BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu Beberapa penelitan terdahulu telah mencoba untuk mengungkapkan pengaruh struktur Good Corporate Governance terhadap praktik pengungkapan Sustainability Report. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya sebagai berikut: Fatchan dan Trisnawati (2016) menguji pengaruh Corporate Governance pada hubungan antara Sustainability report dan nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Go Public di Indonesia periode 2014-2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima dimana variabel Sustainability Report (SR) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hipotesis kedua (H2) ditolak dimana variabel Good Corporate Governance (GCG) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hipotesis ketiga (H3) ditolak bahwa variabel interaksi antara Sustainability Report dengan Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nurrahman dan Sudarno (2013) menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing terhadap praktik pengungkapan sustainability report. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial tidak berpengaruh terhadap praktik pengungkapan sustainability report. Sedangkan kepemilikan saham institusional dan kepemilikan asing secara bersama-sama berpengaruh terhadap praktik pengungkapan sustainability report. 8
9 Sari dan Marsono (2013) menguji pengaruh kinerja keuangan, ukuran perusahaan dan corporate governance terhadap pengungkapan sustainability report. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas perusahaan, ukuran perusahaan, komite audit, dewan direksi dan dewan komisaris independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap sustainability report. Nasir, Ilhamdan Utara (2014) menguji pengaruh karakteristik perusahaan dan Corporate Governance terhadap pengungkapan Sustainability Report pada perusahaan LQ45 yang terdaftar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return on asset, debt to equity ratio dan governance committee berpengaruh terhadap sustainability report, sedangkan current ratio, inventory turnover, size, komite audit dan dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sustainability report. Aziz, Abdul (2014) menguji analisis pengaruh Good Corporate Governance terhadap kualitas pegungkapan Sustainability Report. Ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham terkonsentrasi dan ukuran perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan di Indonesia periode 2011-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan SR. Sedangkan kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham terkonsentrasi, ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan ukuran komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengungkapan SR di Indonesia periode 2011-2012.
10 B. Tinjauan Pustaka 1. Teori Stakeholder Teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan bagaimana manajemen perusahaan memenuhi dan mengelola harapan para stakeholder. Teori stakeholder menekankan pentingnya pertanggungjawaban akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajib untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diharapkan oleh stakeholder (Deegan, 2004). Salah satu bentuk pengungkapan sukarela yang berkembang dengan pesat saat ini yaitu publikasi sustainability report atau sering disebut SR. Melalui publikasi SR (pengungkapan sosial dan lingkungan) perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih banyak dan lengkap yang berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan (Hasanah, et al. 2013). 2. Sustainabilty Report Sustainability report memiliki definisi yang beragam, menurut Elkington (1997), sustainability report adalah laporan yang memuat tidak saja informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan bisa tumbuh secara berkesinambungan (sustainable performance). Saat ini implementasi sustainability report di Indonesia didukung oleh aturan pemerintah seperti Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT) nomer 40 tahun 2007. Praktik pelaporan
11 aktivitas tanggungjawab sosial dan lingkungan yang diungkapkan melalui sustainability report membutuhkan pedoman. Salah satu pedoman yang dapat digunakan adalah Global Reporting Inotiative (GRI). Di Indonesia pedoman ini digunakan oleh CSNR, sebagai lembaga independent yang secara berkala memberikan penilaian pengungkapan sustainability report yang disampaikan perusahaan-perusahaan. Manfaat sustainability report berdasarkan pada kerangka GRI (2011) adalah sebagai berikut : a. Sebagai Benchmark kinerja organisasional dengan memperhatikan hukum, norma, undang-undang, standart kinerja, dan prakarsa sukarela; b. Mendemonstrasikan komitmen organisasional untuk sustainable development, dan c. Membandingkan kinerja organisasional setiap waktu. 3. Struktur Good Corporate Governance Corporate governance merupakan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah serta pihak yang berkepentingan lainnya yang berkaitan dengan hakhak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan arah strategi dan kinerja suatu perusahaan (Nugroho, 2014). Setiap perusahaan harus memastikan bahwa penerapan GCG sudah menyeluruh berdasarkan prinsip transparansi, kewajaran, responsibilitas, independensi dan kesetaraan untuk mencapai kesinambungan usaha perusahaan dengan memperhatikan stakeholder (FCGI, 2000). Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan
12 GCG. Dewan Komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya, Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan. Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, maka Dewan Komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan (Egon Zehnder International, 2000 hal.12-13). Keberadaan Komisaris Independen telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai Komisaris Independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukan controlling shareholders). Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30% dari seluruh anggota Dewan Komisaris. Menurut Keputusan Menteri Nomor 117 Tahun 2002, tujuan dibentuknya Komite Audit adalah membantu Komisaris atau Dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor internal dan auditor eksternal. Kepemilikan manajerial merupakan suatu kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan itu sendiri yang dapat diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki manajerial dari keseluruhan persentase saham perusahaan yang ada (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Marcus, Kane dan Bodie (2006),
13 menjelaskan bahwa untuk memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah, maka kepemilikan manajerial di kemudian hari akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsiders ownership). Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung akan lebih memfokuskan diri pada pemegang saham yang merupakan manajerial itu sendiri, kepentingan pemegang saham juga setara dengan kepentingan manajerial perusahaan (Suprayoga, 2006). Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et. al dalam Winanda 2009). C. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting mempunyai hubungan terhadap teori (Abdul Hamid, 2010). Penelitian ini mencoba menguji pengaruh good corporate governance terhadap praktik sustainability report disclousure. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
14 Gambar 2.1 Ukuran Dewan Komisaris Komite Audit Kepemilikan Saham Manajerial Sustainability Report Kepemilikan Saham Institusional D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Sustainability Report Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme untuk mengawasi dan untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan atau pihak manajemen. Dalam hal ini manajemen bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, sedangkan dewan komisaris bertanggungjawab mengawasi manajemen (FCGI, 2002). Dewan Komisaris secara organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai anggaran dasar serta memberi nasehat kepada direksi sesuai Pasal 1 No. 6 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Peran Dewan Komisaris bertangung jawab atas pengawasan perseroan seperti diatur Pasal 108 ayat 1 yang mengatakan dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik
15 mengenai perseroan maupun mengenai usaha perseroan dan memberi nasihat kepada Direksi. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Marsono (2013) menemukan pengaruh yang positif dewan komisaris terhadap pengungkapan sustainability report. Dalam hal peningkatan kualitas pengungkapan perusahaan, dewan komisaris berperan cukup besar untuk menekankan kepada pihak manajemen. Kualitas pengungkapan dilakukan oleh pihak manajemen dengan cara menerbitkan laporan tambahan berupa sustainability report. Berdasarkan asumsi tersebut, hipotesis yang diangkat adalah sebagai berikut: : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap praktik pengungkapan sustainability report. 2. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Sustainability Report Berdasarkan keputusan ketua Bappepam Nomor Kep-24/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX.1.5 disebutkan bahwa komite audit melakukan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan rapat Dewan Komisaris yang ditetapkan dalam Anggaran dasar perusahaan. Mulyadi (2002) menjelaskan bahwa komite audit memiliki peran untuk menelaah kebijakan akuntansi perusahaan, kepatuhan terhadap pihak eksternal dan pelaporan kepada pihak eksternal serta menilai pengendalian internal. Keberadaan komite audit akan mendorong perusahaan dalam menerbitkan laporan yang berintegritas tinggi dan lengkap (Sari dan Marsono, 2013). Keberadaaan komite audit akan menjamin sistem pengendalian internal dan pengungkapan berjalan dengan baik, semakin sering komite audit melakukan rapat maka hal tersebut akan semakin baik dalam mengungkap ruang lingkup informasi sosial (Waryanto, 2010). Dengan semakin
16 sering komite audit melakukan rapat, maka diharapkan koordinasi komite audit akan semakin baik dalam melakukan pengawasan. Penelitian Sari dan Marsono (2013) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report. Hal ini berarti, semakin sering komite audit melakukan rapat maka akan semakin baik pengungkapan informasi yang dilakuan oleh perusahaan. Untuk mencapai informasi yang lebih baik, perusahaan juga harus menerbitkan pengungkapan sustainability report. Berdasarkan asumsi tersebut, maka hipotesis yang diajukan: : Ukuran komite audit berpengaruh terhadap praktik pengungkapan sustainability report. 3. Pengaruh Kepemilikan saham manajerial terhadap Sustainability Report Kepemilikan manajerial berperan melakukan pengawasan kepada pihak manajemen dalam mengambil kebijakan (Wahyudi dan Prawesti, 2005). Dengan adanya peran manajerial dalam kepemilikan saham perusahaan, maka akan meminimalisir resiko kepentingan pribadi. Sehingga apabila kepentingan pribadi dapat ditekan, stakeholder akan lebih diutamakan. Ramdhaningsih dan Utama (2013) menguji pengaruh kepemilikan saham manajerial terhadap pengungkapan CSR. Hasilnya, semakin besar kepemilikan manajerial maka akan semakin rendah tingkat pengungkapan CSR. Dengan demikian hipotesis yang diajukan: : Kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap praktik pengungkapan sustainability report
17 4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Sustainability Report Kepemilikan Institusional dapat menjadi alat untuk mengatasi suatu konflik antara pemilik dan pengelola modal (Wida dan Suartana, 2014). Kepemilikan saham institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi atau lembaga tertentu (Tarjo, 2008). Ramdhaningsih dan Utama (2013) menguj pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan CSR. Hasilnya semakin besar kepemilikan institusional, maka akan semakin rendah tingkat pengungkapan CSR. Dengan demikian hipotesis yang diajukan: : Kepemilikan saham institusional berpengaruh terhadap praktik pengungkapan sustainability report