BAB I PENDAHULUAN. zaman reformasi pada tahun Melalui demokratisasi dan desentralisasi,

dokumen-dokumen yang mirip
Arsha Karunia Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. roda perusahaan manajemen akan diawasi oleh fungsi satuan pengawasan internal

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

INTERNAL AUDIT CHARTER

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

PIAGAM INTERNAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan menguraikan mengenai hal-hal yang melatar

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakat, hal ini seiring dengan tujuan pembangunan yang tertuang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

PIAGAM KOMITE AUDIT PT PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk

BAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam

BAB1 PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan. otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. lebih meningkatkan kualitas pengelolanya, dalam hal ini aktivitas-aktivitas yang

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kemunculannya pada pertengahan abad 20 sampai dengan abad 21

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi dewasa ini menuntut sebuah negara untuk memiliki dan menerapkan tata cara pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance). Pola pemikiran yang telah berubah sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat membuat keinginan untuk mewujudkan tata cara pelaksanaan pemerintahan yang baik semakin besar. Masyarakat semakin menginginkan terciptanya pemerintahan yang bersih dan mampu menyediakan pelayanan yang baik. Di Indonesia sendiri praktik tentang pemerintahan yang baik dimulai sejak zaman reformasi pada tahun 1998. Melalui demokratisasi dan desentralisasi, keterbukaan dan transparansi serta akuntabilitas menjadi ciri dari kepemerintahan yang baik. Menurut UNDP (United Nations Development Programme) tentang definisi good governance adalah sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat, dalam prinsip-prinsip; partisipasi, supremasi hukum, transparansi, cepat tanggap, membangun konsesus, kesetaraan, efektif dan efisien, bertanggung jawab serta visi strategik. Dalam Sedarmayanti (2003:6) arti good dalam good governance mengandung dua pengertian sebagai berikut. Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua,

2 aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Astuti (2010) tuntutan sekarang good governance tidak hanya ada dalam pemerintahan saja tetapi juga dalam sektor swasta, karena memang hal tersebut sangat diperlukan untuk menjaga kontinuitas perusahaan dalam jangka panjang, untuk itu dipakai istilah Good Corporate Governance, yang diartikan sebagai tata kelola perusahaan yang baik. Dalam beberapa tahun ini banyak kasus terjadi terkait pelaksanaan good corporate governance. Salah satunya kasus PT. Waskita Karya, salah satu BUMN Jasa Kontruksi yang diduga melakukan rekayasa laporan keuangan. Kasus ini berawal saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham perdana tahun lalu. Direktur utama Waskita yang baru, yang sebelumnya menjabat sebagai direktur keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk menemukan pencatatan yang tak sesuai, dimana ditemukan kelebihan pencatatan Rp 400 miliar. Direksi periode sebelumnya diduga melakukan rekayasa keuangan sejak tahun 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multitahun ke depan sebagai sebagai pendapatan tahun tertentu (Fajri:2009). Hal ini tidak akan terjadi apabila kontrol dalam perusahaan tersebut dilaksanakan efektif, dalam hal ini sistem perlu ditegakkan, yaitu perlu penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Suatu perusahaan dengan SPI yang kuat maka setidaknya penyimpangan-penyimpangan dapat diminimumkan (Astuti : 2010). Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

3 oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintah meliputi (a) lingkungan pengendalian; (b) penilaian risiko; (c) kegiatan pengendalian; (d) informasi dan komunikasi; (e) pemantauan pengendalian intern. Menurut Sari dan Raharja (2014) dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance (GCG), entitas memerlukan peran internal audit yang bertugas meneliti mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Menurut Mulyadi (2002) auditing secara umum diartikan sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menerapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Agoes (2004:221) internal audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Unit lembaga pemerintah yang bertugas untuk melakukan kegiatan pemeriksaan adalah Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). Termasuk di

4 dalam tugas dan fungsi APIP adalah inspektorat pemerintah provinsi. Dapat dikatakan bahwa inspektorat juga merupakan auditor internal. Dalam melaksanakan tugasnya, ada beberapa kode etik yang harus ditaati oleh seorang APIP. Diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara NO. PER/04/M.PAN/03/2008 bahwa seorang auditor wajib menaati prinsip-prinsip perilaku yang berlaku, yaitu auditor harus memiliki integritas, obyektivitas, kerahasiaan dan kompetensi. Juga dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara NO. PER/05/M.PAN/03/2008, standar umum mengatur bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Pimpinan APIP harus yakin bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis auditor memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pimpinan APIP wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi posisi auditor di lingkungan APIP. Namun, saat ini banyak terjadi kasus manipulasi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah. Salah satunya adalah kasus suap auditor BPK oleh pemerintah Kota Bekasi tahun 2010. Dalam kasus tersebut 2 auditor BPK terbukti menerima uang dari pejabat pemerintah Kota Bekasi dengan maksud memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (http://www.hukumonline.com).

5 Kasus tersebut menjadi tanda tanya besar di kalangan profesi auditor internal tentang sejauh mana mereka melakukan peran dan fungsi pengawasan di lingkungan inspektorat daerah, baik kota maupun kabupaten sampai tingkat provinsi dalam upaya mengawasi berbagai kegiatan untuk menyelenggarakan tata cara pelaksanaan pemerintahan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian tentang pengaruh keahlian, independensi dan etika terhadap kualitas auditor pada inspektorat Provinsi Maluku Utara pernah dilakukan oleh Ashari (2011). Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan keahlian, independensi dan etika berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Namun secara parsial etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Samsi (2013) mengadakan penelitian mengenai pengaruh pengalaman kerja, independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel pemoderasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengalaman kerja, independensi, interaksi pengalaman kerja dan kepatuhan etika auditor, dan interaksi independensi dan kepatuhan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan variabel kompetensi dan interaksi kompetensi dan kepatuhan etika auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian dengan judul pengaruh profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening pernah dilakukan oleh Saputra (2009). Obyek yang digunakan sebagai tujuan penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang berada di Jakarta Pusat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor memiliki pengaruh

6 secara signifikan terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2011) dengan judul Pengaruh Pengalaman Auditor dan Orientasi Etika terhadap Keputusan Etis Auditor Negara Dengan Komitmen Profesional Sebagai Variabel Intervening. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman auditor tidak memiliki pengaruh langsung terhadap pengambilan keputusan etis seorang auditor negara. Tetapi pengalaman kerja memiliki pengaruh kuat terhadap komitmen profesi. Orientasi etika yang dimiliki oleh seorang auditor negara akan berpengaruh terhadap sebuah keputusan etis yang diambil oleh auditor negara serta orientasi etika juga memiliki pengaruh terhadap komitmen profesi auditor negara. Effendy (2010) mengadakan penelitian dengan judul pengaruh kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedang independensi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhanis (2012) dengan judul Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Motivasi Aparat terhadap Kualitas Audit Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi, independensi, dan motivasi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kabupaten Dharmasraya. Secara parsial keahlian dan independensi secara

7 bersama berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, namun motivasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Kualitas auditor internal yang baik akan mempengaruhi tercapainya tujuan perusahaan. Karena pentingnya eksistensi seorang auditor internal menuntut mereka untuk memiliki sikap independensi, profesionalisme dan pengalaman kerja dalam melaksanakan pemeriksaan intern perusahaan. Namun tidak cukup hanya dengan mematuhi kode etik tersebut, efektivitas sistem pengendalian intern dapat tercapai juga karena motivasi yyang dimiliki karyawan. Menurut Effendy (2010) faktor motivasi akan mendorong seseorang, termasuk auditor, untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2009) yang berjudul pengaruh profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening. Beberapa perbedaannya diantaranya, penelitian ini menjadikan motivasi sebagai variabel independen sedangkan Saputra (2009) menjadikannya variabel intervening. Obyek yang digunakan dalam penelitian Saputra adalah perusahaan perbankan di Jakarta Pusat. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada instansi pemerintahan yaitu pada inspektorat Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu penulis ingin mencoba melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, Pengalaman Kerja dan Motivasi terhadap Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern pada Aparat Inspektorat Provinsi Jawa Timur.

8 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti ingin merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah independensi aparat inspektorat berpengaruh terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern? 2. Apakah keahlian profesional aparat inspektorat berpengaruh terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern? 3. Apakah pengalaman kerja aparat inspektorat berpengaruh terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern? 4. Apakah motivasi aparat inspektorat berpengaruh terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh independensi aparat inspektorat terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern. 2. Mengetahui pengaruh keahlian profesional aparat inspektorat terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern. 3. Mengetahui pengaruh pengalaman kerja aparat inspektorat terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern. 4. Mengetahui pengaruh motivasi aparat inspektorat terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern.

9 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis: 1. Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wacana, informasi pada bidang audit sektor publik yang berkaitan dengan kode etik auditor internal diantaranya independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja dan motivasi terhadap efektivitas sistem pengendalian intern. 2. Bagi para peneliti yang akan datang, hasil penelitian dapat dipakai sebagai bahan referensi yang mengadakan penelitian di bidang audit sektor publik di masa yang akan datang. Manfaat praktisi: 1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam pelaksanaan praktik-praktik auditing dan penelitian yang relevan di masa yang akan datang. 2. Bagi inspektorat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dalam meningkatkan kinerja para auditor internalnya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam rangka mewujudkan good governance melalui efektivitas penerapan sistem pengendalian intern.