BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepercayaan diri adalah suatu sifat-sifat dimana seseorang merasa yakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Perilaku Menyontek. Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan

Prilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Aat Agustini, MKM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Menyontek. tidak sah dan mengaku jawaban itu dari diri sendiri, menggunakan catatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prilaku menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB V HASIL PENELITIAN. Berdasarkan data valid kepercayaan diri remaja dan prestasi belajar

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah. Dikenal karena ada yang melakukan atau hanya sebatas mengetahui perilaku

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang diketahui pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ujian Nasional merupakan gerbang dari sebuah keinginan besar bahwa

PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

PERILAKU MENYONTEK SISWA SMA NEGERI DI KOTA PADANG SERTA UPAYA PENCEGAHAN OLEH GURU BK

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Pendidikan Karakter. Pendidikan karakter seharusnya sudah ditanamkan sejak dini,

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari hari tetapi jarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemalsuan data laboratorium dan tindak kecurangan. Menurut Mujahidah (2012 :4)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA. Skripsi

PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMA NEGERI 1 WIROSARI. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bab ini menguraikan definisi dari teori-teori yang dijadikan landasan berpikir

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. bukunya pengantar ilmu antropologi (2009: 146), mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terus membangun dan meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan.

BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

BAB I PENDAHULUAN. mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bersikap (Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN KECURANGAN AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group

KEJUJURAN AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS PADA SITUASI UJIAN. Naskah Publikasi

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI MENCONTEK SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 16 BANDA ACEH

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. dari segi budaya, social maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan

PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI DAN STRATEGI COPING. Kartika Solagrasia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan jujur. Namun hingga saat ini, masih ada masalah ketidakjujuran mahasiswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

PENDAHULUAN. mengajar yang berkaitan dengan program studi yang diikutinya serta hasil

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

PPKn. Dosen PJMK : Mohammad Adib. Artikel Ilmiah Populer/Essay Bebas. Pendidikan Anti Korupsi. Kelas D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

PENDAHULUAN. (academic dishonesty). McCabe (2009), menyebutkan bahwa ketidakjujuran

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan. pengalaman-pengalaman yang dapat memberi sumbangan yang berarti bagi

Interpersonal Communication Skill

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan memberikan fasilitas belajar yang optimal. Namun demikian

Rahayu Prihantari 1 ABSTRAK. Kata Kunci: Metode Apa? Lantas Bagaimana? Dan Sekarang Bagaimana?dalam Bimbingan Kelompok, kebiasaan mencontek, ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI

No Karakter Pengertian No 1. Bermutu adalah mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Bermutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Menyontek Bikin Untung Atau Buntung? Sugiyatno SPd Dosen BK FIP UNY

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

LAMPIRAN 1 KUESIONER KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN PERILAKU MENCONTEK

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal itu, sekolah-sekolah tidak akan bisa menghindari diri dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah

PETUNJUK PENGISIAN. Jawaban di atas ternyata salah dan akan diganti, menjadi : NO PERNYATAAN SS S TS STS 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan

SELF-REGULATED LEARNING SISWA YANG MENYONTEK (SURVEY PADA SISWA KELAS X DI SMA N 52 JAKARTA UTARA TAHUN AJARAN 2010/2011)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PENALARAN MORAL PADA REMAJA USIA TAHUN DALAM MELAKUKAN PERILAKU MENYONTEK DI SMA NEGERI X JAKARTA ARFIANTY ANDARYANI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah suatu sifat-sifat dimana seseorang merasa yakin terhadap dirinya sendiri. Keyakinan itu meliputi yakin terhadap kemampuannya, yakin terhadap pribadinya, dan yakin terhadap keyakinan hidupnya. Menurut Katner (2006) percaya diri adalah perasaan mampu melakukan sesuatu yang dimiliki seseorang yang menghubungkan harapan dengan kemampuan diri-sendiri dalam melakukan aktifitas yang terbentuk dari harapan-harapan positif seseorang untuk mendapat hasil yang diinginkan. Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayaan terhadap suatu hal yang diinginkan oleh manusia sehingga dapat terwujud akan mendatangkan kebahagiaan dan rasa senang. Albert Bandura (dalam Arief, 2008) mengemukakan bahwa kepercayaan diri yang bagus memiliki kontribusi besar terhadap motivasi. Hal ini mencakup antara lain: bagaimana individu merumuskan tujuan atau target untuk dirinya, bagaimana individu memperjuangkan targetnya, sekuat apa individu mampu mengatasi masalah yang muncul, dan setangguh apa individu mampu menghadapi kegagalannya. Lauster (dalam Yulianto dan Nashori, 2006) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri-sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan 9

hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri-sendiri. Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau untuk mencapai target tertentu (Adywibowo, 2010). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dinyatakan bahwa percaya diri merupakan keyakinan yang ada didalam diri seseorang, yakni: yakin terhadap kemampuan yang dimiliki, tidak terlalu cemas, merasa berharga, mempunyai keberanian, memiliki dorongan untuk berprestasi, dapat mengenal kelebihan dan kekurangan, memiliki harapan yang realistik, mampu berinteraksi dengan orang lain, serta mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. 2.1.2 Aspek-aspek Kepercayaan Diri Aspek-aspek kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Lauster (dalam Rondonuvu, 2013) adalah sebagai berikut: a. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa dia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya. b. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan. 10

c. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. d. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, suatu kejadian yang menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan. 2.1.3 Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri Menurut Lauster (dalam Rondonuvu, 2013) ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri adalah: a. Percaya akan kemampuan sendiri. Suatu keyakinan atas diri-sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi, yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi. Kemampuan adalah kompetensi yang dimiliki seseorang untuk meraih atau dapat diartikan sebagai bakat, kreatifitas, kepandaian, prestasi, kepemimpinan dan lain-lain di pakai untuk mengerjakan sesuatu. 11

b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan. Dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang di ambil. Individu terbiasa menentukan sendiri tujuan yang harus dicapai, tidak selalu bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi. c. Memiliki rasa positif terhadap diri-sendiri. Adanya penilaian yang baik dalam diri-sendiri baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri-sendiri. Sikap menerima apa adanya, akhirnya dapat tumbuh kembang sehingga orang percaya diri dan dapat menghargai orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. d. Berani mengungkapkan pendapat Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri, yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut. Individu dapat berbicara di depan umum tanpa ada rasa takut, berbicara menggunakan nalar, dan dapat berbincangbincang dengan orang lain. 12

Dari uraian di atas kepercayaan diri memilki beberapa aspek yang dapat menunjukan seseorang tersebut bisa dikatakan percaya diri atau tidak. 2.2 Perilaku Menyontek 2.2.1 Pengertian Perilaku Menyontek Donald D. Carpenter (dalam Hartanto, 2012) memaknai bahwa menyontek sebagai perilaku ketidakjujuran. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (dalam Depdiknas, 2008), menyontek berasal dari kata sontek yang berarti melanggar, mencontoh, menggocoh yang artinya mengutip tulisan dan lain sebagainya sebagaimana aslinya menjiplak. Dellington (dalam Hartanto, 2012) mengatakan bahwa menyontek merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapat keberhasilan dengan caracara tidak jujur. Menurut pendapat Athanasou dan Olasehinde (dalam Stevany, 2012) menyontek adalah kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak diperkenankan atau menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas akademik atau kegiatan yang dapat mempengaruhi proses penilaian. Taylor dan Carol (dalam Hartanto, 2012) menyontek adalah mengikuti ujian melalui jalan yang tidak jujur, menjawab pertanyaan yang tidak semestinya, melanggar aturan dalam ujian atau kesepakatan. Menurut Bower (dalam Kushartanti, 2013) mendefinisikan menyontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara tidak sah untuk tujuan yang sah dan terhormat yaitu mendapat keberhasilan akademik untuk menghindari kegagalan akademik. 13

Berdasarkan beberapa definisi menyontek di atas, dapat disimpulkan bahwa menyontek adalah niat atau keinginan seseorang untuk melakukan perbuatan curang, tidak jujur, tidak legal untuk mendapat jawaban pada saat tes, untuk memperoleh nilai secara tidak sah dengan memanfaatkan informasi dari luar. 2.2.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyontek Menurut Klausmeir (dalam Stevany, 2012), menyontek dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut: a. Menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian atau tes. b. Mencontoh jawaban siswa lain. c. Memberikan jawaban yang telah selesai kepada teman. d. Mengelak dari peraturan-peraturan ujian, baik yang tertulis dalam peraturan ujian maupun yang ditetapkan oleh guru. Hetherington dan Feldman (dalam Hartanto, 2012) mengelompokan empat bentuk menyontek, yaitu: a. Social-Active. 1. Melihat jawaban teman yang lain ketika ujian berlangsung. 2. Meminta jawaban kepada teman yang lain ketika ujian sedang berlangsung. b. Individualistic-Opportunistic. 14

1. Menggunakan catatan yang digunakan pada saat ujian akan berlangsung. 2. Melihat atau menyalin sebagian atau seluruh hasil kerja teman lain. 3. Menggunakan hp atau alat elektronik lain yang dilarang ketika ujian sedang berlangsung. c. Invidual-Planned. 1. Mengganti jawaban dari buku teks ketika guru keluar dari kelas. 2. Membuka buku teks ketika ujian sedang berlangsung. 3. Memanfaatkan kelengahan atau kelemahan guru ketika menyontek. d. Social-passive. 1. Mengijinkan orang lain melihat jawaban ketika ujian sedang berlangsung. 2. Membiarkan orang lain menyalin pekerjaan. 3. Memberi jawaban tes kepada teman pada saat ujian sedang berlangsung. 2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek pada saat ujian menurut Agustin (2011) adalah: a. Tekanan yang terlalu besar diberikan kepada hasil studi berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif. b. Pendidikan moral, baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan siswa. 15

c. Sikap malas yang tertanam dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab. d. Kurang mengerti arti dari pendidikan. Perilaku menyontek ini akan mengakibatkan perilaku atau watak tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak mau membaca buku pelajaran, tetapi rajin membuat catatan kecil-kecil untuk bahan menyontek, menghalalkan segala macam cara dan akhirnya menjadi koruptor. Dengan demikian tampak bahwa perilaku menyontek secara tidak langsung membelajarkan kepada siswa untuk menjadi koruptor. Menurut Sosilowati (dalam Chandrawati, 2011) pelajar yang melakukan menyontek disebabkan beberapa faktor, yaitu: a. Merasa lebih tahu dan mampu mencari strategi yang tepat jika perilaku menyontek diketahui orang lain. b. Merasa berada dalam kondisi yang terdesak. Pelajar yang merasa soalnya terlalu sulit berpotensi untuk menyontek. c. Lebih berfokus pada hasil dari pada proses. Pelajar yang mempersepsi bahwa mendapat nilai baik dengan terlalu tinggi membuat anak cenderung gagal. 16

2.3 Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Perilaku Menyontek Kepercayaan diri berpengaruh negatif terhadap perilaku menyontek. Hasil penelitian Petrus Galih Purnomo Raharjo (2015) menemukan bahwa secara statistik terdapat pengaruh yang negatif antara kepercayaan diri dengan perilaku menyontek. Hal ini diketahui berdasarkan hasil uji t diperoleh t hitung sebesar -5,930 lebih besar dari pada nilai t tabel sebesar 1,664 pada taraf signifikasi 5% atau p (0,00 0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan kepercayaan diri terhadap perilaku menyontek. Kepercayaan diri yang semakin tinggi maka akan menurunkan perilaku menyontek dan sebaliknya. Artinya bahwa semakin tinggi kepercayaan diri siswa, semakin rendah perilaku menyontek. Semakin rendah perilaku menyontek, semakin tinggi kepercayaan diri siswa. Jadi, apabila seseorang memiliki kepercayaan diri yang baik, segala perilakunya akan tertuju pada keberhasilan. Adywibowo (2010) mengemukakan bahwa keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki dapat menampilkan perilaku tertentu untuk mencapai target yang diinginkan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah dapat menimbulkan perilaku yang negatif dalam pencapaian tujuan. Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri berpengaruh negatif terhadap perilaku menyontek. Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian bahwa kepercayaan diri mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku menyontek. Dengan demikian hasil temuan tersebut semakin mendukung hipotesa yang telah penulis ajukan dalam penelitian ini. 17

2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah Ada Pengaruh yang Signifikan Kepercayaan Diri terhadap Perilaku Menyontek pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2015 di Universitas Kristen Satya Wacana. 18