Identifikasi Mikrofilaria pada Penderita Filariasis Pasca Pengobatan 11

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

Prevalensi pre_treatment

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

Proses Penularan Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN.

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BAB I PENDAHULUAN. 1

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. No ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) KEGIATAN POMP FILARIASIS PUSKESMAS KAWUA

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

PEMERIKSAAN MIKROFILARIA DI DUSUN CIJAMBAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS. Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Septi Nurizki ABSTRACT

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

Juli Desember Abstract

TUGAS PERENCANAAN PUSKESMAS UNTUK MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN FILARIASIS KELOMPOK 6

PERILAKU MINUM OBAT ANTI FILARIASIS DI KELURAHAN RAWA MAMBOK Anti-filariasis Medicine Drinking Behavior in Rawa Mambok Village

SURVEI DARAH JARI FILARIASIS DI DESA BATUMARTA X KEC. MADANG SUKU III KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU) TIMUR, SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

SOP POMP FILARIASIS. Diposting pada Oktober 7th 2014 pukul oleh kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

BUKU PEDOMAN PENGOBATAN MASAL FILARIASIS BAGI BIDAN DESA DAN TENAGA PEMBANTU ELIMINASI

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA FILARIASIS DI DESA SANGGU KABUPATEN BARITO SELATAN KALIMANTAN TENGAH

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG FILARIASIS TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI DAERAH PANTURA KABUPATEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB XX FILARIASIS. Hospes Reservoir

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN FILARIASIS DI RASAU JAYA II KABUPATEN KUBU RAYA ABSTRAK

Penyakit Endemis di Kalbar

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT KECAMATAN MADANG SUKU III KABUPATEN OKU TIMUR TENTANG FILARIASIS LIMFATIK

BAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

STUDI ENDEMISITAS FILARIASIS DI WILAYAH KECAMATAN PEMAYUNG, KABUPATEN BATANGHARI PASCA PENGOBATAN MASSAL TAHAP III. Yahya * dan Santoso

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP FILARIASIS DI KABUPATEN MAMUJU UTARA, SULAWESI BARAT. Ni Nyoman Veridiana*, Sitti Chadijah, Ningsi

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPATUHAN MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2008

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

Transkripsi:

Identifikasi Mikrofilaria pada Penderita Filariasis Pasca Pengobatan 11 IDENTIFIKASI MIKROFILARIA PADA PENDERITA FILARIASIS PASCA PENGOBATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RUM BALIBUNGA KECAMATAN TIDORE UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN Rony Puasa Latar belakang ; Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang tersebar di Indonesia Penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi Gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun setelah terpapar parasit selama bertahun-tahun Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan massal dengan Diethylcarbamazine Citrate (DEC) dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun Indonesia akan melaksanakan eliminasi penyakit kaki gajah secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan Jika ditemukan mikrofilaril rate 1% pada satu wilayah maka daerah tersebut dinyatakan endemis dan harus segera diberikan pengobatan secara masal selama 5 tahun berturut-turut Dari data Kemeterian Kesehatan tahun 2010 Provinsi Maluku Utara termasuk pada daerah yang memiliki angka kesakitan akibat mikrofilaria patut menjadi perhatian, karena penyakit ini merupakan penyakit menular Salah satu daerah di Provinsi Maluku Utara yang harus menjadi perhatian akibat kesakitan filariasis adalah Kota Tidore Kepulauan Pada tahun 2011 Kota Tidore menjadi daerah endemis filariasis dengan miccrofilarial rate diatas 1%, angka standar nasional menggambarkan daerah endemis filariasis Tujuan ; tujuan penelitian adalah ; untuk memberikan gambaran mikrofilaria yang ditemukan pada sediaan darah penderita filariasis pasca pengobatan di Wilayah Kerja Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan Metode ; penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif, dimana hasil dari identifikasi mikrofilaria pada penderita filariasis pasca pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Balibunga akan digambarkan dalam bentuk jumlah orang dan presentase spesies Hasil ; pemeriksaan mikrofilaria pada penderita filariasis pasca pengobatan diwilayah kerja Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan, dari 20 sampel darah responden yang diidentifikasi tidak ditemukan mikrofilaria didalam darahnya Kesimpulan ; dari hasil penelitian dapat dikatakan akan terjadi penurunan kasus filariasis, hal ini disebabkan sumber penularan atau penderita filariasis tidak ditemukan mikrofilariasis Kata Kunci : Mikrofilaria pasca pengobatan PENDAHULUAN Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang tersebar di Indonesia Penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi Gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun setelah terpapar parasit selama bertahun-tahun, (Widoyono, 2008) Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan massal dengan Diethylcarbamazine Citrate (DEC) dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun, (Depkes RI, 2006) Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia, berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah Nanggroe Aceh Darussalam (2359 orang), Nusa Tenggara Timur (1730 orang) dan Papua (1158 orang) Tiga provinsi dengan kasus terendah adalah Bali (18 orang), Maluku Utara (27 orang), dan Sulawesi Utara (30 orang), dapat dilihat pada Gambar 2 Kejadian filariasis di NAD sangat menonjol bila dibandingkan dengan provinsi lain dan merupakan provinsi dengan jumlah kasus tertinggi di seluruh

Identifikasi Mikrofilaria pada Penderita Filariasis Pasca Pengobatan 12 Indonesia Hal ini memerlukan perhatian untuk ditindak lanjuti, dan dicari kemungkinan penyebabnya, (Kementerian Kesehatan RI, 2010) Indonesia akan melaksanakan eliminasi penyakit kaki gajah secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan Jika ditemukan mikrofilaril rate 1% pada satu wilayah maka daerah tersebut dinyatakan endemis dan harus segera diberikan pengobatan secara masal selama 5 tahun berturut-turut Dari data Kemeterian Kesehatan tahun 2010 Provinsi Maluku Utara termasuk pada daerah yang memiliki angka kesakitan akibat mikrofilaria patut menjadi perhatian, karena penyakit ini merupakan penyakit menular Salah satu daerah di Provinsi Maluku Utara yang harus menjadi perhatian akibat kesakitan filariasis adalah Kota Tidore Kepulauan Pada tahun 2011 Kota Tidore menjadi daerah endemis filariasis dengan miccrofilarial rate diatas 1%, angka standar nasional menggambarkan daerah endemis filariasis METODE Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif, dimana hasil dari identifikasi mikrofilaria pada penderita filariasis pasca pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Balibunga akan digambarkan dalam bentuk jumlah orang dan presentase spesies HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan di mulai pada tanggal 16 Juni sampai 30 Juni 2015 Data penelitian diperoleh dari pengambilan sampel terhadap subjek penelitian berupa darah perifer penderita filariasis pasca pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Balibunga Kecamatan Tidore Utara Darah perifer yang diambil sebanyak 60 µl dan selanjutnya di buat sediaan darah dengan bentuk 3 garis sejajar pada kaca objek Setelah dilakukan proses pewarnaan sediaan darah, dilanjutkan dengan identifikasi, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut ; Tabel 52 ; Hasil Pemeriksaan Mikrofilaria Pada Penderita Filariasis Pasca Pengobatan Diwilayah Kerja Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan N o Nama J K Umur 1 Tn A L 26 Th 2 Tn B L 64 Th 3 Tn C L 43 Th 4 Tn D L 35 Th 5 Ny E W 36 Th 6 Tn F L 43 Th 7 Tn G L 65 Th 8 Ny H W 30 Th 9 Tn I L 24 Th 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tn J L 42 Th Ny K W 35 Th Ny L W 39 Th Tn M L 49 Th Ny N W 29 Th Ny O W 30 Th Ny P W 37 Th Ny Q W 33 Th Tn R L 60 Th Tn S L 54 Th Ny T W 40 Th Alamat Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Jaya Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel Hasil (+) (-) Spe sies

Identifikasi Mikrofilaria pada Penderita Filariasis Pasca Pengobatan 13 Tabel 52, menunjukan hasil pemeriksaan mikrofilaria pada penderita filariasis pasca pengobatan diwilayah kerja Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan, dari 20 sampel darah responden yang diidentifikasi tidak ditemukan mikrofilaria didalam darahnya Tabel 53 ; Distribusi Hasil Pemeriksaan Mikrofilaria Pada Penderita Filariasis Pasca Pengobatan Diwilayah Kerja Puskesmas Balibunga Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan Jumlah Hasil Persentase n (%) Positif 0 0 % Negatif 20 100 % Total 20 100% Tabel 53, menunjukan bahwa dari 20 sampel darah penderita filariasis pasca pengobatan tidak diperoleh sampel yang positif atau negatif 100% Tabel 54 ; Distribusi Penderita Filariasis Pasca Pengobatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Balibunga Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Penderita filariasis Pasca pengobatan Jumlah Persentase (%) Laki-laki 11 55% Perempuan 9 45% total 20 100% Tabel 54, menunjukan bahwa dari distribusi berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak menderita filariasis adalah pria dari pada wanita dengan jumlah pria sebanyak 11 (55%) sedangkan wanita sebanyak 9 (45%) PEMBAHASAN Filariasis atau yang lebih dikenal dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk Penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur hidup berupa pembesaran tangan, kaki, payudara, dan buah zakar Cacing filaria hidup disaluran dan kelenjar getah bening Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis akut dan atau kronik, (Depkes RI, 2005) Pengobatan filariasis adalah pengobatan yang dilaksanakan untuk mengeliminasi filariasis di Indonesia Eliminasi ini dicapai dengan menerapkan dua strategi utama, yaitu memutus rantai penularan filariasis melalui pengobatan massal di daerah endemis dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus klinis filariasis, (KemenKes RI, 2007) Penderita filariasis biasanya tidak menunjukan gejala klinis atau disebut sebagai asimtomatis, hal ini disebabkan oleh kadar mikrofilaria yang terlalu sedikit, (Widoyono, 2008) Oleh karena itu, untuk mendiagnosa penyakit filariasis yang paling penting adalah pemeriksaan secara mikroskopis dengan pembuatan sediaan darah yang diambil pada malam hari yakni ; pukul 2200 2400 Penelitian ini dilakukan terhadap 20 responden yang telah bersedia untuk diambil sampel Sampel yang digunakan adalah darah perifer penderita filariasis pasca pengobatan yang diambil pada malam hari, dan langsung dibuat sediaan berbentuk 3 garis sejajar, kemudian dikeringkan selama 24 jam Sediaan yang telah kering, kemudian dilisiskan kembali, selanjutnya diwarnai dengan giemsa 20 % Sediaan diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran rendah 10 x 10 Pada tabel 52 menunjukan bahwa dari 20 sampel yang diidentifikasi mikrofilarianya tidak ditemukan mikrofilaria Hal ini menunjukan program eliminasi filariasis di Wilayah Puskesmas Balibunga terhadap penderita yang

Identifikasi Mikrofilaria pada Penderita Filariasis Pasca Pengobatan 14 menjadi sampel penelitian ini berhasil Keberhasilan ini dapat disebabkan oleh dukungan dari penderita dan keluarga itu sendiri serta pengawasan dari petugas puskesmas Dukungan dari semua pihak sangat dibutuhkan dalam program eliminasi filariasis ini, selain dukungan moral dari keluarga dan petugas tidak kalah penting adalah dukungan obat untuk membunuh cacing didalam darah Pemerintah telah mendukung dengan diberi obat anti filariasis di daerah endemis maupun non endemis diberikan DEC 3x1 tablet 100mg selama 10 hari dan parasetamol 3x1 tablet 500 mg Bila penderita berada di daerah endemis maka pada tahun berikutnya diikutsertakan dalam pengobatan massal dengan DEC, Albendazole dan Parasetamol sekali setahun minimal 5 tahun secara berturut - turut, (DepKes RI, 2009) Pada tabel 53, menunjukan bahwa persentase hasil pemeriksaan mikrofilaria pada penderita filariasis pasca pengobatan tidak ditemukan responden yang didalam darahnya mengandung mikrofilaria 0 %, hal ini menunjukan terjadinya penurunan kasus filariasis bagi yang mengkonsumsi obat anti filariasis dengan teratur Pada tabel 54, menunjukan bahwa distribusil berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak menderita filariasis adalah pria dari pada wanita dengan jumlah pria sebanyak 11 orang (55%) sedangkan wanita sebanyak 9 orang (45%) Hal ini dapat dijelaskan bahwa diwilayah kerja Puskesmas Balibunga laki-laki lebih banyak yang menderita filariasis dibandingkan wanita Hal dapat disebabkan oleh aktifitas laki laki yang lebih banyak di luar rumah terutama pada malam hari yang dimungkinkan tergigit oleh nyamuk yang menganduk mikrofilaria Keterpaparan terhadapa nyamuk infeksius sangat berisiko terhadap penyakit filariasis Selain jenis kelamin yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya filariasis ada juga faktor lainya yang mendukung terjadinya filariasis seperti lingkungan Di wilayah kerja Puskesma Balibunga khususnya Kelurahan terdapat beberapa rawa, karena dengan keberadaan rawa kepadatan nyamuk lebih tinggi Oleh sebab itu lingkungan juga merupakan faktor risiko terhadap kejadian filariasis di wilayah kerja Puskesmas Balibunga Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak semua penderita filariasis yang telah diobati dapat kami jadikan sampel atau responden dikarenakan waktu penelitian kami yang terbatas dan saat penelitian mereka bedara diluar daerah atau pergi kekebun yang jauh dari lokasi penelitian KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a Penderita filariasis setelah mengkonsumsi obat anti filariasis 3 tahun yang lalu dengan teratur dapat menyebabkan matinya mikrofilaria didalam sampel darahnya b Dari 20 penderita filariasis pasca pengobatan yang dijadikan responden tidak ditemukan mikrofilaria dalam sampel darahnya c Dari hasil penelitian dapat dikatakan akan terjadi penurunan kasus filariasis, hal ini disebabkan sumber penularan atau penderita filariasis tidak ditemukan mikrofilariasis, namun faktor faktor lain yang dapat menyebabkan peningkatan kasus harus di hindari d Pengeringan sediaan darah minimal 24 jam sudah cukup baik untuk hasil identifikasi Saran Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini maka perlu disarankan adalah : a Melakukan surveilans tentang filariasis secara berkala di Wilayah Puskesmas Balibunga, untuk menemukan kasus secara dini sehingga dapat

Identifikasi Mikrofilaria pada Penderita Filariasis Pasca Pengobatan 15 ditangani sebelum penyakitnya meningkat pada stadium yang lebih parah b Melakukan edukasi terhadap masyarakat tentang risiko yang dapat ditimbulkan oleh penyakit filariasis dan faktor faktor penyebab penularan c Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk bekerjasama dalam menghilangkan tempat hidup vektor, seperti air sungai yang tidak mengalir DAFTAR PUSTAKA Anonymous 2009 Nemanthelminthes (online) http://infoveltblogspotcom Depkes RI 2006 Epidemiologi Filariasis (online) https;//staypublichealthblogspotin/2 013/03/sanitasi-filariasis Depkes RI 2005 Profil Kesehatan Indonesia (online) https://kotakpencilwordpresscom/ke sehatan/penyakit-kaki-gajahfilariasis-atau-elephantiasis/ Depkes RI 2009 Profil Kesehatan Indonesia (online) https://silviamonawordpresscom/2013/07/ 22/penyakit-filariasis Gandahusada S, dkk 2006 Parasitologi Kedokteran Cetakan ke-iv : Penerbit FKUI Hadidjaja P 2011 Dasar Parasitologi Klinik, Edisi Pertama FKUI Hendra, W2013 Buku Parasitologi Kedokteran FKUI Ideham B 2007 Filariasis, Kelas Nematoda Dalam : Helmintologi Kedoktera n Surabaya Kemenkes RI 2006 Epidemiologi Filariasis Kemenkes RI 2007 Pedoman Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Pengobatan Filariasis Nasry 2006 Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular Onggowaluyo, JS 2002 Parasitologi Medik I Helmintologi : Penerbit EGC Safar, 2010 Penyakit Parasit Yang Kurang diperhatikan di Indonesia : Penerbit UGM Press Soeyoko, DTM&H, SU, 2002 Penyakit Kaki Gajah, Filariasis Limfatik, Permasalahan Dan Alternative Penanggulangannya Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Sudomo M, 2008 Penyakit Parasit Yang Kurang diperhatikan di Indonesia Sulistyaningsih 2011 Metodologi Penelitian Kebidanan: Kuantitatif- Kualitatif Yogyakarta Susanto I 2008 Parasitologi Kedokteran, Edisi IV FKUI WHO 2009 Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis Widoyono 2008 Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, & Pemberantasannya