MEMBANGUN MASYARAKAT GEMAR BELAJAR MELALUI PROGRAM REVITALISASI TBM BENING SAGULING Rina Nur aeni IKIP Siliwangi Rina.nuraeni966@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yang di temukan yaitu kondisi TBM Bening Saguling yang belum optimal dalam memberikan pelayanan berupa pemberian informasi dan pembelajaran kepada masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui stategi membangun masyarakat gemar belajar. (2) Untuk mengetahu proses revitalisasi TBM Bening Saguling. Teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya konsep masyarakat gemar belajar, konsep revitalisasi, dan konsep TBM. Metode yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Lokasi penelitian di TBM Bening Saguling dan yang menjadi subjek penelitian adalah pengelola, pengunjung dan masyarakat sekitar TBM. Berdasarkan hasil penelitian bahwa revitalisasi TBM Bening Saguling telah terlaksana dengan baik. Kegiatan revitalisasi TBM dilaksanakan dalam bentuk revitalisasi administrasi, revitalisasi sumber daya manusia, dan revitalisasi fisik. Kondisi minat belajar masyarakat juga cukup tinggi, terlihat dari partisipasi masyarakat dalam mengikuti program-program pembelajaran yang dilaksanakan. Kata Kunci: Masyarakat Gemar Belajar, Revitalisasi, Taman Bacaan Masyarakat PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Namun, masyarakat Indonesia masih banyak yang beranggapan bahwa pendidikan hanya dapat diperoleh melalui pendidikan formal, yaitu pendidikan yang didapat di sekolah. Sehingga masyarakat banyak yang menggantungkan pendidikannya pada pendidikan formal. Mereka yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah dianggap sebagai masyarakat yang tidak terdidik dan tidak memiliki hak untuk memperoleh pembelajaran. Pendapat tersebut tentunya anggapan yang kurang tepat. Pendidikan seharusnya tidak diskriminasi. Pendidikan harus bisa didapat oleh semua lapisan masyarakat tanpa melihat latar belakang sosial, jenis kelamin, umur, suku, dan status lainnya. Pendidikan adalah hak dasar yang merupakan tanggung jawab negara. Sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 3 ayat 1 yang berbunyi Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ada jaminan dari negara untuk warga negaranya agar memperoleh pendidikan tanpa terkecuali. 33
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Dalam hal ini, pendidikan nonformal dapat menjadi solusi untuk mereka yang tidak bersekolah agar tetap memperoleh pendidikan dan pembelajaran yang layak. Belajar seharusnya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya belajar dapat dilakukan kapan pun dan dimaa pun. Melalui pembelajaran seseorang juga akan memperoleh kemampuan membaca yang juga merupakan hak setiap orang dan menjadi dasar untuk belajar sepanjang hayat. Menurut (Koswara, 1998) minat dan kegemaran dalam membaca yang tinggi merupakan salah satu ciri terpenting dari terwujudnya masyarakat gemar belajar (learning society). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, majelis taklim, serta pendidikan yang sejenis. Pendidikan nonformal berperan untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang buta aksara, putus sekolah, atau masyarakat yang belum mendapatkan pendidikan di lembaga formal. Salah satu program masyarakat yang berhubungan pengembangan minat dan budaya baca yaitu Taman Bacaan Masyarakat. Taman bacaan masyarakat yang selanjutnya disebut TBM adalah sebuah lembaga yang memberikan layanan bahan bacaan bagi masyarakat dalam rangka pelaksanaan program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan (Suryadi, 2009). TBM diharapkan dapat mendorong dan meningkatkan minat baca masyarakat melalui program dan layanan di TBM sehingga dapat mewujudkan masyarakat gemar membaca dan belajar sepanjang hayat. TBM yang diselenggarakan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan untuk memberi kemudahan akses kepada warga masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan. Sejauh ini TBM yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal dan optimal oleh masyarakat. Sebagian TBM yang kurang diminati oleh warga belajar lebih pada karena pengelolaan yang kurang maksimal dan juga karena kurangnya motivasi masyarakat untuk membaca. Kondisi rendahnya minat membaca masyarakat khususnya kalangan anak-anak dan remaja hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk masyarakat di Kp Bbc Desa Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. Adapun salah satu faktor penyebab randahnya minat baca yaitu rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Kp Bbc Desa Cihampelas Kabupaten Bandung Barat yang hanya mencapai tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), selain itu angkat putus sekolah juga cukup tinggi sehingga masih banyak ditemukan anakanak yang belum bisa membaca. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Bening saguling merupakan program yang dikembangkan oleh Yayasan Bening Saguling sejak tahun 2015. Program ini bertujuan untuk mengedukasi dan meningkatkan keilmuwan dan mengembangkan wawasan masyarakat di sekitar waduk saguling yang notabenenya berpendidikan rendah. 34
Pada pengamatan awal ditemukan permasalahan bahwa saat ini TBM Bening Saguling belum berfungsi secara optimal. Banyak aktivitas dan kegiatan TBM yang tidak berjalan, TBM seolah hanya sebagai tempat menyimpan buku-buku saja. Hal ini terjadi karena tidak ada manajemen TBM yang jelas serta tidak ada pengelola yang mengelola TBM Bening Saguling. Pengunjung yang datang pun hanya sekadar melihat-lihat dan bermain-main saja, tidak ada kegiatan pembelajaran atau pemberian informasi. Padahal peran dan fungsi TBM sangat penting yaitu sebagai lembaga pendidikan non formal bagi masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan dua masalah pokok dalam penulisan ini, yaitu kondisi masyarakat yang belum menjadikan kegiatan belajar dan membaca sebagai suatu kebutuhan serta pengelolaan TBM yang belum maksimal sehingga perlu adanya tindakan untuk merubah kondisi tersebut melalui program revitalisasi TBM. Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis bermaksud mendeskripsikan bagaimana implementasi pelaksanaan revitalisasi TBM Bening Saguling sebagai salah satu strategi dalam membangun masyarakat gemar belajar. LANDASAN TEORI 1. Masyarakat Gemar Belajar Bangsa yag melek pendidikan (education minded) adalah bangsa yang menempatkan pendidikan sebagai orientasi terpenting dalam hidupnya. Menurut (Suryadi, 2009) perkembangan masyarakat secara umum dapat dibagi atas: (a) masyarkat petani (agricultural society), (b) masyarakat industri (industry society) dan (c) masyarakat pembelajar (learning society). Melihat kondisi saat ini, zaman sudah mulai beralih ke era msayarakat pembelajar. Munculnya konsep masyarakat gemar belajar sepanjang hayat sebagai master concept mendorong individu, lembaga asosiasi, masyarakat peduli pendidikan atau badan usaha lain untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan cara berpikir baru dalam merespon tantangan kebutuhan baru masyarkat tentang pendidikan dan belajar (learning). Terciptanya masyarakat gemar belajar membuat masyarakat lebih giat mencari informasi baru yang berkaitan dengan kepentingan hidupnya (belajar mandiri). Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, maka perlu adanya strategi-strategi yang dapat diterapkan pada masyarakat. (Sudjana, 2000) menjelaskan bahwa terdapat lima strategi dasar yang perlu dikembangkan dalam membangun masyarakat gemar belajar. a. Pendekatan kemanusiaan (humanistic approach). Masyarakat dipandang sebagai subjek pembangunan. Dalam hal ini, masyarakat diakui memiliki potensi untuk terus berkembang dan mampu membangun dirinya sendiri. b. Pendekatan partisipatif (participatory approach). Mengajak masyarakat berpartisipasi langsung dalam segala bentuk kegiatan yang ada. Dengan berpartisipasi, rasa tanggung jawab dan motivasi masyarakat akan terus terbangun untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan dan pembangunan masyarakat. 35
c. Pendekatan kolaboratif (Collabotrative approach). Dalam pembangunan masyarkat perlu adanya kerjasama dengan berbagai pihak lain. d. Pendekatan berkelanjutan (continuation approach). Pembangzunan masyarkat dilakukan secara berkesinambungan. Dalam hal ini pembinaan kader dalam masyarakat merupakan hal yang penting. e. Pendekatan budaya (cultural approach). Adat istiadat yang tumbuh di tengah masyarkat dalam pembangunan masyarakat adalah hal yang perlu diperhatikan. 2. Revitalisasi Taman Bacaan Masyarakat Kata revitalisasi dalam kamus besah bahasa Indonesia diartikan sebagai proses, cara, dan perbuatan menhidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang berdaya (Nasional, 2005). Sedangkan menurut Gouillart dan Kelly (Santoso, 2009) revitalisasi merupakan suatu perubahan yang ditujukan untuk memacu pertumbuhan organisasi atau lembaga dengan cara menselaraskan sesuai lingkungannya. Menurut (NS, 2008) taman bacaan masyarakat adalah tempat yang dibuat pemerintah, perorangan, atau swakelola dan swadaya masyarakat untuk menyediakan bahan bacaan dan manumbuhkan minat baca kepada masyarakat yang berada disekitar taman bacaan masyarakat (TBM). Menurut (Kebudayaan, 2013) bahwa TBM a dalah sarana atau lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multimedia lain yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa revitalisasi taman bacaan masyarakat merupakan usaha atau proses yang dilakukan agar taman bacaan masyarakat dapat berfungi dan memegang peranan kembali sebagai sumber belajar dan sumber informasi bagi masyarakat. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut (Sugiyono, 2014) metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagiinstrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis databersifat induktif/kualitatif Pendekatan tersebut digunakan mengingat beberapa hal yang menjadi ciri penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan angka-angka, akan tetapi menyangkut pendeskripsian, penguraian dan penggambaran suatu masalah yang sedang terjadi. Adapun teknik pengumpulan data, penulis menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penulis juga menggunakan pedoman wawancara (interview guide) dalam proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian. 36
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Bacaan Masyarakat Bening Saguling yang beralamat di Kp. BBC RT 08 RW 04 Desa Cihampelas Kecamatan Cihampelas Bandung Barat. Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengunjung ataupun masyarakat yang berada di sekitar Taman Bacaan dan pengelola atau penyelenggara taman bacaan. Adapun teknik penanalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : (1) Reduksi Data; (2) Display Data dan ; (3) Penarikan Kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Kondisi Masyarakat di Sekitar TBM Bening Saguling Berdasarkan hasil wawancara dengan pendiri yayasan Bening Saguling, aset terbesar yang ada di masyarakat Kampung Babakan Cianjur adalah anak-anak. Sebisa mungkin anakanak harus terus dimotivasi dan dilibatkan dalam akegiatan-kegiatan positif yang dapat mengembangkan potensi dan meningkatkan keterampilannya. Anak-anak memang menjadi harta yang perlu dijaga, sebab kondisi pemuda di kampung BBC dapat dikatakan memprihatinkan. Hal ini diutarakan beberapa tokoh masyarakat seperti ketua RT 8 dan ketua RW 4 bahwa kebanyakan pemuda disini dikenal sebagai preman dan pergaulannya sudah cukup bebas. Selain itu, tingkat pendidikannya juga rendah. Berdasarkan pengamatan langsung penulis, pemuda di Kampung BBC masih ada yang putus sekolah dan masih ada yang tidak dapat membaca dan menulis. Pada dasarnya, minat belajar masyarakat di sekitar TBM Bening Saguling cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat dari partisipasi masyarakat dalam mengikuti program-program pembelajaran yang di laksanakan oleh Mahasiswa Pendidikan Masyarakat IKIP Siliwangi yang melaksanakan kegiatan GISMA (Gerakan IKIP Siliwangi Mengajar), seperti bimbingan belajar, pelatihan menari dan pencak silat, pelatihan marawis, kegiatan parenting, pelatihan tata rias dasar, pelatihan tataboga, dan pelatihan komputer. 2. Revitalisasi TBM Bening Saguling Revitalisasi TBM Bening Saguling merupakan kegiatan pembaharuan yang digagas dan dilaksanakan oleh mahasiswa pendidikan masyarakat IKIP Siliwangi yang sedang melaksanakan kegiatan GISMA. Tujuannya adalah untuk mengoptimalisasi fungsi dan peran TBM dalam memberikan pelayanan unttuk masyarakat serta menjadikan TBM sebagai pusat kegiatan pembelajaran masyarakat. Dalam kegiatan revitalisasi ini terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan yang terdiri dari 3 aspek yaitu revitalisasi administrasi, revitalisasi sumber daya manusia (SDM), dan revitalisai fisik. Adapun proses revitalisasi TBM Bening Saguling adalah sebagai berikut : 37
Tim pelakasana program melakukan Penataan dan pendataan kembali koleksi buku-buku di TBM Bening Saguling. Tim pelaksana mengadakan pelatihan untuk komunitas citarum kid yang nantinya akan menjadi pengelola TBM Bening Saguling. Menyusun dan Membuat perencanaan programprogram TBM bersama pengelola. Membuat acara/event yang diselengkaran oleh TBM. Mendekorasi dan Menata kembali tempat TBM. Gambar 1. Revitalisasi Bening Saguling Dalam kegiatan revitalisasi administrasi yang pertama kali dilakukan adalah mendata kembali buku-buku yang sudah ada serta membuat buku induk, buku tamu, dan buku peminjaman. Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan pengelola dalam mengelola administrasi. Melalui kegiatan ini dapat diketahui bahwa TBM Bening Saguling saat ini memiliki kurang lebih 3500 buku yang didominasi oleh buku-buku tentang lingkungan. Kegiatan revitalisasi yang kedua adalah revitalisasi sumber daya manusia (SDM). Berdasarkan hasil wawancara bersama pengelola TBM Bening Saguling, memang SDM menjadi salah satu penghambat dalam mengelola TBM. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibangunlah sebuah kolaborasi bersama komunitas lokal yaitu anak-anak citarum kids yang memang memiliki potensi untuk menjadi pengelola TBM Bening Saguling. Kemudian dilaksanakan kegiatan pelatihan pengelolaan TBM dengan pemberian berbagai materi, seperti materi tentang konsep TBM, administrasi TBM, dan diskusi untuk membuat program-program TBM. Kegiatan selanjutnya pada revitalisasi fisik di TBM Bening Saguling adalan penataan buku dan dekorasi tempat TBM. Kegiatan ini bermanfaat agar suasana di TBM menyenangkan dan tidak monoton, sehingga dapat menarik masyarkat untuk berkunjung ke TBM. Saat ini buku-buku yang ada sudah tertata rapih di dalam rak. TBM juga sudah memiliki papan nama dan fasilitas pendukung seperti lampu, listrik, dan alat-alat kebersihan. Selanjutnya, kegiatan akhir yang dilaksanakan adalah membuat acara yang diselenggarakan oleh TBM, yaitu lomba mewarnai dan cipta puisi dan pentas dongeng untuk anak. Peserta yang terlibat dalam acara tersebut kurang lebih berjumlah 65 peserta dari berbagai TK/Sederajat dan SD/sederajat di Desa Cihampelas. 38
Pembahasan Proses mewujudkan manusia unggul harus dilakukan perubahan sikap dari perilaku budaya masyarakat yang tidak gemar belajar menuju masyarakat gemar belajar (learning society). Pada kondisi masyarakat di sekitar TBM Bening Saguling perlu adanya upaya menciptakan kondisi agar terjadi interaksi dalam kegiatan belajar membelajarkan antara pembelajar dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar secara terencana. Kemandirian dalam belajar memang belum tumbuh pada diri masyarakat. Belajar juga belum menjadi kebutuhan masyarakat. Atau bahkan seseorang terkadang tidak menyadari bahwa dirinya sedang belajar. Revitalisasi TBM Bening Saguling yang dilaksanakan bertujuan untuk mengoptimalkan peran TBM dan menjadikan TBM sebagai pusat kegiata pembelajaran masyarakat sekitar. Sebagaimana pernyataan Gouillart dan Kelly (Santoso, 2009) bahwa revitalisasi adalah suatu perubahan yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan organisasi atau lembaga dengan cara meselaraskan sesuai kondisi lingkungannya. Jadi revitalisasi TBM dapat diartikan sebagai suatu bentuk perubahan pengelolaan TBM yang memang sudah ada, namun kurang layak dan kemudian diperbarui sesuai dengan standar Taman Bacaan Masyarakat yang ada. Kegiatan revitalisasi TBM Bening Saguling ini, pelaksananya adalah mahasiswa jurusan pendidikan masyarakat yang sedang melaksanakan kegiatan GISMA di Yayasan Bening Saguling. Adanya kegiatan revitalisasi TBM tersebut, memberikan beberapa manfaat, diantaranya. a. Kondisi TBM semakin nyaman dan tertata rapih serta adanya fasilitas pendukung. b. Pengunjung yang datang tidak hanya sekadar bermain saja, tapi melakukan kegiatan pembelajaran, seperti membaca dan belajar bersama. c. Ada beberapa sumber daya manusia yang dapat dijadikan pengelola TBM Bening Saguling. Dalam pelaksanaan revitalisasi TBM Bening Saguling juga memiliki faktor penghambat yaitu kurangnya sumber daya manusia yang siap untuk menjadi pengelola. komunitas citarum kids yang diharapkan dapat menjadi pengelola ternyata masih belum siap. Hal ini dikarenakan usia mereka yang masih sekolah sehingga masih disibukan dengan kegiatan di sekolahnya. Selain itu, perhatian dari yayasan sebagai wadah yang menaungi TBM juga masih belum fokus dalam mengelola TBM. Sebagaimana yang disampaikan oleh pendiri Yayasan Bening Saguling bahwa saat ini yayasan sedang berfokus pada pembangunan infrastruktur, sehingga ada beberapa kegiatan divakumkan sementara. Meskipun demikian, dengan adanya revitalisasi ini, TBM diharapkan tetap dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan literasi dan menjadi tempat belajar masyarakat. KESIMPULAN Masyarakat gemar belajar merupakan masyarakat yang telah menjadikan belajar sebagai suatu kebutuhan dalam hidupnya. Salah satu upaya dalam membangun masyarakat gemar 39
belajar yaitu melalui pengembangan dan perluasan taman bacaan masyarakat. Revitalisasi TBM Bening Saguling merupakan suatu cara atau proses perubahan yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi dan peran TBM yang sebelumnya dirasa tidak layak. Kegiatan revitalisasi TBM Bening Saguling dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu: (1) revitalisasi administrasi, (2) revitalisasi sumber daya manusia, dan (3) revitalisasi fisik, serta (4) mengadakan acara yaang berkaitan dengan TBM. Adapun faktor penghambat dalam proses revitalisasi TBM adalah tidak adanya pembinaan lanjutan untuk pengelola TBM. DAFTAR PUSTAKA Kebudayaan, K. P. (2013). Petunjuk Teknis Pengajuan, Penyauran, dan Pengelolaan Bantuan Taman Bacaan Masyarakat Rintisan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. Koswara, d. (1998). Dinamika Informasi Dalam Era Global. Bandung: Rosda Karya. Nasional, D. P. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. NS, S. (2008). Membina Perpustakaan Desa. Jakarta: Sagung Seto. Santoso, W. (2009). Revitalisasi Dewan Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan No 4, 19. Sudjana, D. (2000). Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryadi, A. (2009). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar. Bandung: Widya Aksara Press. 40