dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

Iswidhani¹, Suhaema¹ ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Brunner

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Sri Maryani 1, Dwi Sarbini 2, Ririn Yuliati 3 RSU PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia. Data International Diabetes Federation (IDF) 2015 menyatakan bahwa jumlah Diabetisi 415 juta, dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2040 sekitar 642 juta (55%). Di Asia Tenggara nomer dua dengan 96 juta pengidap atau 8,6 persen pada 2014. Prevalensi DM pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. dengan proporsi usia penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (RISKERDAS, 2014). DM merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi sehingga kadar glukosa yang tidak terkendali berangsurangsur akan menimbulkan komplikasi (WHO, 2011). Pasien DM di Indonesia menyadari bahwa prevalensi pasien DM yang patuh terhadap penatalaksanaan DM hanya 30%, padahal kontrol Kadar Gula Darah (KGD) bagi Pasien DM sangat penting karena membantu menentukan penanganan medis yang tepat yang dapat mengurangi risiko komplikasi yang berat, membantu pasien mengatur pola makanan, aktivitas fisik dan kebutuhan kadar insulin untuk memperbaiki KGD sehari-hari. Penatalaksanaan DM salah satunya yaitu pemberian informasi secara bertahap dari yang sederhana sampai pengunaan alat bantu serta materi pengaturan diet dibutuhkan oleh pasien DM yang menekankan pada kepatuhan diet 3 J yaitu jenis, jumlah dan jadwal, aktifitas olah raga serta pengunaan obat secara teratur (PERKENI, 2013).

2 Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kadar glukosa darah yaitu faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, asupan (kharbohidrat, protein, lemak dan serat), indeks glikemik, aktifitas fisik, pengetahuan, serta dukungan keluarga (Khatab, Maysa et al, 2010). Menurut Rizal (2008) mengatakan bahwa pendidikan pasien umumnya dianggap sebagai komponen penting dari manajemen DM yang berujung pada pengetahuan kadar glukosa darah, akan tetapi masih terbatas, dimana pasien DM masih belum bisa memodifikasi diet DM serta mengabaikan modifikasi gaya hidup lainnya. Diet adalah salah satu upaya pengelolaan DM yang terdiri 4 pilar dalam penatalaksanaan DM yaitu edukasi, terapi medis/ gizi, latihan jasmani dan farmakologi (PERKENI, 2013). Diet merupakan terapi utama sehingga setiap pasien DM mesti bersikap positif terhadap diet yang dianjurkan agar terkedali kadar gula darah yang berdampak pada tidak terjadi komplikasi DM. Pengelolaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan gizi pasien DM dimana pengetahuan gizi adalah faktor yang sangat penting dalam pembentukan perilaku, dimana perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama dibandingkan perilaku tanpa didasari oleh pengetahuan. Selain itu sikap dan kepatuhan diet terhadap makanan perlu diperhatikan untuk mengendalikan kadar gula darah (Notoatmodjo, 2015). Menurut penelitian Juniari (2014) pengetahuan merupakan dasar untuk melakukan suatu tindakan yang didahului dengan tahu, yang berpengaruh pada kepatuhan khususnya kepatuhan diet. Pengetahuan dperoleh dari beberapa sumber yaitu edukasi, konsultasi gizi, dari petugas kesehatan, informasi dari anggota keluarga, media cetak dan elektronik. Diharapkan dengan adanya pengetahuan yang baik dapat menunjang perubahan perilaku sehingga pasien DM dapat mencapai keadaan sehat yang optimal dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik (Soegondo, 2007). Menurut penelitian Ucci (2009), menyata kan bahwa hubungan pengetahuan, asupan kharbohidrat dengan kadar glukosa darah dengan hasil 83,99 % memiliki pengetahuan yang rendah (Ucci, 2009). Sedangkan menurut penelitian Putri (2011) menyatakan bahwa faktor-faktor

3 yang berhubungan dengan upaya pencegahan komplikasi DM sebanyak 57% Pasien DM memiliki pengetahuan yang rendah yang berdampak pada sikap dan kepatuhan diet yang negatif terhadap upaya pencegahan komplikasi (Putri, 2011) Kepatuhan diet merupakan salah satu kunci keberhasian dalam penatalaksanaan DM, dikarenakan perencanaan makan merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM. Diet merupakan kebiasaan yang paling sulit untuk dirubah dan paling rendah tingkat kepatuhannya dalam penatalaksanaan Pasien DM berupa jadwal, jenis dan jumlah. Pengontrolan kadar glukosa darah yang teratur pada pasien DM sangat dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap diet yang diberikan (PERKENI, 2011). Tujuan kepatuhan diet diberikan untuk menstabilkan kadar glukosa darah pasien DM (Arsana, 2011). Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada bulan Agustus 2017, diketahui jumlah pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang berkunjung di poli rawat jalan Rumah Sakit Qim pada periode Januari Juli tahun 2017 tercatat sebanya 695 orang dengan kelompok berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 326 orang ( 46,91%) dan wanita sebanyak 369 orang ( 53,09%). Hasil wawancara 10 orang pasien DM di poli rawat jalan diketahui bahwa sebanyak 7 orang tidak mengetahui penatalaksanaan DM secara benar, serta masih ada pasien DM yang telah diberi konseling gizi saat rawat inap tetapi pada saat kontrol rawat jalan meminta konsultasi gizi lagi dengan alasan belum memahami penatalaksanaan DM dengan ditandai pasien DM memiliki kadar glukosa darah masih diatas normal. Masalah tersebut berdampak pada kurangnya pemahaman dengan benar dan tepat tentang keseluruhan pengelolaan DM, sehingga berpengaruh pada pengetahuan serta kepatuhan diet yang berpengaruh terhadap pada kadar glukosa darah. Kurangnya pengetahuan pasien DM dikarenakan saat ini informasi dari ahli gizi dalam pemberian konseling gizi masih terbatas pada pemberian leafleat DM dan food model, belum adanya buku saku diet khusus DM yang lebih komplet. Diharapkan dengan adanya buku saku diet DM yang lebih komplet dan

4 tersusun sehingga mudah untuk dipraktekkan yang berdampak positif pada pengetahuan pasien DM dan kepatuhan diet yang lebih baik yang berpengaruh pada kadar glukosa darah. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh konseling gizi buku saku diet DM yang dapat menjadi media informasi komplet dalam peran terhadap pengendalian kadar glukosa darah pasien DM. Sehingga peneliti ingin mengetahui tentang perbedaan pengetahuan, kepatuhan diet dan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian konseling gizi pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Qim Batang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan pengetahuan, kepatuhan diet dan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian konseling gizi metode Rumah Sakit Qim Batang?. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan pengetahuan, kepatuhan diet dan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian konseling gizi metode buku saku diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Qim Batang?. 1.3.1 Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status gizi) pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Qim Batang b. Mendeskripikan pengetahuan sebelum pemberian konseling gizi metode Rumah Sakit Qim Batang.

5 c. Mendeskripikan pengetahuan sesudah pemberiann konseling gizi metode Rumah Sakit Qim Batang d. Mendeskripikan kepatuhan sebelum pemberian konseling gizi metode Rumah Sakit Qim Batang e. Mendeskripikan kepatuhan sesudah pemberian konseling gizi metode buku saku diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Qim Batang f. Mendeskripsikan kadar glukosa darah sebelum pemberian konseling gizi metode buku saku diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Qim Batang g. Mendeskripsikan kadar glukosa darah sesudah pemberian konseling gizi pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Qim Batang. h. Menganalisis perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian konseling gizi metode buku saku diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Qim Batang i. Menganalisis perbedaan kepatuhan sebelum dan sesudah pemberian konseling gizi metode buku saku diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Qim Batang. j. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian konseling gizi metode buku saku diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Qim Batang. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Responden Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan, pemahanman tentang penatalaksanaan penyakit DM agar terkendali kadar gula darah dengan pemberian konseling gizi dengan mengunakan buku saku diet.

6 1.4.2. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan kebijakan yang berhubungan dengan prosedur pelayanan konultasi gizi agar lebih efektif dan efisien dalam pelayanan konseling gizibagi pasien Diabetes Melltus. 1.4.3. Bagi Penelitian Lebih Lanjut Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk pelaksanaan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengaruh konseling gizi berdasarkan pengetahuan, kepatuhan pasien dan kadar glukosa darah dalam menjalankan program terapi penyakit DM. 1.5. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti 1. Catur Mei Astuti Judul Penelitian Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di poliklinik penyakit dalam RSJ Prof, Dr. Soerojo Magelang Penelitian 2013 Variabel Penelitian Variabel Bebas: Jenis Kelamin, Durasi pemberian obat, kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, aktivitas fisik Variabel Terikat : Pengendalian kadar glukosa darah Hasil Penelitian 1. Ada hubungan jenis kelamin dengan pengendalian glukosa dara yaitu p value 0,716 2. Ada hubungan durasi pemberian obat dengan kadar glukosa darah dengan nilai p value 0,106 3. Ada hubungan kepatuhan minum obat dengan pengendalian glukosa darah dengan nilai p value 0,042 4. Ada hubungan kepatuhan diet dengan pengendalian glukosa dara yaitu p value 0,001 5. Ada hubungan aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah dengan nilai p value 0,561

7 2. Doni Apriliato 3. Maxi Roudy Reppie Hubungan pengetahuan pasien penyakit Diabetes Mellitus dengan tingkat pengendalian kadar glukosa darah pada Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUD Kabupaten Karanganyar Pengaruh konseling gizi dengan buku saku diet pada pasien hiperurisemia rawat jalan RSUD Noongan Provinsi Sulawesi Utara 2014 2007 Variabel Bebas : Pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus Variabel Terikat : tingkat pengendalian kadar glukosa darah pada Diabetes Mellitus Tipe II Variabel Bebas : Konseling gizi mengunakan buku saku diet dan pemerian konseling gizi dengan leaflet Ada hubungan pengetahuan pasien penyakit Diabetes Mellitus dengan tingkat pengendalian kadar glukosa darah pada Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUD Kabupaten Karanganyar dengan nilai p value 0,001. Terdapat perbedaan pemberian konseling gizi dengan buku saku diet pada pasien hiperurisemia rawat jalan RSUD Noongan Provinsi Sulawesi Utara dengan nilai p value 0,000 Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah : 1. Lokasi dan waktu penelitian yang berbeda 2. Sampel yang digunakan merupakan sampel dengan dua kelompok 3. Variabel yang mempengaruhi yang digunakan yaitu pengetahuan, kepatuhan diet dan pengendalian kadar gula darah 4. Metode pada pnleitian ini pre test dan post tes tanpa kontrol 5. Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.