidik anak pra sekolah dalam proses tumbuh kembangnya dan mengetahui cara meningkatkan kreativitas yang dimiliki seorang anak.