BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan keagenan muncul ketika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015)

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) ( Jensen dan Meckling,

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen (agent) di bahas dalam Teori Agensi. Teori agensi

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba, karena perusahaan besar harus memenuhi ekspektasi dari

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Kompensasi Bonus, Leverage, Pajak,

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Berikut akan dibahas mengenai teori keagenan, teori sinyal, manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent).teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan laba rugi, menurut Financial Accounting Standard Board atau FASB

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Teori pensinyalan (signaling theory) mengasumsikan bahwa terdapat asimetri

BAB I PENDAHULUAN. internal (Belkaoi, 2006 dalam Prastiti, 2013). 1, informasi laba merupakan sasaran utama dalam menilai kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB II LANDASAN TEORI. corporate governance dan earning management. Agensi teori mengakibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

ISNI WIYATMI B

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengujian pengaruh komponen corporate governance terhadap earning

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan keuangan menjadi sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan. informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Pradipta (2011). Hubungan teori keagenan adalah sebuah kontrak antara manajemen (agent) dengan investor (principal). Investor memiliki kepentingan agar dana yang diinvestasikanya memberikan pendapatan yang maksimal, sedangkan manajemen mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri. Salah satu kendala yang akan muncul antara manajemen (agent) dan investor (principal) adalah adanya asimetri informasi. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada agent untuk menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan keuntungannya. Asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya moral hazrad berupa usaha manajemen untuk melakukan earnings management (Palestin, 2008).

12 Agency theory muncul berdasarkan adanya fenomena pemisahan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dengan para manajer yang mengelola perusahaan. Fakta-fakta empiris menunjukan bahwa para manajer tidak selamanya bertindak sesuai dengan kepentingan para pemilik perusahaan, melainkan sering kali terjadi bahwa pengelola perusahaan (direksi dan manajer) bertindak mengejar kepentingan mereka (Solihin, 2009:120). 2.2 Manajemen Laba Manajemen laba merupakan setiap tindakan manajemen yang dapat mempengaruhi angka laba yang dilaporkan. Scott (2000) dalam Pradipta (2011) menyatakan bahwa dapat dilakukan dengan beberapa strategi antara lain meningkatkan pendapatan atau keuntungan yaitu dengan mempercepat pencatatan pendapatan dan menunda biaya atau memindah biaya ke periode lain (income maximization and minimalization). Pola yang berkaitan dengan meningkatkan laba dapat dilakukan dengan cara taking a bath dan income maximization. Menurut Scott (2003), pola taking a bath terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan Chief Executive Officer (CEO) baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa yang akan datang. Pola Income maximization adalah memaksimalkan laba yang dilaporkan agar memperoleh bonus yang lebih besar. Income maximization dilakukan pada saat laba mengalami penurunan.

13 Kecenderungan manajer untuk memaksimalkan laba juga dapat dilakukan pada perusahaan yang melakukan suatu pelanggaran perjanjian utang. Perilaku juga dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory. Watts dan Zhimmerman (1986) dalam Sosiawan (2012) merumuskan tiga hipotesis Positive Accounting Theory yang dapat dijadikan dasar motivasi tindakan. Pertama, The Bonus Plan Hypotesis. Pada perusahaan yang memliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Kedua, The Debt to Equity Hypotesis. Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang. Ketiga, The Political Cost Hypotesis. Pada perusahaan besar memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntasi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul karena profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen. Menurut De Angelo (1986) dalam I Guna dan Herawaty (2010) menyatakan konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu komponen

14 discretionary dan non-discretionary. Komponen discretionary accruals merupakan bagian dari akrual yang memungkinkan manajer melakukan intervensinya dalam memanipulasi laba perusahaan. Hal ini disebabkan karena manajer memiliki kemampuan untuk mengontrolnya dalam jangka pendek. Komponen discretionary accrual diantaranya terdiri dari penilaian piutang, pengakuan biaya garansi (future warranty expense) dan aset modal (capitalization assents). Sedangkan komponen non-discreationary accruals ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diawasi oleh manajer. Dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan proksi Discretionary Accrual yang diukur dengan The Modified Jones Model (1991). Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. 2.3 Corporate Governance Menurut I Guna dan Herawaty (2010) mengemukan bahwa good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik dapat didefinisikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi setiap stakeholders. Ada dua hal yang ditekankan dalam mekanisme ini yaitu pertama: pentingnya hak pemegang saham atau investor untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya. Kedua: kewajiban perusahaan untuk melakukan

15 pengungkapan secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholders. Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak (Nasution dan Setiawan, 2007). Forum for corporate governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (Stakeholders). Corporate governance mengandung empat unsur penting yaitu keadilan, transparansi, pertanggungjawaban, dan akuntabilitas yang diharapkan dapat menjadi suatu jalan dalam mengurangi konflik keagenan. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh manajemen perusahaan (pemegang saham atau pemilik modal, komisaris datau dewan pengawas dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. Adapun prinsip-prinsip Corporate Governance (Solihin, 2009: 125) yaitu :

16 a. Transparansi (Transparancy), mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan, yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. b. Akuntabilitas (Accountability), menjelaskan peran dan tanggungjawab serta mendukung usaha untuk penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris. c. Pertanggungjawaban (Responsibility), memastikan dipatuhinya peraturan-peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin dipatuhinya nilai-nilai sosial. d. Independensi (Independency), untuk melancarkan pelaksanaan Good Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e. Kewajaran dan kesetaraan (fairness), dalam melaksanakan kegiatannya perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. 2.4 Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang

17 perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (I Guna dan Herawaty, 2010). Disamping itu sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diiterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa presentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan (Boediono, 2005). 2.5 Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Kepemilikan institusional merupkan salah satu cara untuk memonitor kinerja manajer dalam mengelola perusahaan sehingga dengan adanya kepemilikan oleh institusi lain diharapkan bisa mengurangi perilaku yang dilakukan manajer. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif. Cornett et al. (2006) dalam Pujiati & Arfan (2013) menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah

18 perusahaan dan pihak investor institusional dapat membatasi perilaku para manajer. Tindakan pengawasan tersebut dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan, sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. Investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitoring agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Prosentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusuan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen 2.6 Dewan Direksi Direksi bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara (Adrianto dan Anis, 2014). Dewan direksi adalah sistem manajemen yang memungkinkan optimalisasi peran anggota direksi dalam penyelenggaraan corporate governance. Tugas dewan direksi adalah menelaah kinerja manajemen untuk meyakinkan bahwa perusahaan dijalankan secara baik dan

19 kepentingan pemegang saham dilindungi. Peran direksi adalah organ yang menjalankan fungsi pengelolaan perusahaan dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi stakeholders (Khanafiyah, 2014). Jadi, dewan direksi memiliki peran penting dalam perusahaan yaitu untuk menentukan arah dan kebijakan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam Adrianto dan Anis (2014) komposisi direksi harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat serta dengan bertindak independen. Dewan direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan keuntungan memastikan kesinambungan usaha. Dewan direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS. Fungsi dari direksi yaitu meliputi kepengurusan, manajemen resiko, pengendalian internal, komunikasi dantanggung jawab sosial. a. Kepengurusan - Menyusun visi, misi dan nilai-nilai serta program jangka panjang dan jangka pendek perusahaan. - Mengendalikan sumber daya secara efektif dan efisien. - Memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku kepentingan. - Dapat memberikan kuasa kepada komite atau karyawan untuk melaksanakan tugas tertentu, namun tanggung jawab tetap berada pada direksi. - Memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter).

20 b. Manajemen Resiko - Menyusun dan melaksanakan sistem manajemen resiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan. - Untuk setiap pengembalian keputusan strategis, termasuk penciptaan produk atau jasa baru, harus diperhitungkan dengan seksama dampak resikonya, dalam arti adanya keseimbangan antara hasil dan beban resiko. - Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen resiko dengan baik, perusahaan perlu memiliki unit kerja atau penanggung jawab terhadap pengendali resiko. c. Pengendalian Internal - Menyusun, memiliki dan melaksanakan sistem pengendalian internal, termasuk auditor internal dan auditor eksternal. - Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, harus memiliki satuan kerja pengawasan internal. - Satuan kerja pengawasan internal bertugas membantu direksi dalam memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan usaha.

21 - Satuan kerja pengawasan internal bertanggung jawab kepada direktur utama dan mempunyai hubungan fungsional dengan dewan komisaris melalui komite audit. d. Komunikasi Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi dengan pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi sekretaris perusahaan. Fungsi sekretaris perusahaan adalah memastikan kelancaran komunikasi dan menjamin tersedianya informasi bagi pemangku kepentingan. e. Tanggungjawab Sosial Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha perusahaan, direksi harus dapat memastikan dipenuhinya tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.7 Komite Audit Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit dibentuk oleh suatu perusahaan yang berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi, dan pengendalian intern. Selain itu, keberadaan komite audit juga

22 berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam mengawasi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan (I Guna & Herawaty, 2010). Tujuan dari keberadaan komite audit di perusahaan adalah 1. Memberikan kepastian bahwa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta disajikan secara wajar dan tidak menyesatkan. 2. Memberikan kepastian bahwa pengendalian internal perusahaan telah memadai. 3. Melakukan pengawasan dan menindaklanjuti kemungkinan penyimpangan material dalam bidang keuangan dan implikasi hukumnya. 4. Memberikan rekomendasi dalam pemilihan auditor eksternal yang akan melakukan audit diperusahaan. 2.8 Kompensasi Bonus Bonus plan hypotesis merupakan salah satu motif pemiilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positif accounting theory. Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Jika perusahaan memiki kompensasi (bonus scheme), maka manajer akan cenderung melakukan tindakan yang

23 mengatur laba bersih untuk dapat memaksimalkan bonus yang mereka terima (Palestin, 2008). Menurut Pujiati dan Arfan (2013) pemberian bonus seringkali dikaitkan dengan tingkat laba bersih yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan. Manajer akan berusaha mengatur laba bersih sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan bonusnya. Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan yang sebenarnya akan bertindak oportunis untuk melakukan.

24 Tabel 2.9 Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Penelitian Hasil Penelitian 1 Pengaruh struktur kepemilikan dan praktik corporate governance terhadap manajemen laba Shiyammurti (2014) X1= Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan X2= Dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan X3= Komite audit tidak berpengaruh signifikan X4= Kualitas audit tidak berpengaruh 2 Pengaruh kompensasi bonus, leverage, dan pajak terhadap 3 Pengaruh struktur kepemilikan dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba 4 Pengaruh kompensasi, leverage, ukuran perusahaan, earnings power terhadap 5 Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap 6 Pengaru mekanisme good corporate governance, independensi auditor, Wijaya & Christiawan (2014) Pujiati & Arfan (2013) Sosiawan (2012) Pradipta (2011) I Guna & Herawaty (2010) signifikan X1= Kompensasi bonus tidak berpengaruh X2= Leverage berpengaruh positif terhadap X3= Pajak berpengaruh positif terhadap X1= Kepemilikan manajerial berpengaruh positif X2= Kepemilikan isntitusional berpengaruh negatif X3= Kompensasi bonus berpengaruh positif X1= Kompensasi tidak berpengaruh terhadap X2= Leverage tidak berpengaruh positif X3= Ukuran perusahaan tidak berpengaruh X4= Earning power berpengaruh positif X1= Institutional investor tidak berpengaruh signifikan terhadap earnngs management X2= Jumlah saham yang dimiliki manajer tidak berpengaruh terhadap earnings management X3= Anggota dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap earnings management X4= Susunan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management X5= DER tidak berpengaruh terhadap earnings management X1= Kepemilikan institusional tidak berpengaruh X2= Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh

25 No kualitas audit dan faktor lain terhadap Judul Penelitian Peneliti X3= Komite audit tidak berpengaruh terhadap X4= Komisaris independen tidak berpengaruh Hasil Penelitian X5= Independensi auditor tiidak berpengaruh X6= Leverage berpengaruh terhadap X7= Kualitas audit berpengaruh terhadap 7 Analisis pengaruh struktur kepemilikan, praktik corporate governance dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba 8 Pengaruh mekanisme corporate governance pada 9 Pengaruh struktur corporate governance dan kontrak hutang terhadap praktik 10 Pengaruh kompensasi bonus dan leverage terhadap manajemen Palestin (2008) Sari & Putri (2014) Adrianto & Anis (2014) Elfira (2014) X1= Struktur kepemilikan berpengaruh negatif X2= Dewan komisaris berpengaruh negatif X3= Komite audit berpengaruh negatif X4= Ukuran KAP berpengaruh negatif X5= Kompensasi bonus berpengaruh positif X1= Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif X2= Kepemilikan institusional tidak berpengaruh X3= Dewan komisaris berpengaruh negatif X4= Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh X5= Komite audit berpengaruh negatif X1= Kepemilikan institusional berpengruh X2= Kepemilikan manajerial berpengauh X3= Dewan direksi tidak berpengaruh terhadap X4= Komite audit berpengaruh terhadap X5= Kebijakan hutang berpengaruh terhadap X1= Kompensasi bonus berpengaruh positif X2= Leverage berpengaruh negatif terhadap

26 laba

27 2.10 Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan variabel independen kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi, komite audit, dan kompensasi bonus, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Kepemilikan Manajerial (X1) Kepemilikan Institusional (X2) Dewan Direksi (X3) Komite Audit (X4) H1(-) H2(-) H3(+) H4(-) Manajemen Laba (Y) Kompensasi Bonus (X5) H5( +)

28 2.10.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba Kepemilikan manajerial merupakan faktor yang dianggap berpengaruh. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki anak cabang perusahaan bersangkutan (I Guna dan Herawaty, 2010). Jika manajer mempunyai kepemilikan pada perusahaan, maka manajer juga mempunyai kepentingan didalamnya. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham, namun jika kepentingan manajer dan pemilik dapat disejajarkan, manajer tidak akan termotivasi untuk memanipulasi informasi atau melakukan sehingga kualitas informasi akuntansi dan keinformatifan laba dapat meningkat (Faisal, 2004) dalam (Pujiati dan Arfan, 2013). Dengan memperbesar kepemilikan manajerial diharapkan dapat mengurangi adanya tindakan dan besarnya kepemilikan manajerial diharapkan dapat meningkatkan kualitas dalam pelaporan keuangan serta laba yang dihasilkan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

29 H 1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap. 2.10.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba Kepemilikan institusional merupakan faktor yang dianggap berpengaruh. Kepemilikan institusional merupakan salah satu cara untuk mengawasi kinerja manajer dalam mengelola perusahaan sehingga dengan adanya kepemilikan oleh institusi lain diharapkan bisa mengurangi perilaku yang dilakukan manajer (Pujiati dan Arfan, 2013). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 2 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap. 2.10.3 Pengaruh Dewan Direksi terhadap Manajemen Laba Jumlah Dewan Direksi (board ofdirector) berpengaruh terhadap efektif tidaknya pengawasan kinerja manajer (CEO). Jumlah dewan direksi yang semakin banyak, mengakibatkan proses pengawasan kurang efektif dan dapat meningkatkan praktik oleh manajemen. Manajemen akan lebih bebas dalam melakukan karena dewan direksi menjadi kurang waspada akibat kurangnya komunikasi dan koordinasi antar dewan dengan jumlah yang besar (Purwandari,

30 2011). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 3 : Dewan direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba. 2.10.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba Komite audit merupakan faktor memiliki pengaruh terhadap dimana komite audit akan mengurangi terjadinya praktik yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Jaggi dan Leung (2007) dalam Adrianto dan Anis (2014) menunjukan bahwa komite audit sangat berperan dalam mengurangi earnings management pada perusahaan dengan kepemilikan yang terkontrolisasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 4 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. 2.10.5 Pengaruh Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba Pemberian bonus seringkali dikaitkan dengan tingkat laba bersih yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan. Manajer akan berusaha mengatur laba bersih sedemikian rupa sehingga memaksimalkan bonusnya. Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan yang sebenarnya akan bertindak opportunistic untuk melakukan (Pujiati dan

31 Arfan, 2013). Jika perusahaan memiliki kompensasi, maka manajer akan cenderung melakukan tindakan yang mengatur laba bersih untuk dapat memaksimalkan bonus yang mereka terima (Palestin, 2008). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 5 : Kompensasi bonus berpengaruh positif terhadap.