PENGARUH SISTEM TANAM DAN JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS IR64

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA SRI

SISTEM TANAM DAN UMUR BIBIT PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH JARAK TANAM DAN JUMLAH BIBIT PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) HIBRIDA VARIETAS PP3

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS PADI SAWAH PADA SISTEM JAJAR LEGOWO. Growth and Yield of Two Varieties of Wetland Rice with Jajar Legowo System

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

ABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Inpari 30 Pada Sistem Tanam Berbeda dan Pemberian Macam Dosis Pupuk Anorganik

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) AKIBAT PERBEDAAN JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PENGARUH APLIKASI BIOURINE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI THE EFFECT OF BIOURINE APLICATION TO RICE GOWTH AND YIELD

PENGARUH PERBEDAAN SISTEM TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DI LAHAN SAWAH

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

Jurnal Cendekia Vol 11 No 3 Sept 2013 ISSN

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

Ahmad Faishol Habibie. 1) Dr. Ir. Agung Nugroho, SU. 2) Dr. Ir. Agus Suryanto, MS. 3)

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.

PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (ORYZA SATIVA L.) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA SRI PADA BEBERAPA WAKTU PENYIANGAN GULMA

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI PADI (Orhyza Sativa L) DENGAN PENGATURAN MODEL TANAM JAJAR LEGOWO

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI MELALUI TEKNIK BUDIDAYA DAN PUPUK KOMPOS JERAMI

Magrobis Journal 57. Oleh : Nani Rohaeni * ) ABSTRACT

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI GOGO (Oryza sativa L.) KULTIVAR INPAGO 6

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

PENGUJIAN TOLERANSI BEBERAPA GENOTIPE PADI PADA LAHAN SAWAH YANG MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN

Analisis Kinerja Pita Tanam Organik sebagai Media Perkecambahan Benih Padi (Oryza sativa L.) Sistem Tabela dengan Desain Tertutup dan Terbuka

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

Achmad Sauki *), Agung Nugroho dan Roedy Soelistyono

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

Didha Dewani *), Mudji Santoso dan Titin Sumarni

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Pengaruh Jumlah Bibit dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Gontor AGROTECH Science Journal Vol. 3 No. 1, Juni 2017

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BERBAGAI PERSENTASE NAUNGAN

Widyana Rahmatika 1 1) Agriculture Faculty of Kadiri Islamic University

UJI JARAK TANAM SISTEM LEGOWO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI PADA METODE SRI

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

BAB III METODE PENELITIAN

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG PEMULIAAN TANAMAN

UJI EFEKTIVITAS SOIL CONDITIONER TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ( Oryza sativa L. Var. Inpari 3 )

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

UTILIZATION OF THERMAL UNIT FOR DETERMINING HARVEST TIME OF THE KAILAN (Brassica oleracea L. var. alboglabra) ON DIFFERENT ROW SPACES AND VARIETY

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN

BAB III METODE PENELITIAN

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN APLIKASI TINGGI MUKA AIR TANAH PADA TANAH INSEPTISOL

KAJIAN JARAK LEGOWO TERHADAP IKLIM MIKRO PADA BUDIDAYA PADI SISTEM JAJAR LEGOWO I Putu Hendra 1, Sumiyati 2, I Wayan Tika 2

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

Transkripsi:

1728 Jurnal Produksi Tanaman Vol. 6 No. 8, Agustus 2018: 1728 1737 ISSN: 2527-8452 PENGARUH SISTEM TANAM DAN JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS IR64 THE EFFECT OF CROPPING SYSTEM AND SEED NUMBER PER PLANTING HOLE ON GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa L.) IR64 VARIETY Devi Anggraini Safitri *), Nur Edy Suminarti Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia *) E-mail: devias77@ymail.com ABSTRAK Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman pangan yang menghasilkan beras dan merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu tantangan terberat dalam budidaya padi adalah adanya kecenderungan dalam menurunnya lahan produktif pertanian yang banyak dialihfungsikan menjadi lahan non pertanian. Selain itu, teknik budidaya yang kurang optimal dilakukan oleh petani menyebabkan tanaman padi tidak dapat memperlihatkan kemampuannya secara optimal. Oleh karena itu, peningkatan efisiensi pertanaman dilakukan melalui pengaturan sistem tanam dan jumlah bibit per lubang tanam. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi. Penelitian dilaksanakan di Desa Lowayu, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2016. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya interaksi nyata antara perlakuan sistem tanam dengan jumlah bibit per lubang tanam pada parameter pengamatan yang diamati yaitu laju pertumbuhan relatif tanaman umur 20-40 hst, umumnya laju pertumbuhan relatif tanaman paling tinggi didapatkan pada perlakuan 1 bibit per lubang tanam dengan sistem tanam J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm). Sedangkan untuk pengaruh nyata terjadi pada parameter jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, bobot kering total tanaman, jumlah anakan produktif per rumpun, bobot malai per rumpun, bobot gabah per rumpun, bobot 1000 butir, hasil panen per petak, dan laju pertumbuhan relatif. Pada perhitungan analisis usahatani per hektar menunjukkan bahwa R/C rasio tertinggi didapatkan pada perlakuan sistem tanam J1 (20 cm x 20 cm) dan penggunaan 1 bibit per lubang tanam yaitu sebesar 2,93. Kata kunci: Padi,, Jumlah Bibit Per Lubang Tanam, R/C Rasio ABSTRACT Rice (Oryza sativa L.) is a crop that are produce rice and main food for the majority of the Indonesian population. One of the tough challenge in rice cultivation is the inclination in declining agricultural land productivity which many converted into nonagricultural land. In addition, less than optimal cultivation techniques by farmers cause the rice plant can not show its optimally potential ability. Therefore, increase cultivation efficiency by regulation the cropping system and seeds number in the planting hole. This research used a randomized block. The research has been conducted in Lowayu Villages, Dukun Districts, Gresik Districts, East Java in July until October 2016. The result showed that there is significant interaction between cropping system and seeds number in the

1729 Safitri, dkk, Pengaruh planting hole happens to relative growth rate observation at 20-40 dap, generally the highest relative growth rate of plant obtained in 1 seed per planting hole with jajar legowo cropping system J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm). While significant effect happens to number of leaves per clump, leaves area per clump, number of tillers per clump, total dry weight of plants, number of productive tillers per clump, weight of panicles per clump, weight of 1000 seeds, yield per plot, and relative growth rate. In calculation of farming analysis per hectare shows that the highest R/C ratio obtained in cropping system treatment of J1 (20 cm x 20 cm) and using 1 seed per planting hole is 2,93. Keywords: Rice, Cropping System, Seed Number Per Planting Hole, R/C ratio PENDAHULUAN Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman pangan yang menghasilkan beras dan merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu tantangan terberat dalam budidaya padi adalah adanya kecenderungan dalam menurunnya lahan produktif pertanian yang banyak dialihfungsikan menjadi lahan non pertanian. Selain itu, teknik budidaya yang kurang optimal dilakukan oleh petani menyebabkan tanaman padi tidak dapat memperlihatkan kemampuannya secara optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya. Oleh karena itu, peningkatan efisiensi pertanaman dilakukan melalui pengaturan sistem tanam dan jumlah bibit per lubang tanam, serta penggunaan varietas unggul padi, selain efektif dalam pertumbuhan tanaman juga efisien dalam menghasilkan produktivitas yang optimal. Selama ini, biasanya para petani menggunakan sistem tanam persegi dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Sistem tanam persegi ini banyak digunakan oleh petani karena selain dapat menghasilkan populasi tanaman yang banyak dalam suatu lahan juga sangat praktis dilakukan pada saat kegiatan penanaman. Namun demikian, saat ini dikembangkan sistem penanaman baru yaitu jajar legowo. Selain itu terdapat juga permasalahan lain dalam penggunaan jumlah bibit per lubang tanam. Penanaman jumlah bibit 1-3 batang per lubang tanam dimaksudkan untuk menghemat penggunaan benih dan menghindari pengaruh kompetisi agar dapat meningkatkan potensi perkembangan anakan. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai pengaturan sistem tanam dan jumlah bibit per lubang tanam sehingga produksi padi dapat ditingkatkan. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Lowayu, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2016. Alat yang digunakan terdiri dari tali tampar, balok kayu, meteran, traktor, garu, sabit, pompa diesel, selang, kantong kertas, oven, timbangan analitik, LAM (Leaf Area Meter), Quantum meter, penggaris, alat tulis dan kamera. Bahan yang dibutuhkan yaitu benih padi varietas IR64, pupuk N (urea = 46% N), pupuk K (KCl = 60% K2O), pupuk P (SP36 = 36% P2O5) dan pestisida. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Petak Terbagi (RPT). Pada penelitian ini, petak utama adalah sistem tanam yang terdiri atas 3 macam, yaitu sistem tanam tegel 20 cm x 20 cm (J1), sistem tanam jajar legowo tipe 2:1 20 cm x 10 cm x 40 cm (J2) dan jajar legowo tipe 2:1 20 cm x 15 cm x 35 cm (J3). Sedangkan anak petaknya adalah jumlah bibit per lubang tanam yang terdiri dari 3 macam, yaitu 1 bibit per lubang tanam (B1), 2 bibit per lubang tanam (B2), 3 bibit per lubang tanam (B3). Dari kedua faktor tersebut didapatkan 9 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 kombinasi perlakuan. Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan mengambil 2 tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan. Komponen pertumbuhan meliputi jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, dan berat kering total tanaman, dan komponen hasil meliputi jumlah anakan produktif per

1730 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 8, Agustus 2018, hlm. 1728 1737 rumpun, jumlah malai per rumpun, bobot malai per rumpun dan bobot gabah per rumpun dilakukan pada saat tanaman berumur 20 hst, 40 hst, 60 hst, dan 80 hst. Komponen panen meliputi, berat kering total tanaman, jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah malai per rumpun, bobot malai per rumpun, bobot gabah per rumpun, bobot 1000 butir, hasil panen per petak dan hasil panen per hektar dilakukan pada saat panen (110 hst). Analisis pertumbuhan tanaman meliputi laju pertumbuhan relatif, dan indeks panen, serta R/C rasio. Sedangkan, pengamatan lingkungan mikro tanaman meliputi pengamatan intensitas sinar matahari. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam pada taraf 5%. Apabila diperoleh pengaruh perlakuan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Anakan Per Rumpun Interaksi nyata antara perlakuan tanam tidak terjadi pada jumlah anakan per rumpun. Jumlah anakan per rumpun dipengaruhi oleh perlakuan sistem tanam pada umur pengamatan 40 hst dan perlakuan jumlah bibit per lubang tanam pada umur pengamatan 80 hst. Tabel 1 menunjukan bahwa pada umur pengamatan 40 hst, perlakuan sistem tanam J2 (20 cm x 10 cm x 40 cm) tidak berbeda nyata dengan J1 (20 cm x 20 cm) dan J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm). Akan tetapi pada perlakuan sistem tanam J1 (20 cm x 20 cm), jumlah anakan yang dihasilkan 4,83 batang (31,28%) lebih sedikit jika dibandingkan dengan perlakuan J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm). Sedangkan pada perlakuan jumlah bibit per lubang tanam pada umur pengamatan 80 hst, perlakuan 3 bibit per lubang tanam menghasilkan jumlah anakan 2,66 batang (23,25%) lebih sedikit jika dibandingkan dengan perlakuan 1 bibit per lubang tanam. Akan tetapi kedua perlakuan tersebut menghasilkan jumlah anakan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2 bibit per lubang tanam. Pada perlakuan J2 dan J3 yang menggunakan sistem tanam jajar legowo terdapat barisan tanaman lebih rapat dibandingkan perlakuan J1 yang menggunakan sistem tanam konvensional dengan jarak tanam yang lebih lebar sehingga akan kurang menguntungkan bagi tanaman untuk memperoleh asupan kebutuhan faktor tumbuh yang lebih. Pada jarak tanam lebar, penyerapan unsur hara, sinar matahari dan udara optimal sehingga memberi kesempatan pada tanaman terutama pada pembentukan anakan, pertumbuhan akar dan pertumbuhan lainnya. Kemampuan tanaman dalam berfotosintesis akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan anakan yang lebih banyak. Hal ini juga terlihat pada penggunaan 1 bibit per lubang tanam dimana kemungkinan kompetisi antar tanaman dapat diperkecil sehingga tanaman mampu memanfaatkan unsur hara, sinar matahari dan air lebih baik. Jumlah bibit yang hanya satu per lubang sangat membantu pertumbuhan akar untuk berkembang dan mampu mendapatkan hara dari dalam tanah juga air secara optimal, karena tidak ada kompetisi, atau kompetisi yang terjadi sangat kecil (Christanto dan Agung, 2014). Bobot Kering Total tanaman Interaksi nyata antara perlakuan tanam tidak terjadi pada berat kering total tanaman. sistem tanam berpengaruh nyata terhadap berat kering total tanaman pada umur pengamatan 60 hst, sedangkan perlakuan jumlah bibit per lubang tanam berpengaruh nyata pada umur pengamatan 20 hst dan 110 hst. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada umur pengamatan 60 hst, pada sistem tanam J1 (20 cm x 20 cm) berat kering total tanaman yang dihasilkan nyata lebih berat 8,91 gram (31,42%) jika dibandingkan dengan J2 (20 cm x 10 cm x 40 cm), tetapi lebih ringan 11,13 gram (31,42%) jika dibandingkan dengan sistem tanam J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm). Pada perlakuan jumlah bibit per lubang tanam pada umur pengamatan 20 hst, perlakuan 2 bibit per lubang tanam

1731 Safitri, dkk, Pengaruh Tabel 1 Rerata Jumlah Anakan Per Rumpun pada Berbagai Umur Pengamatan Rerata Jumlah Anakan Per Rumpun pada Berbagai Umur Pengamatan 20 hst 40 hst 60 hst 80 hst - 20 cm x 20 cm (J1) 11,28 10,61 a 10,44 10,44-20 cm x 10 cm x 40 cm (J2) 9,56 10,83 ab 9,00 9,11-20 cm x 15 cm x 35 cm (J3) 9,61 15,44 b 11,17 10,50 BNJ 5% tn 3,39 tn tn - 1 bibit (B1) 9,44 12,33 11,11 11,44 b - 2 bibit (B2) 9,33 11,83 10,28 9,83 ab - 3 bibit (B3) 11,67 12,72 9,22 8,78 a BNJ 5% tn tn tn 2,37 Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf p = 5%, tn = tidak berbeda nyata, hst = hari setelah tanam. Tabel 2 Rerata Bobot Kering Total Tanaman pada Berbagai Umur Pengamatan Rerata Bobot Kering Total Tanaman (g) pada Berbagai Umur Pengamatan 20 hst 40 hst 60 hst 80 hst 110 hst - 20 cm x 20 cm (J1) 2,44 16,65 26,51 a 40,87 59,46-20 cm x 10 cm x 40 cm (J2) 2,43 17,50 24,29 a 32,43 61,75-20 cm x 15 cm x 35 cm (J3) 2,51 20,15 35,42 b 36,57 70,36 BNJ 5% tn tn 4,66 tn tn - 1 bibit (B1) 2,02 a 17,20 30,01 39,16 70,71 b - 2 bibit (B2) 2,18 ab 17,70 27,63 32,96 63,70 a - 3 bibit (B3) 3,18 b 19,41 28,59 37,76 57,16 a BNJ 5% 1,11 tn tn tn 6,87 Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf p = 5%, tn = tidak berbeda nyata, hst = hari setelah tanam. tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1 bibit dan 3 bibit per lubang tanam. Akan tetapi perlakuan 1 bibit per lubang tanam menghasilkan berat kering total tanaman lebih ringan 1,16 gram (36,47%) jika dibandingkan dengan perlakuan 3 bibit per lubang tanam. Sedangkan pada umur pengamatan 110 hst (panen), perlakuan 2 bibit per lubang tanam berat kering total yang dihasilkan nyata lebih berat 7,01 gram (9,91%) jika dibandingkan dengan perlakuan 3 bibit per lubang tanam, tetapi lebih ringan 13,55 gram (19,16%) jika dibandingkan dengan perlakuan 1 bibit per lubang tanam. Hasil bobot kering total tanaman dipengaruhi oleh jumlah daun, luas daun, jumlah malai dan bobot gabah yang dihasilkan tanaman. Luas daun sangat berpengaruh terhadap laju fotosintesis, apabila laju fotosintesis pada tanaman berlangsung dengan baik yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan cepat, maka hasil fotosintat berupa biomas tanaman seperti akar, daun dan batang akan semakin banyak pula. Pada perlakuan J2 dan J3 yang menggunakan sistem tanam jajar legowo, selain terdapat barisan tanaman yang lebar, juga terdapat barisan tanaman yang sempit. Penurunan berat kering total tanaman ini diduga karena laju fotosintesis yang berkurang akibat persaingan antar tanaman baik di dalam maupun di luar lingkungan tanaman akibat jarak tanam yang semakin dipersempit. Selain itu, pada barisan tanaman yang lebar dalam jajar legowo dapat menyebabkan

1732 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 8, Agustus 2018, hlm. 1728 1737 pertumbuhan gulma dan evapotranspirasi yang semakin meningkat karena tingginya intensitas sinar matahari. Salah satu cara untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik adalah dengan mengatur jarak tanam yang lebih lebar, karena persaingan dalam memperoleh unsur hara, air dan sinar matahari diantara tanaman menjadi lebih rendah (Muyassir, 2012). Jumlah Malai Per Rumpun Interaksi nyata antara perlakuan tanam tidak terjadi pada jumlah malai per rumpun. Jumlah malai per rumpun dipengaruhi oleh perlakuan jumlah bibit per lubang tanam pada umur 110 hst atau panen. Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa, pada umur pengamatan 110 hst, pada penggunaan 2 bibit per lubang tanam jumlah malai yang dihasilkan nyata lebih banyak 0,33 (2,46%) jika dibandingkan dengan penggunaan 3 bibit per lubang tanam, tetapi lebih sedikit 24,5 gram (64,58%) jika dibandingkan dengan penggunaan 1 bibit per lubang tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 1 bibit per lubang tanam dapat meningkatkan jumlah malai per rumpun dibandingkan dengan penggunaan 2 bibit maupun 3 bibit per lubang tanam pada umur 110 hst. Hal tersebut membuktikan bahwa jumlah bibit yang sedikit dapat memperkecil kemungkinan terjadinya persaingan antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara, cahaya, dan air. Oleh karena itu, daun tanaman dapat menerima intensitas sinar matahari dengan efisien sehingga dapat berfotosintesis dengan baik dan menghasilkan jumlah malai yang banyak. Hal ini pula yang mempengaruhi panjang malai, dimana semakin panjang malai maka berpengaruh terhadap jumlah gabah per malai. Jumlah gabah yang terbentuk pada masing-masing malai ditentukan oleh panjang malai dan jumlah cabang malai, dimana masingmasing malai akan menghasilkan gabah (Susilo et al., 2015). Kepadatan rumpun dan kompetisi antar anakan juga menjadi penyebab penurunan bobot malai per rumpun pada perlakuan jumlah bibit yang lebih banyak. Kusuma (2015) mengatakan bahwa jumlah gabah per tanaman akan menurun dengan meningkat kepadatan populasi anakan dalam rumpun. Bobot Malai Per Rumpun Interaksi nyata antara perlakuan tanam tidak terjadi pada bobot malai per rumpun. Bobot malai per rumpun dipengaruhi oleh perlakuan sistem tanam pada umur 60 hst, sedangkan pada perlakuan jumlah bibit per lubang tanam pada umur 80 hst dan 110 hst atau panen. Rerata bobot malai per rumpun tanaman padi varietas IR64 dengan berbagai perlakuan sistem tanam dan jumlah bibit per lubang tanam disajikan dalam Tabel 4. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa pada umur pengamatan 60 hst, perlakuan sistem tanam J2 (20 cm x 10 cm x 40 cm) tidak berbeda nyata dengan J1 (20 cm x 20 cm) dan J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm). Akan tetapi pada perlakuan sistem tanam J1 (20 cm x 20 cm), bobot malai yang dihasilkan 6,02 gram (31,13%) lebih ringan jika dibandingkan dengan perlakuan J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm). Pada perlakuan jumlah bibit per lubang tanam pada umur pengamatan 80 hst, perlakuan 2 bibit per lubang tanam menghasilkan bobot malai 5,93 gram (21,95%) lebih ringan jika dibandingkan dengan perlakuan 1 bibit per lubang tanam. Akan tetapi kedua perlakuan tersebut menghasilkan jumlah anakan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 3 bibit per lubang tanam. Sedangkan pada umur pengamatan 110 hst (panen), perlakuan 2 bibit per lubang tanam tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1 bibit dan 3 bibit per lubang tanam. Akan tetapi perlakuan 3 bibit per lubang tanam menghasilkan bobot malai lebih ringan 4,15 gram (12,78%) jika dibandingkan dengan perlakuan 1 bibit per lubang tanam. Bobot Gabah Per Rumpun Interaksi nyata antara perlakuan tanam tidak terjadi bobot gabah per rumpun. Bobot gabah per rumpun dipengaruhi oleh perlakuan sistem tanam pada umur 60 hst, sedangkan pada

1733 Safitri, dkk, Pengaruh Tabel 3 Rerata Jumlah Malai Per Rumpun pada Berbagai Umur Pengamatan Rerata Jumlah Malai Per Rumpun pada Berbagai Umur Pengamatan 60 hst 80 hst 110 hst - 20 cm x 20 cm (J1) 8,78 11,78 13,61-20 cm x 10 cm x 40 cm (J2) 8,83 10,61 13,94-20 cm x 15 cm x 35 cm (J3) 11,22 12,17 36,94 BNJ 5% tn tn tn - 1 bibit (B1) 9,72 12,00 37,94 b - 2 bibit (B2) 9,44 10,83 13,44 a - 3 bibit (B3) 9,67 11,72 13,11 a BNJ 5% tn tn 2,99 Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf p = 5%, tn = tidak berbeda nyata, hst = hari setelah tanam. Tabel 4 Rerata Bobot Malai Per Rumpun pada Berbagai Umur Pengamatan Rerata Bobot Malai Per Rumpun (g) pada Berbagai Umur Pengamatan 60 hst 80 hst 110 hst - 20 cm x 20 cm (J1) 13,32 a 26,70 31,63-20 cm x 10 cm x 40 cm (J2) 13,46 ab 21,46 29,71-20 cm x 15 cm x 35 cm (J3) 19,34 b 24,69 29,63 BNJ 5% 3,24 tn tn - 1 bibit (B1) 15,94 27,01 b 32,47 b - 2 bibit (B2) 14,60 21,08 a 30,18 ab - 3 bibit (B3) 15,58 24,76 ab 28,32 a BNJ 5% tn 4,02 3,59 Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf p = 5%, tn = tidak berbeda nyata, hst = hari setelah tanam. Tabel 5 Rerata Bobot Gabah Per Rumpun pada Berbagai Umur Pengamatan Rerata Bobot Gabah Per Rumpun (g) pada Berbagai Umur Pengamatan 60 hst 80 hst 110 hst - 20 cm x 20 cm (J1) 11,13 a 24,51 29,53-20 cm x 10 cm x 40 cm (J2) 11,16 ab 19,46 27,62-20 cm x 15 cm x 35 cm (J3) 16,48 b 22,63 28,02 BNJ 5% 2,54 tn tn - 1 bibit (B1) 13,35 24,76 b 30,45 b - 2 bibit (B2) 12,23 19,29 a 27,84 ab - 3 bibit (B3) 13,20 22,54 ab 26,88 a BNJ 5% tn 3,57 3,34 Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf p = 5%, tn = tidak berbeda nyata, hst = hari setelah tanam.

1734 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 8, Agustus 2018, hlm. 1728 1737 perlakuan jumlah bibit per lubang tanam pada umur 80 hst dan 110 hst atau panen. Rerata bobot gabah per rumpun tanaman padi varietas IR64 dengan berbagai perlakuan sistem tanam dan jumlah bibit per lubang tanam disajikan dalam Tabel 5. pada umur pengamatan 60 hst, perlakuan sistem tanam J2 (20 cm x 10 cm x 40 cm) tidak berbeda nyata dengan J1 (20 cm x 20 cm) dan J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm). Akan tetapi pada perlakuan sistem tanam J1 (20 cm x 20 cm), bobot gabah yang dihasilkan 5,35 gram (32,46%) lebih ringan jika dibandingkan dengan perlakuan J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm). Pada perlakuan jumlah bibit per lubang tanam pada umur pengamatan 80 hst, perlakuan 3 bibit per lubang tanam tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1 bibit dan 2 bibit per lubang tanam. Akan tetapi perlakuan 2 bibit per lubang tanam menghasilkan bobot gabah lebih ringan 5,47 gram (22,09%) jika dibandingkan dengan perlakuan 1 bibit per lubang tanam. Sedangkan pada umur pengamatan 110 hst (panen), perlakuan 3 bibit per lubang tanam menghasilkan bobot gabah 3,57 gram (11,72%) lebih ringan jika dibandingkan dengan perlakuan 1 bibit per lubang tanam. Akan tetapi kedua perlakuan tersebut menghasilkan jumlah anakan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2 bibit per lubang tanam. Laju Pertumbuhan Relatif Hasil analisis ragam menunjukkan terjadi interaksi nyata antara perlakuan tanam terjadi pada laju pertumbuhan relatif umur 20-40 hst. Rerata laju pertumbuhan relatif umur 20-40 hst tanaman Padi varietas IR64 dengan berbagai perlakuan tanam disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan, apabila dilihat dari pengaruh perlakuan sistem tanam pada berbagai perlakuan jumlah bibit per lubang tanam, maka untuk perlakuan sistem tanam J1 (20 cm x 20 cm) pada perlakuan 1 bibit, 2 bibit, dan 3 bibit per lubang tanam menunjukkan laju pertumbuhan relatif tanaman yang tidak berbeda nyata. Pada perlakuan sistem tanam J2 (20 cm x 10 cm x 40 cm), rerata laju pertumbuhan relatif tanaman paling rendah didapatkan pada perlakuan 1 bibit per lubang tanam. Akan tetapi ketika perlakuan jumlah bibit per lubang tanam diubah dari 1 bibit menjadi 2 bibit maupun 3 bibit, laju pertumbuhan relatif tanaman yang dihasilkan menunjukkan pertambahan masing-masing sebanyak 0,12 (44,44%) dan 0,16 (51,61%). Sementara pada perlakuan sistem tanam J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm), rerata laju pertumbuhan relatif pada perlakuan 2 bibit per lubang tanam tidak berbeda nyata dengan 1 bibit maupun3 bibit per lubang tanam. Akan tetapi ketika perlakuan jumlah bibit per lubang tanam diubah dari 1 bibit menjadi 3 bibit, laju pertumbuhan relatif tanaman yang dihasilkan menunjukkan penurunan sebesar 0,09 (26,47%). Apabila dilihat dari pengaruh perlakuan jumlah bibit per lubang tanam terhadap berbagai sistem tanam, maka pada perlakuan 1 bibit, laju pertumbuhan relatif tanaman paling tinggi didapatkan pada sistem tanam J3 (20 cm x Tabel 6 Rerata Laju Pertumbuhan Relatif Umur 20-40 hst pada Berbagai 1 Bibit (B1) 2 Bibit (B2) 3 Bibit (B3) 20 cm x 20 cm (J1) 0,25 a 0,22 a 0,23 a B A A 20 cm x 10 cm x 40 cm (J2) 0,15 a 0,27 b 0,31 b A A B 20 cm x 15 cm x 35 cm (J3) 0,34 b 0,28 ab 0,25 a C A A BNJ 5% 0,06 Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf p = 5%, tn = tidak berbeda nyata, hst = hari setelah tanam.

1735 Safitri, dkk, Pengaruh 15 cm x 35 cm). Laju pertumbuhan relatif tanaman yang dihasilkan menunjukkan penurunan ketika sistem tanam J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm) diubah menjadi sistem tanam J1 (20 cm x 20 cm) dan J2 (20 cm x 10 cm x 40 cm), maupun sistem tanam J1 (20 cm x 20 cm) menjadi J2 (20 cm x 10 cm x 40 cm). Penurunan tersebut masingmasing sebanyak 0,09 (26,47%); 0,19 (55,88%); serta 0,10 (40%). Laju pertumbuhan relatif tanaman pada perlakuan 2 bibit per lubang tanam terhadap perlakuan sistem tanam J1 (20 cm x 20 cm), J2 (20 cm x 10 cm x 40 cm), maupun J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Sementara pada perlakuan 3 bibit per lubang tanam, laju pertumbuhan relatif tanaman paling tinggi didapatkan pada J2 (20 cm x 10 cm x 40 cm). Pengurangan laju pertumbuhan relatif tanaman terjadi ketika perlakuan sistem tanam J2 (20 cm x 10 cm x 40 cm) diubah menjadi J1 (20 cm x 20 cm) maupun J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm), masing-masing sebanyak 0,08 (25,81%) dan 0,06 (19,35%). Laju pertumbuhan tanaman padi berkaitan dengan pertambahan dan perpanjangan tanaman yang dimulai dari awal pertumbuhan sampai fase vegetatif. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor internal berupa laju fotosintesis, pembagian hasil asimilasi serta proses evapotranspirasi tanaman dan faktor eksternal berupa faktor iklim yaitu intensitas sinar matahari serta ketersediaan faktor biologis meliputi gulma, hama, musuh alami, organisme penyebab penyakit, serta mikroorganisme tanah. Pada perlakuan J2 dan J3 yang menggunakan sistem tanam jajar legowo, intensitas sinar matahari yang diterima pada barisan lebar lebih besar dibandingkan dengan perlakuan J1 yang menggunakan sistem tanam konvensional. Intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan meningkatnya proses evapotranspirasi yang dapat mempengaruhi kadar air dalam tanaman. Apabila tanaman mengalami kekurangan air atau kekeringan dapat menyebabkan stomata pada daun menutup dan menghambat penyerapan karbondioksida sehingga laju fotosintesis pada tanaman akan menurun, dimana hasil fotosintesis juga berkurang. Sedangkan penggunaan 1 bibit per lubang tanam dapat mengurangi populasi tanaman dalam satu rumpun sehingga persaingan antar tanaman dalam menerima cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis dan mendapatkan hasil asimilasi dapat dihindari. Menurut Susilo et al. (2015) bahwa lamanya pertumbuhan vegetatif memberikan kesempatan pada tanaman untuk menumpuk hasil fotosintesis lebih besar dan kemungkinan memperpanjang umur panen, bila faktor lingkungan seperti cahaya, suhu dan air yang saling menunjang. Hal ini dapat berakibat pada hasil tanaman padi yang akan mengalami penurunan pada bobot kering tanaman dengan diubahnya perlakuan jumlah bibit per lubang tanam dari penggunaan 1 bibit menjadi 3 bibit per lubang tanam. Guritno dan Sitompul (1995) menginformasikan bahwa penurunan laju pertumbuhan relatif menyebabkan terjadinya perbedaan ukuran tanaman yang dinyatakan dalam biomassa atau bobot kering, dapat terjadi diantara tanaman pada umur yang sama sekalipun ditanam pada lingkungan yang sama. Indeks Panen Pengaruh dan interaksi nyata antara sistem tanam dan jumlah bibit per lubang tanam tidak terjadi pada indeks panen. Rerata indeks panen tanaman padi pada berbagai perlakuan sistem tanam dan jumlah bibit per lubang tanam pada berbagai umur pengamatan disajikan pada Tabel 7. Pengamatan Iklim Mikro Prosentase nilai intensitas sinar matahari dari masing-masing perlakuan pada berbagai umur pengamatan disajikan pada Tabel 8. Pada semua umur pengamatan, nilai intensitas sinar matahari tertinggi didapatkan pada perlakuan sistem tanam J3 (20 cm x 15 cm x 35 cm) dan penggunaan 1 bibit per lubang tanam. Pola serupa juga terjadi pada nilai intensitas sinar matahari terendah pada perlakuan J1 (20 cm x 20 cm) dan penggunaan 3 bibit per lubang tanam. Hal ini diduga selain karena kerapatan jarak tanam, juga disebabkan oleh fase pertumbuhan dan perkembangan

1736 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 8, Agustus 2018, hlm. 1728 1737 Tabel 7 Rerata Indeks Panen pada Pengamatan Panen Rerata Indeks Panen - 20 cm x 20 cm (J1) 0,52-20 cm x 10 cm x 40 cm (J2) 0,51-20 cm x 15 cm x 35 cm (J3) 0,51 BNJ 5% tn - 1 bibit (B1) 0,49-2 bibit (B2) 0,52-3 bibit (B3) 0,53 BNJ 5% tn Keterangan : tn = tidak nyata. Tabel 8 Rerata Pengamatan Iklim Mikro pada Berbagai Umur Pengamatan Prosentase Intensitas Sinar Matahari (%) 20 hst 40 hst 60 hst 80 hst J1B1 34,45 38,50 13,70 30,36 J1B2 27,22 28,78 13,64 27,90 J1B3 26,17 26,22 10,20 20,79 J2B1 29,03 36,32 13,22 33,76 J2B2 32,78 30,35 15,03 30,80 J2B3 26,39 36,18 16,86 33,26 J3B1 36,75 42,16 19,97 34,51 J3B2 30,00 31,97 12,31 28,88 J3B3 31,81 32,03 14,69 32,23 Keterangan: J1B1 : Sistem tanam tegel (20 cm x 20 cm) dengan 1 bibit per lubang tanam J1B2 : Sistem tanam tegel (20 cm x 20 cm) dengan 2 bibit per lubang tanam J1B3 : Sistem tanam tegel (20 cm x 20 cm) dengan 3 bibit per lubang tanam J2B1 : Sistem tanam jajar legowo (20 cm x 10 cm x 40 cm) dengan 1 bibit per lubang tanam J2B2 : Sistem tanam jajar legowo (20 cm x 10 cm x 40 cm) dengan 2 bibit per lubang tanam J2B3 : Sistem tanam jajar legowo (20 cm x 10 cm x 40 cm) dengan 3 bibit per lubang tanam J3B1 : Sistem tanam jajar legowo (20 cm x 15 cm x 35 cm) dengan 1 bibit per lubang tanam J3B2 : Sistem tanam jajar legowo (20 cm x 15 cm x 35 cm) dengan 2 bibit per lubang tanam J3B3 : Sistem tanam jajar legowo (20 cm x 15 cm x 35 cm) dengan 3 bibit per lubang tanam tanaman sehingga menyebabkan daundaun tanaman saling menaungi. Musyarofah et al. (2007) menyatakan bahwa rendahnya pertumbuhan tanaman akibat naungan diakibatkan oleh rendahnya intensitas cahaya matahari dan kelembaban tanah yang tinggi akibat tingginya curah hujan. Jarak tanam yang berbeda tentunya dapat mempengaruhi efisiensi penangkapan intensitas sinar matahari untuk pertumbuhan tanaman. Pada jarak tanam yang rapat, transmisi intensitas sinarmatahari ke permukaan tanah lebih rendah nilainya dibandingkan dengan jarak tanam yang longgar. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sohel (2009) bahwa jarak tanam yang optimum akan memberikan pertumbuhan bagian atas tanaman yang baik sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak sinar matahari. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan terjadinya interaksi nyata antara perlakuan sistem tanam dengan jumlah bibit per lubang tanam pada parameter pengamatan yang diamati yaitu laju pertumbuhan relatif tanaman umur 20-40 hst. Sedangkan untuk pengaruh nyata terjadi pada parameter jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, bobot kering total tanaman, jumlah anakan produktif per rumpun, bobot malai per rumpun, bobot gabah per rumpun, bobot 1000 butir, hasil panen per petak, dan laju

1737 Safitri, dkk, Pengaruh pertumbuhan relatif. Pada perhitungan analisis usahatani per hektar menunjukkan bahwa R/C rasio tertinggi didapatkan pada J1B1 yaitu sebesar 2,93. Menurut Supartama, Antara dan Rauf (2013) menginformasikan bahwa Return Cost Ratio (R/C rasio) adalah rasio antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha. Nilai R/C rasio yang menujukkan R/C >1, maka usahatani menguntungkan (tambahan manfaat/penerimaan lebih besar dari tambahan biaya), sehingga suatu usaha dikatakan layak untuk dikembangkan. Semakin tinggi nilai R/C rasio maka semakin besar penerimaan yang didapat diakhir usahatani. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlakuan sistem tanam J1 (20 cm x 20 cm) dan penggunaan 1 bibit per lubang tanam. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, F., A. Suryanto dan N. Aini. 2013. dan Umur Bibit pada Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman. 1(2):52-60. Ariani, E., F. Y. Wicaksono, A. W. Irwan, T. Nurmala dan Y. Yuwariah. 2015. Pengaruh Berbagai (GA3) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Kultivar Dewata Di Dataran Medium Jatinangor. Agriculture Science. 11(1):31-52. Christanto, H. dan I. G. A. M. S. Agung. 2014. Jumlah Bibit Per Lubang dan Jarak Tanam Berpengaruh terhadap Hasil Padi Gogo (Oryza sativa L.) dengan System of Rice Intensification (SRI). Jurnal Bumi Lestari. 14(1):1-8. Guritno, B. dan S. M. Sitompul. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Kusuma, G. A. 2015. Optimasi Pemupukan Nitrogen (N) dan Jumlah Bibit pada Padi Tipe Baru Varietas IPB 3S. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Musyarofah, N., S. Susanto, S.A. Aziz, S. Kartosoewarno. 2007. Respon tanaman pegagan (Centella asiatica L. Urban) terhadap pemberian pupuk alami d bawah naungan. Buletin Agronomi. 35(3):217-224. Muyassir. 2012. Efek Jarak Tanam, Umur dan Jumlah Bibit terhadap Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. 1(2):207-212. Sohel M. A. T., M. A. B. Siddique, M. Asaduzzaman, M. N. Alam, & M.M. Karim. 2009. Varietal Performance of Transplant Aman Rice Under Different Hill Densities. Bangladesh Journal Agricultural Research. 34(1):33-39. Supartama, M., M. Antara dan R. A. Rauf. 2013. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Subak Baturiti Desa Balinngi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Agrotekbis. 1(2):166-172. Susilo, J., Ardian dan E. Ariani. 2015. Pengaruh Jumlah Bibit Per Lubang Tanam dan Dosis Pupuk N, P dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) dengan Metode SRI. Jurnal Faperta. 2(1):1-14.