BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Masyarakat Masyarakat adalah istilah yang yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari, adalah masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari bahasa Latin socius, yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri berasal dari kata Arab syirik yang berarti bergaul. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi. (Koentjaraningrat, 1979: 157-158) Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia dengan atau karena sendirinya berkaitan antara golongan kecil dan golongan besar yang mempengaruhi satu sama lain (Hassan Shadily, 1983: 47). Masyarakat bukan hanya sekedar suatu penjumlahan individu yang semata-mata melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka, sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri cirinya sendiri (Berry, 1981: 5). 2. Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat (1974: 19), kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian, kebudayaan itu dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kebudayaan ialah sekalian warisan masyarakat baik berupa materiil maupun spiritual yang menentukan hari kini dan hari depan mereka melalui pendukung-pendukungnya sejak dahulu (Mahjunir, 1967: 51). Dari kesimpulan pendapat diatas dapat disimpulkan kebudayaan adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam sebuah ide dan tercipta sebuah kebiasaan suatu hasil pemikiran manusia yang didasari 4
tuntutan dalam hidup. Ciri khas dari setiap kebudayaan dipengaruhi salah satunya keadaan geografis dan lingkungan sekitar. 3. Tradisi Tradisi atau kebiasaan merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang. Tradisi yang telah membudaya akan menjadi sumber dalam berakhlak dan berbudi pekerti seseorang. Tradisi, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan waktu atau agama yang sama. (James Paul Piyoh, 2014: 11-12). Dengan demikian tradisi merupakan gambaran sikap sekelompok masyarakat yang dilakukan secara turuntemurun, untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai yang dipercaya oleh masyarakat. 4. Selamatan Selamatan adalah suatu upacara makan bersama makanan yang telah diberi doa sebelum dibagi-bagikan. Selamatan itu tidak terpisahkan dari pandangan alam pikiran partisipasi tersebut di atas, dan erat hubungannya dengan kepercayaan kepada unsur-unsur kekuatan sakti maupun mahlukmahluk halus tadi. Sebab hampir semua selamatan ditujukan untuk memperoleh keselamatan hidup dengan tidak adanya gangguan-gangguan apapun. Hal itu juga terlihat pada asal kata nama upacara sendiri, yakni kata selamat. Tradisi ini biasanya dipimpin oleh seorang modin, yakni salah seorang pegawai masjid yang antara lain berkewajiban mengucapkan adzan. Ia dipanggil karena dianggap mahir membaca doa keselamatan dari dalam ayat-ayat al-quran. Upacara selamatan dapat digolongkan kedalam beberapa macam selamatan sesuai dengan peristiwa atau kejadian dalam kehidupan manusia sehari-hari, yakni: (1) Selamatan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian, dan setelah panen padi; (2) Selamatan berhubungan dengan hari-hari besar serta bulan-bulan besar Islam dan; (3) Selamatan pada saat-saat yang tidak tertentu, berkenaan dengan kejadiankejadian, seperti membuat perjalanan jauh, menempati rumah kediaman 5
baru, menolak bahaya (ngruwat), janji kalau sembuh dari sakit (kaul) dan lain-lain (Koentjaraningrat 1971: 340-341). Selamatan merupakan suatu prosesi kegiatan pada masyarakat tradisional yang memiliki kepercayaan dan keseimbangan meyakini antara dunia nyata dan dunia gaib, dimana masyarakat mengharapkan keselamatan dunia dan akhirat.selamatan yang dimaksud oleh peneliti adalah selamatan yang bertalian dengan bersih desa guna sebagai tanda syukur warga desa atas keselamatan yang diterima selama setahun itu. 5. Simbol Simbol berasal dari bahasa Yunani Symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol adalah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan perantara pemahaman terhadap objek. Simbol atau Lambang juga bisa diartikan sebagai suatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman si subjek pada objek (Budiono Herusatoto, 2008: 17-18). Dalam penelitian ini yang dimaksud simbol adalah ciri-ciri atau tanda tentang suatu hal atau keadaan yang dipahami oleh masyarakat sebagai penuntun pemahaman kepada suatu objek. 6. Gotong royong Menurut Koentjaraningrat (Panjaitan, 2013: 11) menyatakan bahwa gotong royong merupakan suatu sistem pengerahan tenaga kerja tambahan dari luar kalangan keluarga, untuk mengisi kekurangan tenaga kerja pada masa-masa sibuk dalam siklus pertanian padi di sawah. Gotong royong membuat pekerjaan menjadi lebih ringan dan dijalankan dengan gembira. Memperkuat tali persahabatan, perasaan senasib sepenanggungan, membangun sikap tolong menolong. Gotongroyong adalah kerja keras dan kerja sama suka rela dalam kehidupan bersama. Dalam kehidupan bersama, Masyarakat gotongroyong bekerja keras menghadapi berbagai permasalahan bersama (Panjaitan, 2013: 80). Koentjaraningrat (1974: 59) merupakan suatu konsep yang erat bersangkut paut dengan kehidupan rakyat sebagai petani dalam masyarakat agraris. Sementara itu menurut Koentjaraningrat (Umar Kayam, 1983: 27) menyamakan sistem gotongroyong dengan sistem tolong menolong dalam 6
masyarakat komunitas kecil. Aktivitas tolong menolong itu sendiri dapat dibedakan misalnya: a. Tolong menolong dalam aktivitas pertanian b. Tolong menolong dalam aktivitas sekitar rumah tangga c. Tolong menolong dalam aktivitas persiapan pesta dan upacara d. Tolong menolong peristiwa kecelakaan, bencana dan kematian. Demikian maka dengan gotong royong mencangkup suatu konotasi kerjasama/tolong menolong. Dalam penelitian ini pemahaman gotong royong adalah sikap bahu membahu dan meringankan suatu beban pekerjaan bertujuan untuk kepentingan bersama. B. Penelitian yang Relevan Untuk mendukung hasil penelitian, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu : 1. Siget Ariyanto, 152007013. Peran Upacara Midang Dalam Meningkatkan Kerukunan Masyarakat Desa Jatirejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, 2011. Penelitian ini menjelaskan peeranan utama upacara midang dalam kehidupan sosial yaitu sebagai pemersatu antar warga sehingga terjalin suatu hubungan yang erat yang menumbuhkan rasa persaudaraan. Peran dalam meningkatkan kerukunan masyarakat desa Jatirejo yaitu memupuk rasa kebersamaan tanpa memandang status sosial. 2. Widodo, Makna Tradisi Saparan Bagi Masyarakat Dusun Mulungan Kelurahan Nogosaren Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Skripsi, Salatiga: Progdi Sejarah FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, 2015. Penelitian ini menjelaskan tradisi saparan merupakan tradisi turun temurun yang diwarisi oleh nenek moyang yang tetap menjaga kelestariannya sampai sekarang. Tradisi saparan merupakan wadah dalam mempererat kerukunan dan hilai-nilai pendidikan yang terkandung didalamnya. 7
Dari kedua hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan di atas, terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu sebuah tradisi dengan kaitannya dengan kepercayaan masyarakat yang masih meyakini ajaran dari nenek moyang dan masih melestarikannya walaupun paham ajaran modern telah masuk di kehidupan sehari-harinya, dan merupakan suatu tradisi Jawa. Sedangkan perbedaannya ialah dari segi ajaran dalam kepercayaannya, masing-masing halnya banyak terpaku dalam ajaran Islam dan Hindu. Dari pemaparan diatas telah jelas mengenai perbedaan dan persamaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitianpenelitian yang sudah dilakukan. Oleh karena itu penelitian yanag berjudul Tradisi Kadeso Dengan Nilai Gotong Royong Dalam Masyarakat Desa Randugunting Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang dapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-penelitian sebelumnya. 8