BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki ciri khas budaya masing-masing. Seperti beragam jenis tarian,

dokumen-dokumen yang mirip
MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki peran yang sangat penting dalam eksistensinya. Bahasa

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebudayaan itu pula Indonesia maempu dikenal masyarakat

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fini Trisa, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. makanan tidak hanya sekadar untuk mengenyangkan perut, kini orang. Globalisasi merupakan proses berkembangnya era baru dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

Bahasa Daerah: Kekayaan Budaya Yang Harus Tetap Lestari (Dalam Rangka Peringatan Hari Bahasa Ibu Sedunia)

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting keberadaanya.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas budaya masing-masing. Seperti beragam jenis tarian, jenis alat musik tradisional, rumah adat, pakaian adat dan juga bahasa. Keberagaman ini sejatinya membuat kita kaya akan budaya, dan semakin mencintai budaya kita sendiri demi mempertahankan eksistensinya dan menunjukkan identitas kita sendiri. Bahasa adalah salah satu bentuk keberagaman budaya itu. Keanekaragaman bahasa daerah dan budaya merupakan keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Hal ini merupakan kekayaan yang harus dilestarikan oleh setiap masyarakat Indonesia, terutama bagi generasi penerus agar aset budaya kita tidak hilang terhapus oleh zaman. Keanekaragaman bahasa dapat mencirikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan kebudayaannya. Bahasa daerah merupakan bahasa induk yang menampilkan ciri khas dan identitas dari daerah-daerah yang beraneka ragam di Indonesia. Bahasa daerah ini dipahami oleh setiap masyarakat di daerah Indonesia sebagai warisan budaya demi mempertahankan aset negara khususnya di zaman modernisasi seperti saat ini. Dengan mendengar dan mengamati bahasa yang digunakan seseorang, kita dapat menebak darimana seseorang itu berasal, karena setiap bahasa memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Sementara itu, bahasa Indonesia merupakan 1

bahasa Nasional yang digunakan oleh negara kita untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang berbeda suku dan juga dalam situasi formal. Remaja adalah generasi yang bertugas menjaga keberlangsungan bahasa itu sendiri, merekalah yang akan memperkenalkan bahasa Induk atau bahasa Ibu atau bahasa Daerah kepada generasi berikutnya. Jika remaja, sudah tidak lagi menggunakan bahasa Induknya dalam berkomunikasi, tentu bahasa Induk itu akan punah seiring berjalannya waktu. Mengutip pernyataan Reyhner dan Anonby, Chaer dalam bukunya Sosiolinguistik sebagai Perkenanalan Awal menuliskan bahwa bahasa memiliki jalinan yang sangat erat dengan budaya sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan Karena begitu eratnya jalinan antara bahasa dan budaya, tanpa bahasa, budaya kita pun akan mati. Hal ini bisa terjadi karena, sebagaimana dikatakan oleh Fishman (Chaer, 2004) bahasa adalah penyangga budaya, sebagian besar budaya terkandung di dalam bahasa dan diekspresikan melalui bahasa, bukan melalui cara lain. Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa dalam berinteraksi masyarakat dalam satu daerah, di samping bahasa Indonesia yang dipakai sebagai sarana pendukung sastra serta budaya daerah atau masyarakat etnik di wilayah Republik Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan rumpun bahasa Melayu, dan bahasa asing tidak masuk dalam kategori bahasa daerah. Kemudian, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007, juga dijelaskan mengenai batasan 2

bahasa daerah, yaitu bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan interaksi antaranggota masyarakat dari suku atau kelompok etnis di daerah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Batasan tersebut tidak menyebutkan secara jelas asal-usul bahasa dan penuturnya. Oleh karena itu, batasan bahasa daerah itu disempurnakan lagi dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedudukan bahasa daerah dijamin kelestarian dan kedudukannya pada pasal 36 bab XV UUD 1945 yang memiliki lima fungsi, yaitu sebagai: (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) sarana perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, (4) sarana pendukung dan pengembangan budaya daerah dan bahasa Indonesia, serta (5) pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia. Sementara itu, dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa Indonesia, (2) bahasa pengantar di tingkat permulaan sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan/atau pelajaran lain, dan (3) sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia. Selain itu, dalam situasi tertentu bahasa daerah dapat menjadi pelengkap bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintah di tingkat daerah (Chaer, 2004:226). 3

Mengingat pentingnya bahasa daerah atau bahasa ibu dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Denhura (201 5) memaparkan bahwa UNESCO telah menetapkan setiap tanggal 21 Februari menjadi Hari Bahasa Ibu Internasional (HBII) atau International Mother Language. HBII 2014 memiliki dua tujuan utama: pertama, mempromosikan persatuan dalam keberagaman serta mendorong pemahaman tingkat internasional, multilingualisme (kecakapan menuturkan banyak bahasa) dan multikulturalisme. Kedua, untuk mempromosikan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar bagi pendidikan di tingkat dasar. Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Lauder (2014), dalam penelitiannya di Indonesia menemukan, globalisasi dan modernisasi memicu hilangnya bahasa daerah. Kepunahan terjadi karena jumlah penuturnya yang semakin sedikit. Bahkan, di Papua sudah ada sembilan bahasa daerah yang punah karena jumlah penuturnya di bawah 500 orang. Apalagi penuturnya sendiri sudah tua dan belum ada yang menggantikan. Pakar Filologi dari Universitas Indonesia Edi Setiyawati, seperti yang ditulis Denhura (2015), juga mengakui ancaman kepunahan terhadap bahasabahasa lokal sedikit banyak dipengaruhi pola pikir masyarakat terhadap keberadaan bahasa pemersatu, Bahasa Indonesia. Kepunahan bahasa daerah di Indonesia diantaranya ditunjukkan data satu dari 50 bahasa daerah di Kalimantan terancam punah. Dua dari 13 bahasa daerah di Sumatera terancam punah dan satu bahasa sudah punah. Berdasarkan hasil penelitian Arief Rachman ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk 4

UNESCO, kondisi tersebut diperparah dengan 72,5 persen siswa di beberapa SMA di Jakarta tidak menggunakan bahasa daerah untuk komunikasi dalam keluarga karena kebanyakan orang tua menganggapnya tidak penting. Bahasa yang berkembang di sana adalah bahasa prokem dan asing supaya dianggap modern (Denhura, 2014). Bahasa daerah memiliki peran penting dalam suatu bangsa, apalagi bagi bangsa Indonesia yang memiliki begitu banyak ragam bahasa. Namun seiring dengan perkembangan zaman di era modernisasi seperti saat ini, bahasa daerah atau bahasa ibu sudah mulai ditinggalkan dengan berbagai alasan. Hal ini sudah mulai dirasakan di ranah Minang khususnya pada remaja-remaja di Kota Padang. Dapat dilihat gaya berbahasa hampir sebagian besar remaja Minang khususnya di Kota Padang yang lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia- Minang dalam komunikasi sesama mereka sehari-harinya. Penulis melihat kebiasaan seperti ini dapat merusak tatanan bahasa Minang sebagai bahasa Induk kita, dan bukan tidak mungkin suatu saat mengancam keberadaan bahasa Minang itu sendiri. Sedangkan, sebagai penerus bangsa, bahasa induk adalah bahasa yang harus kita pertahankan eksistensinya demi menjaga kelestarian bahasa daerah khususnya bahasa Minang sebagai salah satu aset negara. Modernisasi yang berkembang dengan pesat serta pengaruh westernisasi yang semakin sulit disaring, turut mempengaruhi keberadaan bahasa Minang di dalam masyarakat, khususnya bagi kalangan remaja. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran bagi kita semua sebagai warga negara Indonesia. Arus 5

modernisasi secara perlahan dikhawatirkan dapat menghilangkan kecintaan remaja terhadap bahasa daerahnya sendiri, dan beranggapan bahwa seorang remaja tidak gaul kalau tidak menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan mereka sehari-hari, dan mereka yang menggunakan bahasa Minang seakan dianggap kampungan. Gejolak sosial seperti inilah yang membuat remaja lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari. Seperti yang telah penulis paparkan di atas, bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa pengantar saat berkomunikasi antara masyarakat di dalam satu daerah, yang mampu mempererat keakraban satu sama lain, sementara bahasa Indonesia adalah sebagai sarana pendukung bagi masyarakat antar suku di wilayah Republik Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, penggunaan bahasa ibu dengan masyarakat satu daerah lebih baik dibandingkan dengan bahasa Indonesia Remaja lebih suka menggunakan bahasa gaul atau dalam remaja Minang, mereka lebih suka mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Minang dari pada menggunakan bahasa Minang itu sendiri, tanpa mereka sadari kebiasaan mereka yang seperti itu membuat mereka secara tidak sadar membunuh keberadaan bahasa Minang itu sendiri. Hal ini tentu akan berdampak ke masa depan dimana generasi penerus kita nanti tidak lagi memiliki bahasa Minang sebagai warisan budaya Minangkabau itu sendiri. Sebagai contoh percakapan remaja dengan menggunakan bahasa Indonesia Minang adalah sebagai berikut: 6

Ani: Ada kamu ambil pena aku disini tadi? Ana: Mana pula ada aku ambil, aku aja ada pena dek kamu. Ani: Kamu biasa ambil-ambil mah. Ana: Dak ada aku gitu do lah, jangan sembarang aja kamu. [Ani: Apakah kamu tadi mengambil pena saya yang ada disini? Ana: Mana mungkin saya yang mengambil, saya kan juga memiliki pulpen. Ani : Biasanya kan kamu yang suka mengambil-ambil Ana : Saya tidak pernah seperti itu, kamu jangan asal bicara] Dapat kita lihat bahwa selain mengancam keberadaan bahasa Minang di masa yang akan datang, penggunaan bahasa seperti di atas juga merusak keindahan tatanan bahasa itu sendiri, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Minang. Berdasarkan uraian di ataslah yang melatarbelakangi penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penggunaan Bahasa Indonesia- Minang (Bahasa Campuran) dalam Komunikasi Remaja Kota Padang (Study Fenomenologi: Penggunaan Bahasa Indonesia-Minang Pelajar SMA Adabiah Padang). Penulis menilai, kecendrungan remaja dalam menggunakan bahasa Indonesia-Minang dalam komunikasinya sehari-hari merupakan fenomena sosial yang melahirkan perubahan sosial besar dalam masyarakat dan mengamcam keberadaan warisan budaya, terutama bahasa daerah di Minangkabau. 7

1.2 Rumusan Masalah Dari uraian pada latar belakang dan ruang lingkup di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana fenomena penggunaan bahasa Indonesia-Minang dalam komunikasi sehari-hari remaja di Padang? 2. Apa motivasi yang melatarbelakangi remaja untuk menggunakan bahasa Indonesia-Minang dalam berkomunikasi sesamanya? 1.3 Tujuan penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui fenomena penggunaan Bahasa Indonesia-Minang dalam komunikasi sehari-hari remaja. 2. Untuk mengetahui motivasi remaja menggunakan bahasa Indonesia- Minang dalam komunikasinya sehari-hari. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Akademis Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan dalam evaluasi tentang Fenomena Penggunaan Bahasa Indonesia-Minang dalam Komunikasi Sehari-hari Remaja. 8

2. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai media pengembangan Ilmu Komunikasi. 3. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi kajian-kajian komunikasi khususnya dalam kajian sosiologi komunikasi. 9

10