PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PIDIE

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI DI KABUPATEN MAROS

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 44 Tahun : 2014

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN PEMERIN TAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal di Daerah perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal; Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 75) Sebagai Undang-Undang, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679)

- 2-4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4861); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI RIAU dan GUBERNUR RIAU MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Provinsi Riau. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Riau. 3. Gubernur adalah Gubernur Riau. 4. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau. 5. Pemberian Insentif adalah dukungan dari Pemerintah Provinsi Riau kepada penanam modal dalam rangka mendorong peningkatan penanaman modal di daerah. 6. Pemberian Kemudahan adalah penyediaan fasilitas dari Pemerintah Provinsi Riau kepada penanam modal untuk mempermudah setiap kegiatan penanaman modal dalam rangka mendorong peningkatan penanaman modal di daerah. 7. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Provinsi Riau.

- 3-8. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. 9. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang selanjutnya disebut UMKM adalah adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 10. Peran serta masyarakat dan sektor Swasta adalah keterlibatan masyarakat maupun sektor swasta dalam pembangunan daerah untuk meningkatkan perekonomian daerah. 11. Industri pioner adalah industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. 12. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. 13. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. 14. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan, dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha menengah.

- 4-15. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. 16. Dana Stimulan adalah dukungan dana yang diberikan kepada penanam modal yang proses pemanfatannya dibatasi berdasarkan kegunaan, waktu dan pola penggunaan tertentu. 17. Sumber Daya Lokal adalah setiap bentuk faktor produksi yang terdiri dari sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan teknologi, dan keahlian atau kewirausahaan yang bersumber dari lokasi di Provinsi Riau. 18. Tenaga Kerja Lokal adalah penduduk yang berusia minimal 18 tahun yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk. 19. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. 20. Tim Verifikasi dan Penilaian Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal selanjutnya disebut Tim adalah Tim yang ditetapkan oleh Gubernur untuk melakukan verifikasi, penilaian, memberikan rekomendasi, dan melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pemberian Insentif dan kemudahan penanam modal. 21. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

- 5-22. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Provinsi Riau untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. BAB II BENTUK DAN KRITERIA Bagian Kesatu Bentuk Pasal 2 (1) Pemberian insentif kepada penanam modal dalam bentuk: a. keringanan pajak; dan/atau b. keringanan retribusi. (2) Pemberian kemudahan kepada penanam modal dapat diberikan antara lain dalam bentuk: a. penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal; b. penyediaan sarana dan prasarana; c. penyediaan lahan atau lokasi; d. pemberian bantuan teknis; e. penyederhanaan dan percepatan pemberian perizinan; dan/atau f. pelatihan peningkatan pengetahuan dan sertifikasi. Pasal 3 Pemberian kemudahan penanaman modal dalam bentuk penyederhanaan dan percepatan pemberian perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 2) huruf e diselenggarakan melalui PTSP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- 6 - Pasal 4 Pelatihan peningkatan pengetahuan, sertifikasi dan keterampilan sumber daya manusia dan sertifikasi produk dan/atau standardisasi teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf f diselenggarakan oleh PD terkait. Bagian Kedua Kriteria Pasal 5 (1) Pemberian insentif dan/atau pemberian kemudahan penanaman modal kepada penanam modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 paling sedikit memenuhi 4 (empat) kriteria antara lain: a. merupakan penanaman modal strategis/prioritas skala regional; b. memiliki penyerapan tenaga kerja lokal yang besar; c. mengutamakan penggunaan bahan baku/ komponen/sumber daya daerah; d. membangun infrastruktur fasilitas sosial dan fasilitas umum; e. melakukan penelitian dan pengembangan serta inovasi di daerah; f. bermitra dengan UMKM atau koperasi; g. berorientasi ekspor; h. berlokasi di kawasan strategis, terpencil, daerah tertinggal atau daerah perbatasan; i. berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; j. melakukan alih teknologi; k. melestarikan tata nilai budaya lokal; l. melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan; dan/atau m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak yang terdaftar di Daerah.

- 7 - (2) Pemberian insentif dan/atau kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah dilakukan penilaian oleh Tim. (3) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) huruf h mengacu pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. (4) Alih teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf j diberlakukan kepada penanam modal yang kegiatan usahanya memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam menerapkan teknologi dimaksud. BAB II JENIS USAHA Pasal 6 (1) Jenis usaha dapat diberikan insentif dan/atau kemudahan meliputi: a. usaha dalam bidang perkebunan di prioritaskan pada usaha pengembangan sektor hilir pengolahan hasil perkebunan; b. usaha dalam bidang pertanian diprioritaskan pada pembenihan dan pengolahan hasil pertanian; c. usaha dalam bidang perikanan dan kelautan diprioritaskan pada usaha budidaya, pengolahan hasil perikanan dan kelautan pembenihan, dan produksi pakan ikan; d. usaha dalam bidang peternakan, diprioritaskan pada usaha pembibitan dan pengolahan hasil peternakan; e. usaha dalam bidang infrastruktur, diprioritaskan pada usaha disekitar kawasan terpencil, industri dan pariwisata; f. usaha dalam bidang kebudayaan dan pariwisata, diprioritaskan pada usaha daya tarik wisata baru, daya tarik wisata berbasis kebudayaan dan usaha peningkatan daya saing dan daya tarik wisata yang telah ada;

- 8 - g. usaha dibidang pendidikan, diprioritaskan pada industri/fasilitasi pendukung pengembangan pendidikan; h. usaha dibidang kesehatan, diprioritaskan pada industri/fasilitasi pendukung pengembangan kesehatan; i. usaha dalam bidang energi, diprioritaskan untuk pembangunan pembangkit listrik menggunakan energi baru terbarukan; j. usaha dalam bidang bahan galian mineral dan sektor yaitu pengembangan hilirisasi produk batubara dan pembangunan pabrik pemurnian mineral; k. usaha dalam bidang perdagangan dan jasa diprioritaskan pada usaha yang mendukung ekspor; l. usaha dalam bidang kehutanan, diprioritaskan pada industri pengolahan hasil hutan; m. usaha yang bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi; (2) Jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebijakan Pemerintah Daerah. BAB III PENGATURAN PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL Bagian Kesatu Pengaturan Pasal 7 (1) Pemberian insentif diberikan kepada penanam modal baru paling banyak 3 (tiga ) kali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dibatasi hanya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak pertama kali diberikan insentif dan kemudahan.

- 9 - (2) Pemberian insentif diberikan kepada penanam modal lama paling banyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dibatasi hanya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak pertama kali diberikan insentif dan kemudahan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dasar penilaian pemberian insentif dan kemudahan penanaman modal diatur dengan Peraturan Gubernur. Bagian Kedua Penetapan Pasal 8 Penetapan pemberian insentif dan/atau kemudahan penanaman modal di daerah ditetapkan dengan Keputusan Gubernur sesuai dengan kewenangannya. Pasal 9 Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sekurang-kurangnya memuat nama, alamat pemohon, jenis usaha atau kegiatan penanaman modal, bentuk insentif atau kemudahan, jangka waktu insentif, jumlah modal, jumlah tenaga kerja serta hak dan kewajiban penerima insentif dan/atau kemudahan penanaman modal. BAB IV PEMOHON DAN KRITERIA PEMOHON Pasal 10 (1) Penanam modal yang sedang melakukan usaha dan akan melakukan perluasan usaha, dapat mengajukan permohonan pemberian insentif dan/atau kemudahan penanaman modal.

- 10 - (2) Penanam modal yang baru mulai mendirikan usaha dapat mengajukan permohonan pemberian insentif dan/atau kemudahan penanaman modal. BAB V TATA CARA PERMOHONAN DAN DASAR PENILAIAN Bagian Kesatu Tata Cara Permohonan Pasal 11 Permohonan insentif dan/atau kemudahan dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: a. mengajukan surat permohonan kepada Gubernur melalui PD yang membidangi PTSP. b. untuk Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) permohonan paling sedikit berisi: 1. profil usaha; 2. kinerja manajemen; 3. lingkup usaha; 4. perkembangan usaha; dan 5. bentuk dan jenis insentif dan/atau kemudahan yang dimohonkan. c. untuk Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), permohonan paling sedikit berisi: 1. profil usaha; 2. jumah modal; 3. jumlah tenaga kerja; dan 4. bentuk dan jenis insentif dan/atau kemudahan yang dimohonkan. BAB VI TIM PENILAI Pasal 12 (1) Permohonan pemberian insentif dan kemudahan akan diproses oleh Tim.

- 11 - (2) Tim sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari unsur: a. Ketua : Sekretaris Daerah; b. Sekretaris : Kepala Biro yang membidangi Perekonomian; c. Angota : 1. Kepala PD yang membidangi penanaman modal dan PTSP; 2. Kepala PD yang membidangi pendapatan daerah; 3. Kepala PD terkait; 4. Ketua Kamar Dagang Indonesia Daerah; dan 5. Akademisi. (3) Pembentukan Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur. Pasal 13 (1) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) paling sedikit mempunyai tugas sebagai berikut: a. melakukan verifikasi usulan dan pemeriksaan kelengkapan persyaratan yang harus dipenuhi; b. melakukan penilaian terhadap masing-masing kriteria secara terukur; c. menggunakan matrik penilaian untuk menentukan bentuk dan besaran pemberian insentif dan/atau kemudahan; d. menetapkan urutan penanam modal yang akan menerima pemberian insentif dan/atau kemudahan; e. menetapkan bentuk dan besaran insentif yang akan diberikan; f. menyampaikan rekomendasi kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi penerima insentif dan/atau kemudahan; dan g. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang memperoleh insentif dan/atau kemudahan.

- 12 - (2) Setelah persyaratan yang diajukan oleh pemohon lengkap, Tim harus menyelesaikan tugasnya paling lambat dalam 5 (lima) hari kerja. (3) Tim menyampaikan laporan mengenai perkembangan pemberian insentif dan/atau kemudahan penanaman modal secara berkala setiap 1 (satu) tahun sekali kepada Gubernur. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas tim sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur. Pasal 14 (1) Gubernur menetapkan penerima pemberian insentif dan/atau kemudahan kepada penanam modal berdasarkan rekomendasi Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf f. (2) Dalam hal pemberian insentif dan/atau kemudahan penanam modal ditolak, maka diberikan alasan (ditindak lanjuti sesuai dengan hasil penilaian tim). BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 15 Penerima insentif dan/atau kemudahan kepada penanam modal berhak untuk: a. mendapatkan informasi pelayanan pemberian insentif dan/atau kemudahan kepada penanam modal; b. mendapatkan insentif dan/atau kemudahan penanaman modal sesuai mekanisme yang telah ditetapkan; c. mendapatkan layanan terkait, proses pemberian, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan terhadap kepada penanam modal di daerah; dan d. mendapatkan informasi hasil evaluasi terhadap perkembangan penerimaan insentif dan/atau kemudahan kepada penanam modal.

- 13 - Pasal 16 Penerima insentif dan/atau kemudahan kepada penanam modal berkewajiban untuk: a. mematuhi persyaratan yang ditetapkan mengenai pemberian insentif dan/atau kemudahan kepada penanam modal; b. menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan usaha secara berkala setiap 1 (satu) tahun kepada Gubernur dengan format yang diatur dalam Peraturan Gubernur; c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktek monopoli dan hal-hal yang merugikan daerah; d. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan pekerja; dan e. menjaga kelestarian lingkungan. BAB VIII PELAPORAN DAN EVALUASI Bagian Kesatu Pelaporan Pasal 17 PD yang membidangi penanaman modal menerima hasil laporan perkembangan usaha secara berkala dari penerima insentif dan/atau kemudahan dan selanjutnya diserahkan kepada Tim. Bagian Kedua Evaluasi Pasal 18 (1) Gubernur melakukan evaluasi terhadap kegiatan penanaman modal yang memperoleh insentif dan/atau kemudahan.

- 14 - (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 1 (satu) tahun sekali. (3) Pemberian insentif dan/atau kemudahan, dapat ditinjau kembali apabila berdasarkan hasil evaluasi tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dan tidak lagi melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 atau bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Penerima insentif dan/atau kemudahan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan sanksi administratif berupa : a. teguran tertulis; b. pencabutan pemberian insentif. BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 19 (1) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan pemberian insentif dan/atau kemudahan kepada penanam modal (2) Pembinaan pelaksanaan pemberian insentif dan/atau kemudahan kepada penanam modal dilakukan oleh PD yang membidangi penanaman modal (3) Pengawasan pelaksanaan pemberian insentif dan/atau kemudahan kepada penanam modal dilakukan oleh Tim Penilai BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan terkait penanaman modal, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

- 15 - BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Riau. Ditetapkan di Pekanbaru pada tanggal 29 Desember 2017 GUBERNUR RIAU, ttd. H. ARSYADJULIANDI RACHMAN Diundangkan di Pekanbaru pada tanggal 29 Desember 2017 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI RIAU, ttd. H. AHMAD HIJAZI LEMBARAN DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN 2017 NOMOR : 10 NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU : (9/373/2017)

- 16 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL I. UMUM Kegiatan penanaman modal mempunyai peranan penting untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional dan perekonomian di Provinsi Riau antara lain: meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja lokal, memberdayakan sumberdaya lokal, meningkatkan pelayanan publik, meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto, serta mengembangkan usaha mikro, kecil, dan koperasi. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan menghadapi era globalisasi, pemerintah Provinsi Riau perlu menetapkan kebijakan untuk mendorong terwujudnya iklim usaha yang kondusif bagi penanam modal dan penguatan daya saing perekonomian di Provinsi Riau. UU Nomor 23 Tahun 2014 khususnya pasal 278 mengamanatkan sebagai berikut: (1) Penyelenggara Pemerintahan Daerah melibatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta dalam pembangunan daerah; (2) Untuk mendorong peran serta masyarakat dan sektor swasta sebagaimana dimaksud ayat (1), Pemerintah Provinsi Riau dapat memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada masyarakat dan/atau penanam modal yang diatur dalam Perda dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, dengan penetapan Peraturan Daerah ini dimaksudkan agar pemberian insentif dan/atau kemudahan penanaman modal di Provinsi Riau lebih tepat sasaran dan mencapai tujuan yang diharapkan serta tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah ini mengatur tentang bentuk-bentuk insentif dan kemudahan penanaman modal di Provinsi Riau, kriteria penanam modal yang dapat diberikan insentif dan/atau kemudahan, jenis Usaha, Pengaturan pemberian insentif dan kemudahan penanaman modal terhadap UMKM dan penanam modal, pemohon dan kriteria pemohon, tata cara permohonan dan dasar penilaian, tim penilai, hak

- 17 - dan kewajiban, mekanisme pelaporan dan evaluasi pemberian insentif dan/atau kemudahan, serta mekanisme pembinaan dan pengawasan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7. Pasal 8 Jangka waktu insentif adalah 1 (satu) tahun Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal12 Cukup Jelas Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16

- 18 - Pasal 17. Pasal 18. Pasal 19. Pasal 20. Pasal 21. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 10