Oleh : Rina Nuraeni. desain cross sectional dengan total sampel 57 orang. Data yang digunakan adalah data

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Buku Kesesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Rancamanyar Baleendah Kabupaten Bandung

Oleh : Desi Evitasari, Selvia Septiani ABSTRAK. : Pengetahuan, Ibu Hamil, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGANSIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN USIA DINI DI DESA CIWARENG KECAMATAN BABAKAN CIKAO KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2011

Oleh : Suyanti ABSTRAK

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Risiko Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya perilaku dalam perawatan bayi baru lahir disebabkan kurangnya. pengetahuan akan perawatan bayi baru lahir.

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG BUKU KIA DI BPM EMI KERTAMANA, SST TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN PROSES PERSALINAN DI RUANG BERSALIN BLUD RUMAH SAKIT KABUPATEN KONAWE

periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik Total

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Saver (MPS) di

Diah Eko Martini ...ABSTRAK...

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN VULVA HYGIENE DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS DI BPS TMM DJAMINI DAMUN

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF SECARA LENGKAP OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG

Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

MEDIA INFORMATIF TENTANG PERAWATAN KEHAMILAN PADA KELAS IBU HAMIL

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA PARAMEDIS TENTANG PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KETERATURANANTENATAL CAREPADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

HUBUNGAN KOMPETENSI BIDAN DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENGENAI PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR DI DESA BABAKAN WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Rina Nuraeni ABSTRAK Perawatan tali pusat adalah cara-cara atau teknik-teknik yang dilakukan untuk menjaga agar tali pusat tetap bersih supaya tidak terjadi infeksi tali pusat. Sementara di Kertajati diketahui bahwa yang mengalami infeksi neonatorum sebesar 7,7%. Yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu belum diketahuinya Hubungan Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Babakan Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu nifas dengan tingkat pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Babakan. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain cross sectional dengan total sampel 57 orang. Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan alat ukur kuisioner, dalam kuisioner terdapat 11 pertanyaan. Uji yang digunakan adalah uji chi square. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa ibu yang pengetahuan buruk sebesar 34% ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir value = 0,000 ( < 0,05), ada hubungan antara paritas dengan pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir value = 0,000 ( < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, umur, paritas, dan pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Saran kepada bidan desa dan tenaga kesehatan agar memberi informasi atau penyuluhan yang intensif tentang cara perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yang baik dan benar pada saat pemeriksaan kehamilan dan pada saat ibu sehabis melahirkan khususnya bagi ibu primipara. Kata kunci : Perawatan Tali Pusat Kepustakaan : 26 sumber (1983-2015) 1

LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan yang besar artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksana pembangunan seluruh masyarakat Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2015). Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan. Peningkatan kesehatan ( promotif), pencegahan penyakit ( preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan (Departemen Kesehatan RI, 2015). Dalam hal ini peranan keberhasilan pembangunan kesehatan sangat menentukan. Penduduk yang sehat bukan saja akan menunjang keberhasilan program pendidikan, tetapi juga mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk. Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua sektor terkait, pemerintah swasta dan masyarakat (BPS, 2013). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kehidupan sehat bagi semua orang, agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), umur harapan hidup dan angka kematian balita (Departemen Kesehatan RI, 2015). Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien (Departemen Kesehatan RI, 2014). Di Indonesia, program kesehatan bayi tercakup didalam upaya rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS), target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah menurunkan angka kematian neonatal dari 25 per 1000 kelahiran hidup (tahun 1997) menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (tahun 2010) (Awanwati, 2006). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2014-2015. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Demikian pula Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2015 tercatat Angka Kematian Bayi (AKB) sebanyak 35 tiap 1000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki AKI tertinggi yaitu 321 per 100.000 kelahiran hidup, AKB sebesar 43 per 1000 kelahiran hidup (Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2015). Jumlah kasus tetanus neonatorum di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 175 kasus dengan angka kematian (CFR) 56%. Angka ini sedikit menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diduga karena meningkatnya cakupan 2

persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun secara keseluruhan CFR masih tetap tinggi. Penanganan kasus tetanus neonatorum memang tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah ucaha pencegahan yakni pertolongan persalinan yang higienis dan ditunjang dengan imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil serta perawatan tali pusat yang tepat (Profil Departemen Kesehatan RI, 2015). Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, rasio kematian bayi pada tahun 2014 sebanyak 470 per 1000 kelahiran hidup atau 21.935 (2,14%), sedangkan pada tahun 2015 meningkat menjadi 510 per 1000 kelahiran hidup atau 20.924 (2,43%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2015). Dari 29 puskesmas di Kabupaten Majalengka Tahun 2015 jumlah kasus kematian bayi diketahui 346 bayi. Berdasarkan umur kematian 0-7 hari, penyebabnya adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 35,55%, asfiksia 19,94%, infeksi 3,5%, dan lain-lain 10,7%. Banyak hal yang bisa mencegah terjadinya kematian bayi baru lahir, diantaranya adalah dengan memberi perawatan kepada bayi baru lahir. Khususnya perawatan tali pusat, untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat terutama penyebab tetanus neonatorum. Perawatan ini tidak hanya selalu dilakukan oleh tenaga kesehatan tetapi bisa juga dilakukan oleh ibu atau keluarga di rumah. Berdasarkan data di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Tahun 2015, menyatakan bahwa jumlah kematian bayi sebanyak 13 kasus dengan penyebab kematiannya adalah BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah) sebanyak 1 kasus (7,7%), asfiksia 1 kasus (7,7%), IUFD (Intra Uteri Fetal Death) 5 kasus (38,5%), aspirasi 4 kasus (30,7%), pneumonia 1 kasus (7,7%), dan yang mengalami infeksi neonatorum 1 kasus (7,7%) (UPTD Puskesmas Kertajati, ). Dari beberapa desa yang ada di Wilayah Kertajati ternyata Desa Babakan terdapat kasus tetanus neonatorum. Hal ini dapat disebabkan karena kurang optimalnya perawatan tali pusat sebagai dampak pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat rendah. Kurangnya pengetahuan ibu terhadap perawatan tali pusat dapat dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya faktor usia, paritas, pendidikan. Dari faktor umur, ibu yang rata-rata berusia 20-35 tahun cenderung pengetahuannya tinggi dalam mengetahui perawatan tali pusat. Dari faktor paritas, ibu primipara biasanya cenderung tidak mengetahui perawatan tali pusat dikarenakan kurangnya pengalaman ibu dalam merawat tali pusat, sedangkan ibu multipara cenderung mengetahui perawatan tali pusat. Faktor pendidikan, pendidikan ibu yang rata-rata hanya lulus Sekolah Dasar (SD) menyebabkan ibu tidak mengetahui perawatan tali pusat, sedangkan ibu yang pendidikannya tinggi cenderung mengetahui perawatan tali pusat. Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik ibu nifas dengan tingkat pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun. 3

METODOLOGI PENELITIAN Jenis yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang mengenai bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko yang efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 1993). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Desa Babakan Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka tahun sebanyak 57 orang. Pada penelitian ini diambil dengan cara menggunakan total sampling yaitu seluruh ibu nifas yang melahirkan normal di Desa Babakan Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun. HASIL PENELITIAN 4.1.1 Analisis Univariat 4.1.1.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu di Desa Babakan Tingkat Pengetahuan Jumlah % Buruk 23 40,4 Baik 34 59,6 Jumlah 57 100 Dari tabel 4.1 diketahui bahwa hampir setengahnya ibu mempunyai pengetahuan yang buruk mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir (40,4%) dan ibu dengan pengetahuan baik sebesar 59,6%. 4.1.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Desa Babakan Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Umur Ibu di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun 4

Umur Ibu Jumlah % > 35 tahun 22 47,4 < 35 tahun 30 52,6 Jumlah 57 100 Berdasarkan sajian tabel di atas memperlihatkan bahwa hampir setengahnya (52,6%) yang berumur < 35 tahun, sedangkan ibu yang berumur > 35 tahun hanya (47,4%). Hal ini menunjukkan lebih dari setengahnya ibu nifas berumur < 35 tahun. 4.1.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Paritas Ibu di Desa Babakan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Paritas Ibu di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun Paritas Jumlah % Primipara 16 28,1 Multipara 41 71,9 Jumlah 57 100 Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa ibu dengan multipara sebesar 71,9%, sedangkan primipara di Desa Babakan sebanyak 28,1%. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar ibu nifas adalah multipara, yang memungkinkan ibu mempunyai pengalaman dalam perawatan tali pusat pada bayinya. 4.1.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Babakan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Babakan Pendidikan Jumlah % Rendah 24 42,1 Tinggi 33 57,9 Jumlah 57 100 5

Dari sajian tabel di atas memperlihatkan bahwa sebesar 57,9% ibu berpendidikan tinggi, sedangkan ibu yang berpendidikan rendah sebanyak 42,1%. Artinya lebih dari setengahnya ibu nifas mempunyai pendidikan tinggi. 4.1.2 Analisis Bivariat 4.1.2.1 Hubungan Umur Ibu dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun Tabel 4.5 Hubungan Umur Ibu dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Babakan Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun Tingkat Umur Kurang Pengetahuan Baik Total n % n % n % > 35 tahun 3 11,1 24 88,9 27 100 < 35 tahun 20 66,7 10 33,3 30 100 Jumlah 23 40,4 34 59,6 57 100 value x 2 0,000 15,987 Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa umur ibu > 35 tahun dengan pengetahuan kurang sebesar 11,1 %, sedangkan ibu yang mempunyai umur < 35 tahun dengan pengetahuan kurang yaitu sebesar 66,7 %. Kedua proporsi tersebut menunjukkan perbedaan yang bermakna seperti terlihat dari hasil uji chi-square, yakni nilai value = 0,000 ( < 0,5) sehingga keputusannya H 0 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pengetahuan mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Babakan. 4.1.2.2 Hubungan Paritas dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Babakan Tabel 4.6 Hubungan Paritas Ibu dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Babakan 6

Tingkat Paritas Kurang Pengetahuan Baik Total n % n % n % Primipara 15 93,8 1 6,3 16 100 Multipara 8 19,5 33 80,5 41 100 Jumlah 23 40,4 34 59,6 57 100 value x 2 0,000 23,358 Tabel di atas memperlihatkan bahwa ibu primipara dengan pengetahuan kurang sebesar 93,8% sedangkan ibu multipara dengan pengetahuan kurang sebesar 19,5%. Hal tersebut menunjukkan perbedaan yang cukup besar, dan hal ini menunjukkan perbedaan yang bermakna seperti terlihat dari hasil uji chi-square, yakni nilai value = 0,000 ( < 0,05) sehingga keputusannya H 0 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di desa Babakan Kertajati Kabupaten Majalengka tahun. 4.1.2.3 Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun Tabel 4.7 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Desa Babakan Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun Tingkat Pendidikan Kurang Pengetahuan Baik Total n % n % n % Rendah 22 91,7 2 8,3 24 100 Tinggi 1 3,0 32 97,0 33 100 Jumlah 23 40,4 34 59,6 57 100 value x 2 0,000 41,764 Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah dengan pengetahuan kurang sebesar 91,7%, sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi dengan pengetahuan kurang sebesar 3,0%. Hal tersebut menunjukkan proporsi ibu yang berpendidikan rendah, dengan pengetahuan kurang dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi dengan pengetahuan kurang. Dan 7

hal ini menunjukkan perbedaan yang bermakna seperti terlihat dari hasil uji chi-square, yakni nilai value = 0,000 ( < 0,05) dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun. PEMBAHASAN Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru lahir di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan kurang mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sebanyak 40,4%, sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan baik sebesar 59,6%. Dengan prosentase pengetahuan buruk mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yang cukup besar ini, dapat menjadi gambaran bahwa masih adanya ibu yang belum mengetahui perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan pengetahuan tingkat yang cukup dalam domain kognitif (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan, pengalaman ibu nifas merawat bayi, media cetak contohnya majalah-majalah tentang rubrik pada bayi, faktor petugas dan pelayanan kesehatan yang meliputi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) khu susnya mengenai perawatan tali pusat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Damandin bahwa yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulasi tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimulasi. Karakteristik itu bisa meliputi pendidikan dan pengetahuan (Damandin, 2009). Untuk meningkatkan pengetahuan, maka perlu dilakukan konseling yang diberikan kepada ibu dan keluarga hendaknya dengan bahasa yang bisa dengan mudah dimengerti oleh ibu, karena dengan dimengertinya penyuluhan yang diberikan oleh bidan, maka akan mampu meningkatkan pengetahuan pada ibu. Meningkatnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat merubah perilaku ibu dan ibu akan melaksanakan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Desa Babakan Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan pengetahuan mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Babakan. Hal ini sesuai dengan teori yang 8

menyatakan bahwa umur adalah usia individu yang terhitung saat lahir sampai berulang tahun. Pada usia reproduksi (20-35 tahun) terjadi kesiapan respon maksimal baik dalam mempelajari sesuatu atau menjelaskan hal-hal tertentu dan setelah itu sedikit demi sedikit menurun seiring dengan bertambahnya umur (Manuaba, 1997). Pengetahuan, keinginan, sikap dan sebagainya ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain yaitu sosiobudaya masyarakat, dan lainnya. Berdasarkan pengalaman, pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Berarti semakin bertambah umur, maka pengalaman dan pengetahuan pun semakin bertambah (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan Rohanah (201 2) menyatakan bahwa faktor umur ada hubungan dengan perilaku ibu dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa umur ibu yang > 35 tahun cenderung lupa pada perawatan tali pusat. Oleh sebab itu bidan dan tenaga kesehatan harus lebih terfokus dengan memberikan informasi tentang perawatan tali pusat, pada ibu yang berusia > 35 tahun dengan cara memberi penyuluhan dan konseling kepada ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat khususnya ibu yang berusia > 35 tahun. Hubungan Paritas dengan Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Desa Babakan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa paritas bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Misalnya seorang ibu primipara cenderung tidak mengetahui perawatan tali pusat dikarenakan kurangnya pengalaman ibu dalam merawat tali pusat, sedangkan ibu multipara cenderung mengetahui perawatan tali pusat karena lebih mempunyai pengalaman sebelumnya tentang perawatan tali pusat (Bobak, 2004). Proses melahirkan merupakan pengalaman yang mungkin terus terulang, terlebih bagi mereka yang memiliki anak lebih dari 2 (multipara). Penga laman demikian dapat menjadi sandaran atau acuan para ibu dalam ingatannya bagaimana mereka harus melewati proses kelahiran anaknya. Sehingga tidak jarang pengalaman melahirkan pertama kali akan menuntun proses dan cara tersendiri bagi ibu ketika melewati proses kelahiran bayi yang kesekian kalinya, demikian pula cara merawat diri ketika berada pada masa nifas dan merawat bayinya yang baru saja dilahirkan (Oswari, 2004). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohanah (2012 ) terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan pengetahuan tentang perawatan tali pusat. Oleh sebab itu, hendaknya perlu diupayakan bagi bidan desa dan tenaga kesehatan agar memberi informasi atau penyuluhan yang intensif tentang cara perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yang baik dan benar, pada saat pemeriksaan kehamilan dan pada saat ibu sehabis melahirkan, khususnya bagi ibu primipara. 9

Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun. Hal ini disebabkan karena ibu yang berpendidikan tinggi lebih mengerti untuk mencari berbagai informasi mengenai perawatan tali pusat dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Pendidikan yang rendah selalu berdampingan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas. Rendahnya pendidikan berpengaruh pada pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir (Anderson, 1997). Hal tersebut didukung teori (Chaniago, 1997) bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan, semakin tinggi pendidikan, maka semakin tinggi pengetahuan seseorang sehingga tidak akan acuh terhadap informasi kesehatan sedangkan semakin rendah tingkat pendidikan maka pengetahuan sangat terbatas sehingga menyebabkan seseorang acuh tak acuh tehradap program kesehatan yang ada. Pendidikan yang semakin tinggi akan menambah wawasan dan pengetahuan seseorang begitu pula dalam bidang kesehatan, bila diharapkan suatu program berjalan secara optimal tentunya diperlukan pemahaman dan pengetahuan masyarakat sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam program tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Damandin bahwa yang menentukan persepsi bukan jenis atau stimulasi, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimulasi. Karakteristik itu bisa meliputi pendidikan dan pengetahuan (Damandin, 2009). Oleh karena itu pendidikan yang tinggi cenderung akan mempunyai pengetahuan yang baik dalam hal ini pengetahuan terhadap perawatan tali pusat. Maka pendidikan ibu yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik dalam perawatan tali pusat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Destianti (201 2) menyatakan bahwa pendidikan ada hubungan dengan perilaku ibu dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah cenderung tidak mengetahui perawatan tali pusat. Oleh sebab itu tenaga kesehatan harus lebih memfokuskan penyuluhan kepada ibu yang berpendidikan rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa : Ibu nifas di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka, ibu yang berpengetahuan buruk hampir setengahnya 34% Ibu nifas di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati 10

Kabupaten Majalengka ibu yang berumur < 35 tahun sebanyak (52,6%), ibu dengan multipara sebesar (71,9%), dan ibu dengan pendidikan rendah sebanyak (42,1%). Ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka tahun. Ada hubungan antara paritas dengan pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka tahun. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Desa Babakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka tahun. Saran Tenaga kesehatan dan bidan desa hendaknya memberi penyuluhan dengan bahasa yang mudah dimengerti karena denagn dimengertinya penyuluhan yang diberikan, maka akan mampu meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Bidan dan tenaga kesehatan harus lebih terfokus dengan memberikan informasi tentang perawatan tali pusat penyuluhan dan konseling kepada ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat, terutama khususnya ibu yang berusia > 35 tahun. Bidan desa dan tenaga kesehatan agar memberi informasi atau penyuluhan yang intensif tentang cara perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yang baik dan benar pada saat pemeriksaan kehamilan dan pada saat ibu sehabis melahirkan khususnya bagi ibu primipra. Tenaga kesehatan harus lebih memfokuskan penyuluhan kepada ibu yang berpendidikan rendah. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi : VI : PT Rieneka Cipta. Awanwati. 2006. Upaya MPS (Making Pregnancy Safer) [02-02-] available http://awanwati.blogspot.com. Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2014. Demografi dan Kesehatan Indonesia Bobak, dkk. 2004. Buku Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Chaniago. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung : Cv. Pustaka Setia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Perawatan Ibu dan Anak. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 11

. 2015. Profil Kesehatan Republik Indonesia 2015. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.. 2015. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta : Visi Media. Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. (2015). Tabel Profil Kesehatan Majalengka. Dinas Kesehatan Majalengka. Damandin. 2009. Pengetahuan dan Persepsi [04-02-] Available http://www.damandin.dr.id/file/se tiabudi pb tinjauan pustaka. pdf. Destianti, P. (201 4). Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Pengetahuan Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir Di Desa Lame Kecamatan Leuwimunding, KTI. Program DIII Kebianan STIKes YPIB Majalengka BAB IV : 37. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika Jakarta. Hamilton, MP. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi keenam. Jakarta : EGC. Hasselquite. 2006. Perawatan Tali Pusat [24-01-] Available http://creasofr.wordpress.com/20 15/04/15 perawatan-tali-pusat. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rieneka Cipta.. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rieneka Cipta..2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rieneka Cipta. Oswari, E. 2004. Perawatan Ibu Hamil dan Bayi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Riza. 20109 Perawatan Tali Pusat [24-01- ] available http://creasoft.wordpress.com/201 5/04/15/perawatan-tali-pusat. Rohanah, E. 2012. Hubungan antara Karakteristik Ibu dengan Cara Perawatan Tali Pusat di Desa Mulya Mekar Kabupaten Sumedang. KTI. Program D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka, BAB V: 35. Saefuddin A.B. (Editor). 2001 Buku Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : cetakan pertama Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 12