HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK Program Studi Ners, STIK Siti Khadijah Palembang asih.fatriansari13@gmail.com ABSTRAK Latar belakang: Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Salah satu upaya untuk mendeteksi perkembangan anak adalah dengan melakukan pengukuran pada motorik kasar. Tujuan: diketahuinya hubungan status gizi terhadap perkembangan motorik kasar pada anak di TK Golden Age Pemda Palembang. Metode: penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah siswa yang bersekolah di TK Golden Age Pemda Palembang berjumlah 31 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Analisa data meliputi univariat dan bivariat dengan menggunakan chi-square. Hasil: berdasarkan uji statistik didapatkan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar (p value = 0,006). Kesimpulan: ada hubungan yang bermakna status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak. Disarankan untuk penelitian selanjutnya diharapkan pengadaan sarana bermain untuk merangsang perkembangan motorik dan psikologis anak serta perlu meningkatkan penyuluhan masalah kesehatan bagi masyarakat tentang kebutuhan gizi balita sehingga status gizi buruk balita dapat dicegah dan kurang gizi pada balita dapat teratasi dengan baik. Kata kunci : Status Gizi, Motorik Kasar ABSTRACT Background: Nutritional status is the third indicator in determining the child's health status. Good nutritional status can help the child growth and development process to achieve optimal maturity. One effort to detect the development of children is to take measurements on gross motor skills. Objective: to know the relationship of nutritional status to gross motoric development in children in the Golden Age Kindergarten of the Palembang Regional Government. Method: this study used a cross sectional approach. The sample of this study were 31 students who attended the Golden Age Kindergarten of the Regional Government of Palembang. The sampling technique uses simple random sampling. Data analysis includes univariate and bivariate using chi-square. Result: based on the statistical test found a significant relationship between nutritional status and gross motor development (p value = 0.006). Conclusion: there is a significant correlation between nutritional status and gross motor development in children. Future studies are expected to be added to stimulate the provisoin of play facilities and motor development as well as the need to improve the child s psychological health problems for public education about nutritional needs of the poor nutritional status of children under five so that toddlers can be prevented and malnutrition in infants can be resolved properly. Keywords: Nutritional Status, Gross Motoric Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 16
PENDAHULUAN Status gizi adalah keadaan individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuan fisik akan energi dan zat lain yang di peroleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur seacara antropometri. Untuk memperkirakan status gizi seseorang, suatu kelompok atau suatu masyarakat perlu dilaksanakan pengukuran-pengukuran untuk menilai berbagai tingkatan gizi (Sunita, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, 1 dari 7 anakanak diperkirakan gizi kurang di Negara maju. Prevalensi tinggi dikombinasikan dengan populasi yang besar, berarti bahwa sebagian besar anak-anak kekurangan gizi 49 juta hidup di Asia Selatan (Anggraini, 2017). Menurut Kemenkes RI prevalensi status gizi balita di indonesia, Tahun 2015 gizi buruk sebanyak 4,5%, gizi kurang 18,1%, gizi baik 75,9%, gizi lebih 1,5%. Sedangkan tahun 2016 gizi buruk 3,4%, gizi kurang 14,4%, gizi baik 80,7%, gizi lebih 1,5%. Dan di tahun 2017 gizi buruk 3,8%, gizi kurang 14,0%, gizi baik 80,4%, gizi lebih 1,8% (Kemenkes RI, 2017). Status gizi balita di Sumatera Selatan pada tahun 2015 gizi buruk sebanyak 2,3%, gizi kurang 15,8 %, gizi baik 80,8%, gizi lebih 1,2%. Pada tahun 2016 terjadi penurunan gizi buruk menjadi 1,9%, gizi kurang 9,3%, gizi baik 87,2%, gizi lebih 1,6%. Dan pada tahun 2017 terjadi penaikan lagi menjadi gizi buruk 2,1%, gizi kurang 10,2%, gizi baik 86,7%, gizi lebih 1,1% Sedangkan status gizi balita di kota Palembang dilaporkan pada tahun 2015 gizi buruk sebanyak 0,02%, gizi kurang 1,13%, gizi baik 97,30% gizi lebih 1,55%. Pada tahun 2016 gizi buruk 0,03%, gizi kurang 2,45%, gizi baik 96,02%, gizi lebih 1,53%. Dan pada tahun 2017 gizi buruk 0,02%, gizi kurang 96,77%, gizi baik 96,77, gizi lebih 1,22% (Dinkes, 2018). Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak (Hidayat, 2011). Proses pertumbuhan dan perkembangan anak menurut United Nations Children s Fund (UNICEF) merumuskan tiga faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang secara tidak langsung (underlying factors), yaitu Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 17
ketahanan pangan rumah tangga, pengasuhan, dan sanitasi lingkungan. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi asupan gizi dan juga tingkat kesehatan anak yang juga turut menentukan kualitas pertumbuhan serta perkembangan anak (Nurlinda, 2013). Penelitian dari Trimuda (2017), tentang hubungan status gizi anak dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia bayi dan balita didapatkan bahwa anak yang memiliki status gizi kurus mempunyai hambatan dalam perkemabngan motorik kasar dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi baik yang perkembangan motorik kasar lebih baik karena asupan nutrisinya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafiani (2015), tentang hubungan status gizi dengan perkembangan motorik didapatkan adanya hubungam antara satus gizi dengan perkembangan motorik kasar pada balita karena bahwa motorik kasar pada balita yang tidak sesuai dengan umurnya dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan atau stimulasi orangtua yang menyebabkan anak gagal berkembang demikian sebaliknya jika diberikan rangsangan yang baik maka perkembangan motorik anak juga baik disertai dengan gizi yang baik pula. Menurut data yang ada di TK golden Age Pemda Palembang Tahun 2018 jumlah anak yang bersekolah berjumlah 45 anak. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti, mengenai perkembangan motorik kasar pada anak dari 10 responden, 2 responden yang tidak melakukan 7 indikator yang ada di lembar observasi. sebelumnya tidak ada penilaian status gizi dan tidak ada pemeriksaan motorik kasar secara rutin pada anak di TK Golden Age Pemda Palembang. Siswa di TK Golden Age Pemda Palembang umurnya rata-rata 3-5 tahun yang perlu diperhatikan status gizinya. Berdasarkan uraian di atas. Peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak di TK Golden Age Pemda Palembang tahun 2018. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah siswa yang bersekolah di TK Golden Age Pemda Palembang berjumlah 31 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2018 TK Golden Age Pemda Palembang. Data yang didapatkan adalah data dari kuesioner DDST tentang perkembangan motorik (baik: 75%, buruk <75%) dan pengukuran berat badan dengan Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 18
menggunaan Z-Skor BB/U (gizi baik: 2SD s /d +2SD, gizi kurang: -3SD s /d < - 2SD) Pengolahan data yang digunakan teknik analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik chisquare. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Analisis univariat terdiri dari status gizi dan motorik kasar di TK Golden Age Pemda Palembang. Hasil analisis univariat dapat diliaht pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Menurut Status Gizi dan Perkembangan Motorik Kasar Anak No Variabel Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Status Gizi - Gizi baik - Gizi kurang 2 Perkembangan motorik kasar anak - Baik - Kurang baik 21 10 67.7 32.3 23 74.2 8 25.8 Jumlah 31 100 Analisis univariat diperoleh data distribusi frekuensi dari 31 responden, variabel status gizi tertinggi dengan gizi baik sebanyak 21 responden (67,7%) dan variabel motorik kasar tertinggi dengan kategori baik sebanyak 23 responden (74,2%). Analisis Bivariat Berdasarkan hasil penelitian pada analisa bivariat terdapat variabel independen (satus gizi) dan variabel dependen (motorik kasar), dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Status Gizi Motorik Kasar Anak Total P-value Baik Kurang Baik Kurang baik 19 2 21 90,5% 9,5% 100% 4 6 10 40% 60% 100% 0,006 Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 19
PEMBAHASAN Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan 21 responden yang memiliki status gizi baik yang motorik kasar baik lebih besar sebanyak 19 responden (90,5%), sedangkan dari 10 responden yang gizi buruk yang motorik kasar kurang baik lebih besar sebanyak (60%). 6 responden Berdasarkan Uji chi-square di dapatkan p value 0,006 < α (0,05), hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak di TK Golden Age Pemda Palembang. Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak (Hidayat, 2011). United Nations Children s Fund (UNICEF) merumuskan tiga faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang secara tidak langsung (underlying factors), yaitu ketahanan pangan rumah tangga, pengasuhan, dan sanitasi lingkungan. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi asupan gizi dan juga tingkat kesehatan anak yang juga turut menentukan kualitas pertumbuhan serta perkembangan anak (Nurlinda, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian Sa diya (2016) tentang hubungan status gizi balita dengan perkembangan balita yang dilakukan di Posyandu Dusun Samben Kabupaten Lamongan didapatkan bahwa perkembangan balita yang baik dipengaruhi oleh status gizi yang baik, dimana gizi yang baik ini anak mempercepat dan merangsang perkembangan dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Syafiani (2015), tentang hubungan status gizi dengan perkembangan motorik didapatkan adanya hubungam antara satus gizi dengan perkembangan motorik kasar pada balita karena bahwa motorik kasar pada balita yang tidak sesuai dengan umurnya dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan atau stimulasi orangtua yang menyebabkan anak gagal berkembang demikian sebaliknya jika diberikan rangsangan yang baik maka perkembangan motorik anak juga baik disertai dengan gizi yang baik pula. Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait yang ada, penelitian berasumsi, status gizi merupakan faktor Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 20
yang memiliki hubungan dengan motorik kasar anak. Status gizi yang baik akan membantu proses perkembangan motorik anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Dan anak yang gizi buruk dapat mempengaruhi kualitas perkembangan motorik anak. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Sebagian responden memiliki status gizi baik sebesar 67,7% 2. Sebagian besar responden memiliki perkembangan motorik kasar baik sebesar 74,2% 3. Ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar (p-value=0,006) Saran Diharapkan diberikan pengadaan sarana bermain yang memadai untuk merangsang perkembangan motorik dan psikologis anak serta perlu meningkatkan penyuluhan masalah kesehatan bagi masyarakat tentang kebutuhan gizi balita sehingga status gizi buruk balita dapat dicegah dan kurang gizi pada balita dapat teratasi dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, s., Adang, y. g., & Syntia, d. 2017. Gambaran Status Ekonomi Keluarga Yang Mempengaruhi Status Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin. Jurnal Keperawatan Suaka Insan, 2(1), 1-4. Dinkes Palembang. 2018. Profil Kesehatan Kota Palembang 2018. Palembang : Dinas Kesehatan Kota Palembang. Hidayat, A. A. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Jamilah, d. a. 2018. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Balita Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Balita Balai Desa Dukuhseti Kec. Dukuhseti Kab. Pati. Prosiding Hefa (Health Events For All). Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Nurlinda, A. 2013. Gizi Dalam Siklus Daur Kehidupan Seri Baduta (Untuk Anak 1-2 Tahun). Yogyakarta: Andi. Sa diya,lk. 2016. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita di Posyandu Dusun Samben Kabupaten Lamongan. Jurnal Sain Med. ISSN. Vol 7. No. 2. Desember 2016. Hal 36-90 Syafriani. 2015. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Balita Usia 1-5 Tahun Di Desa lubuk Muda Wilayah Kerja Puskemas Lubuk Muda Kabupaten Bengkalis. STIKES Tuanku Tambusai Riau. (Jurnal Gizi Stikes Tuanku Tambusai, Vol.3, No.1 Januari 2015, ISSN 977235598DD5, Hal 1-7). Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 21
TK Golden Age Pemda Palembang. 2018. Profil TK Golden Age Pemda Palembang Tahun 2018. Palembang: TK Golden Age Pemda Palembang Timuda, c. e. 2017. Hubungan Status Gizi Anak Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Bayi Dan Balita (0-59 Bulan) Di Puskesmas Pandanwangi Malang. Saintika Medika, 10(2), 115-122. Sunita, A. 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia. Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 22