- 1 - BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 73 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa, perlu menyesuaikan beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016tentang Badan Permusyawaratan Desa; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa; : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerahKabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41)sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
- 2-3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemeritah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717); 7. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum;
- 3-9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 3 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa(LembaranDaerah Kabupaten Tuban Tahun 2016Seri E Nomor 19, Tambahan LembaranDaerah Kabupaten Tuban Nomor 59); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TUBAN dan BUPATI TUBAN MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 3Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2016 Seri E Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 59) diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tuban. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tuban. 3. Bupati adalah Bupati Tuban.
- 4-4. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan Pemerintahan di wilayah kerja Kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan Pemerintahan dari Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum Pemerintahan. 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 8. Kepala Desa adalah Pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas, dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang ditetapkan secara demokratis. 10. Musyawarah Desa adalah Musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
- 5-11. Peraturan Desa adalah peraturan perundangundangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa. 12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. 13. Pengawasan kinerja Kepala Desa adalah proses monitoring dan evaluasi Badan Permusyawaratan Desa terhadap pelaksanaan tugas Kepala Desa. 14. Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang selanjutnya disingkat LKPPD atau yang disebut dengan nama lain adalah laporan Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa atas capaian pelaksanaan tugas Kepala Desa dalam satu tahun anggaran. 15. Hari adalah hari kerja. 2. Ketentuan ayat (1) Pasal 2 diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut: Pasal 2 (1) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayahdan keterwakilan perempuan yang pengisiannya dilakukan secara demokratismelalui proses musyawarah perwakilan. (2) Masa keanggotaan BPDselama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. (3) Anggota BPDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. 3. Ketentuan Pasal 4 diubah, ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (2), dan pada ayat (1) diantara huruf g dan huruf h disisipkan 1 (satu) huruf yang yakni huruf g1, sehingga berbunyi sebagai berikut:
- 6 - Pasal 4 (1) Persyaratan calon anggota BPDadalah: a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah; d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat; e. bukan sebagai perangkat Desa; f. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD; g. wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis; g1. bertempat tinggal di wilayah pemilihan; dan h. persyaratan administratif lain yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. (2) Bentuk persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. surat pernyataan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika; c. fotokopi ijasah Sekolah Menengah Pertama atau sederajat dan dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;
- 7 - d. fotokopi kartu tanda pendudukyang dilegalisir pejabat yang berwenang, apabila Kartu Tanda Penduduk belum jadi maka dapat dibuktikan dengan surat keterangan bahwa yang bersangkutan telah melakukan perekaman Kartu Tanda Penduduk dari Pejabat yang berwenang; e. fotokopi akta kelahiran yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang atau surat keterangan dari pejabat yang berwenang; f. fotokopi akta nikah atau surat cerai yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang, bagi yang belum berusia 20 tahun dan sudah pernah menikah; g. surat pernyataan mengenal masyarakat dan dikenal masyarakat dari wilayah yang diwakili dari yang bersangkutan; h. surat pernyataan tidak pernah menjabat sebagai anggota BPD selama 3 (tiga) kali masa jabatan; i. surat keterangan bertempat tinggal di wilayah pemilihan dari Kepala Desa bagi bakal calon dari perwakilan wilayah; j. surat keterangan sebagai bakal calon wakil wilayah pemilihan, dari Dusun/gabungan Dusun, ataugabungan Dusun dengan RW/RT, ataurw/gabungan RW, ataugabungan RW dengan RT, ataurt/gabungan RT; k. surat keterangan berbadan sehat jasmani dan rohani dari Kepala Puskesmas setempat; l. surat pernyataan bersedia dicalonkan sebagai anggota BPD; dan m. pas photo ukuran 4 x 6 cm. 4. Ketentuan Pasal 5 diubah, diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat(1a) sehingga berbunyi sebagai berikut:
- 8 - Pasal 5 (1) Pengisian keanggotaan BPD dilaksanakan secara demokratis melalui musyawarah perwakilan dengan menjamin keterwakilan perempuan. (1a) Pengisian keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah; dan b. pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan perempuan. (2) Dalam rangka proses musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa membentuk Panitia Pengisian Keanggotaan BPD dan ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa. (3) Panitia Pengisian Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur perangkat Desa dan unsur masyarakat lainnya dengan jumlah anggota dan komposisi yang proporsional. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses pengisian keanggotaan BPD diatur dalam Peraturan Bupati. 5. Ketentuan ayat (4) Pasal 8 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 8 (1) Hasil musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 disampaikan oleh Panitia Pengisian Anggota BPDkepada Kepala Desa paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkannya hasil musyawarah perwakilan. (2) Hasil musyawarah dari Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil musyawarah perwakilan dari panitia pengisian untuk diresmikan oleh Bupati.
- 9 - (3) Peresmian anggota BPDditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya laporan hasil musyawarah perwakilan dari Kepala Desa. (4) Anggota BPDsebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah janji secara bersama-sama dipandu oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya Keputusan Bupati mengenai peresmian anggota BPD. (5) Susunan kata sumpah/janji anggota BPD sebagai berikut: Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota BPD dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundangundangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Setelah Pasal 8 ditambahkan 1 (satu) Pasal baru yakni Pasal 8A, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 8A (1) Pengucapan sumpah/janji jabatan anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) didampingi oleh rohaniwan sesuai dengan agamanya masing-masing. (2) Dalam pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota BPD yang beragama: a. Islam, diawali dengan frasa Demi Allah saya bersumpah ;
- 10 - b. Kristen Protestan dan Kristen Katolik, diawali dengan frasa Demi Tuhan saya berjanji dan diakhiri dengan frasa Semoga Tuhan menolong saya ; c. Budha, diawali dengan frasa Demi Hyang Adi Budha ; dan d. Hindu, diawali dengan frasa Om Atah Paramawisesa. 7. Ketentuan Pasal 9 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 9 (1) Anggota BPDberhenti karena: a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; atau c. diberhentikan. (2) Anggota BPDdiberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena: a. berakhir masa keanggotaan; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulantanpa keterangan apapun; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD; d. melanggar larangan dan tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota BPD; e. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik BPD; f. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; g. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat BPD lainnya yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah;
- 11 - h. adanya perubahan status Desa menjadi Kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, pemekaran atau penghapusan Desa; i. bertempat tinggal diluar wilayah asal pemilihan; dan/atau j. ditetapkan sebagai calon Kepala Desa. (3) Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh pimpinan BPDberdasarkan hasil musyawarah BPD kepada Bupati melalui Kepala Desa. (4) Kepala Desa menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepada Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian. (5) Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepala Bupati paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usulan pemberhentian. (6) Bupati meresmikan pemberhentian anggota BPD paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian anggota BPD. (7) Peresmian pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 8. Di antara Pasal 9 dan Pasal 10 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 9A, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 9A (1) Anggota BPD diberhentikan sementara oleh Bupati setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara. (2) Dalam hal anggota BPD yang diberhentikan sementara berkedudukan sebagai pimpinan BPD, diikuti dengan pemberhentian sebagai pimpinan BPD.
- 12 - (3) Dalam hal pimpinan BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pimpinan BPD lainnya memimpin rapat pemilihan pimpinan BPD pengganti antarwaktu. 9. Ketentuan ayat (2) Pasal 10 diubah,sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut: Pasal 10 (1) Apabila terdapat anggota BPD yang berhenti sebelum masa keanggotaannya berakhir, diisi melalui pengisian keanggotaan BPDantarwaktu. (2) Anggota BPDantarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari keterwakilan wilayahyang samaatau keterwakilan perempuan. (3) Pengisian keanggotaan BPD antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui mekanisme musyawarah BPD yang ditetapkan dengan Keputusan BPD. (4) Keputusan BPDsebagaimana dimaksud pada ayat (3) diusulkan oleh pimpinan BPDkepada Bupati melalui Kepala Desa. (5) Bupati menetapkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan Keputusan Bupati. 10. Judul BAB III diubah, sehingga judul BAB III berbunyi sebagai berikut: BAB III FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN, LARANGAN, DAN WEWENANGBPD 11. Ketentuan Pasal 11 diubah dan ditambahkan2 (dua) ayat, yakni ayat(2), dan ayat (3), sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:
- 13 - Pasal 11 (1) BPD mempunyai fungsi: a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. (2) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD mempunyai tugas: a. menggali aspirasi masyarakat; b. menampung aspirasi masyarakat; c. mengelola aspirasi masyarakat; d. menyalurkan aspirasi masyarakat; e. menyelenggarakan musyawarah BPD; f. menyelenggarakan musyawarah Desa; g. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa; h. menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa antarwaktu; i. membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; j. melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa; k. melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa; dan l. menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan lembaga Desa lainnya. (3) Ketentuan lebih lanjut pelaksanaan tugas BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati. 12. Diantara Pasal 14 dan Pasal 15 disisipkan 2 (dua) pasal yakni Pasal 14A, dan Pasal 14B, sehingga berbunyi sebagai berikut:
- 14 - Pasal 14A (1) Laporan kinerja BPD merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPD dalam 1 (satu) tahun anggaran. (2) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan sistematika: a. dasar hukum; b. pelaksanaan tugas; dan c. penutup. (3) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan secara tertulis kepada Bupati melalui Camat serta disampaikan kepada Kepala Desa dan forum musyawarah Desa secara tertulis dan/atau lisan. (4) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 4 (empat) bulan setelah selesai tahun anggaran. Pasal 14B (1) Laporan kinerja BPD yang disampaikan kepada Bupatisebagaimana dimaksud dalam pasal 14A ayat (3) digunakan Bupati untuk evaluasi kinerja BPD serta pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. (2) Laporan kinerja BPD yang disampaikan pada forum musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 14A ayat (3) merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas BPD kepada masyarakat Desa. 13. Diantara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 1 (satu) bagian yakni Bagian Kelima Adan 2 (dua) Pasal baru yakni Pasal 15A, dan Pasal 15B, sehingga berbunyi sebagai berikut:
- 15 - Bagian Kelima A Kewenangan BPD Pasal 15A BPD berwenang: a. mengadakan pertemuan dengan mayarakat untuk mendapatkan aspirasi; b. menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara lisan dan tertulis; c. mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi kewenangannya; d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa; e. meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa; f. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik; h. menyusun peraturan tata tertib BPD; i. menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepada Bupatimelalui Camat; j. menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD secara tertulis kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa; k. mengelola biaya operasional BPD; l. mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa kepada Kepala Desa; dan
- 16 - m. melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Pasal 15 B Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan hak BPD diatur dalam peraturan Bupati. 14. Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai berikut: Pasal 16 (1) BPD menyusun peraturan tata tertib BPD. (2) Peraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati dalam musyawarah BPD. 15. Ketentuan ayat (1) Pasal 17 diantara huruf a dan huruf b disisipkan 2 (dua) huruf, yakni huruf a1 dan huruf a2, sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut: Pasal 17 (1) Peraturan tata tertib BPD paling sedikit memuat: a. waktu musyawarah BPD; a1.keanggotaan dan kelembagaan BPD; a2. fungsi, tugas, hak kewajiban dan kewenangan BPD; b. pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD; c. tata cara musyawarah BPD; d. tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD dan anggota BPD; dan e. pembuatan berita acara musyawarah BPD.
- 17 - (2) Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. pelaksanaan jam musyawarah; b. tempat musyawarah; c. jenis musyawarah; dan d. daftar hadir anggota BPD. (3) Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota hadir lengkap; b. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua BPD berhalangan hadir; c. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua dan wakil ketua berhalangan hadir; dan d. penetapan secara fungsional pimpinan musyawarah sesuai dengan bidang yang ditentukan dan penetapan penggantian anggota BPD antarwaktu. (4) Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. tata cara pembahasan rancangan peraturan Desa; b. konsultasi mengenai rencana dan program Pemerintah Desa; c. tata cara mengenai pengawasan kinerja kepala Desa; dan d. tata cara penampungan atau penyaluran aspirasi masyarakat. (5) Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d meliputi: a. pemberian pandangan terhadap pelaksanaan Pemerintahan Desa;
- 18 - b. penyampaian jawaban atau pendapat kepala Desa atas pandangan BPD; c. pemberian pandangan akhir atas jawaban atau pendapat kepala Desa; dan d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhir BPD kepada Camat. (6) Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e meliputi: a. penyusunan notulen rapat; b. penyusunan berita acara; c. format berita acara; d. penandatanganan berita acara; dan e. penyampaian berita acara. 16. Diantara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 18, disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (1a) sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai berikut: Pasal 18 (1) Pimpinan BPD terdiri atas 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua, dan 1 (satu) orang sekretaris. (1a) Untuk membantu pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk 2 (dua) bidang, terdiri atas: a. bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembinaan kemasyarakatan; dan b. bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. (2) Pimpinan BPDdan Ketua Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus.
- 19 - (3) Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. 17. Diantara BAB VI dan BAB VII disisipkan 1 (satu) BAB, yaitu BAB VIA PENDANAAN dan 1 (satu) Pasal baru yakni Pasal 20A, sehingga berbunyi sebagai berikut: BAB VIA PENDANAAN Pasal 20A Pendanan pelaksanaan kegiatan BPD dibebankan pada: a. APBD Kabupaten; b. APBDesa; dan c. sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tuban. Ditetapkan di Tuban pada tanggal 17 Desember 2018 BUPATI TUBAN, ttd. H. FATHUL HUDA
- 20 - Diundangkan di Tuban pada tanggal 17 Desember 2018 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TUBAN, ttd. BUDI WIYANA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2018 SERI E NOMOR 69
- 21 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA I. UMUM Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang ditetapkan secara demokratis. Badan Permusyawaratan Desa merupakan badan permusyawaratan ditingkat desa guna menampung aspirasi yang berkembang pada masyarakat Desa dan dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih efektif, demokratis, dan bertanggung jawab serta dalam upaya peningkatan kinerja kelembagaan serta partisipatif ditingkat Desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat. Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa, perlu dilakukan penyesuaian dengan menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas PerubahanDaerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaran Desa. II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Cukup jelas. Pasal II TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 108