BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan daya saing dan meningkatkan perekonomian negara dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah

SNI Pengukuran

BAB II TINJAUAN HUKUM MENGENAI STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. 27

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

STANDAR TEKNIK dan MANAJEMEN (3) Dr. Dian Kemala Putri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kemampuan nasional dibidang perdagangan barang. mendorong berkembangnya bidang standardisasidalam mengantisipasiera

STANDARDISASI (STD) Oleh: Gunadi, M.Pd NIP (No HP ) data\:standardisasi_gun 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

BAB II STANDAR NASIONAL INDONESIA SEBAGAI SUATU BENTUK PERLINDUNGAN TERHADAP KONSUMEN

j ajo66.wordpress.com 1

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

- 7 - BAB III STANDARDISASI. Bagian Kesatu Perencanaan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGENDALIAN MUTU PANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGAWASAN BARANG BEREDAR YANG SNI NYA DIBERLAKUKAN SECARA WAJIB

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB II PENGATURAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Standar sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Kata

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Globalisasi saat ini pelaku usaha dituntut untuk lebih kreatif dan

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Helm. Roda Dua. Standar. Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-IND/PER/6/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN. beli makanan dan minuman yang melintasi batas-batas wilayah suatu Negara,

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perbankan merupakan urat nadi perekonomian dalam suatu negara. Sektor

Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2006 Tanggal : 02 Agustus 2006 PEDOMAN UMUM STANDARDISASI KOMPETENSI PERSONIL DAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. jasa, perdagangan melalui sistem elektronik, dan pengembangan usaha kerjasama, skala

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI

Keputusan Kepala Bapedal No. 29 Tahun 1997 Tentang : Standardisasi, Akreditasi, Dan Sertifikasi Bidang Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah internet. Internet (interconnection networking) sendiri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Survey Kadaster Ber-SNI? Why Not. Kusmiarto 1*, Eko Budi Wahyono 2*

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa era globalisasi ini, Indonesia telah melakukan perkembangan yang cukup signifikan di berbagai bidang, khususnya bidang perdagangan barang. Tidak sedikit yang menginginkan produksi barang dari Indonesia, terutama yang khas dari Indonesia atau dengan kata lain yang tidak dapat ditemukan di negara manapun. Hal ini merupakan kesempatan yang besar bagi negara kita untuk meningkatkan daya saing dan meningkatkan perekonomian negara dengan pengadaan barang yang berkualitas. Terlebih dengan bergabungnya Indonesia dalam MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), dimana kesempatan para investor luar negeri untuk berinvestasi dan membuka usaha di Indonesia semakin terbuka lebar, maka diharapkan produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk luar negeri. Akan tetapi, ada dampak negatif dalam era perdagangan bebas ini yang memungkinkan arus barang dan/atau jasa dapat masuk ke semua negara dengan bebas, sehingga berbagai macam jenis produk akan banyak beredar di pasaran. 1 Semakin beragamnya produk barang yang dihasilkan oleh Pelaku Usaha/Produsen tentunya diperlukan suatu sarana informasi yang tepat dan benar agar hal ini tidak merugikan pihak Konsumen.Salah satu bentuk informasi adalah jaminan mengenai mutu atas produk yang dikonsumsinya. 1 Elly Hernawati, Standardisasi Produk, Lindungi Kepentingan Konsumen. Lihat http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305b8129829624bc57f3a2987957 50e68058a43b5fd09 (diakses pada tanggal 19 April 2016). 1

2 Diterapkannya pasar bebas pada dasarnya dibutuhkan adanya kesiapan bagi para Pelaku Usaha/Produsen di dalam menghasilkan dan memasarkan produknya apakah sudah memenuhi kualitas mutu yang dikehendaki oleh pasar tersebut.syarat minimal adalah adanya standardisasi dan sertifikasi pada produk yang dihasilkan dan dipasarkannya. 2 Apa itu standardisasi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), standardisasi ialah penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dan sebagainya) dengan pedoman (standar) yang ditetapkan; pembakuan. 3 Standardisasi ialah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua Pemangku Kepentingan. 4 Mengingat pentingnya standardisasi ini, maka hal tersebut seharusnya dapat mendorong Pelaku Usaha/Produsen untuk meningkatkan mutu dan daya saing produksinya, baik dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun memenuhi kebutuhan luar negeri serta mampu menciptakan persaingan usaha yang sehat diantara para Pelaku Usaha/Produsen, khususnya untuk produksi barang yang sama atau sejenis. Setiap Pelaku Usaha/Produsen harus memahami terlebih dahulu pengertian Standar. Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang 2 Lihat : Bagian Menimbang huruf a. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, yang menyatakan bahwa : Dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi, mutu barang, jasa, proses, sistem dan atau personel, yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing, perlindungan konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja dan masyarakat khususnya di bidang keselamatan, keamanan, kesehatan, dan lingkungan hidup maka efektivitas pengaturan di bidang standardisasi perlu lebih ditingkatkan. 3 http://kbbi.web.id/standardisasi (diakses pada tanggal 19 April 2016). 4 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Bab I, Pasal 1 angka 1.

3 dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak/pemerintah/keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. 5 Standardisasi produk barang sangat penting dalam perdagangan global. Kebijakan untuk memperketat standar itu perlu dilakukan karena banyak diketemukan produk-produk barang dengan tingkat keamanan yang rendah, misalnya pada produk makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, ataupun produk barang yang lain. Pada dasarnya, standardisasi itu berfungsi untuk membantu menjembatani antara kepentingan Konsumen dengan kepentingan Pelaku Usaha/Produsen. Karena dengan cara menetapkan standar produk yang tepat, hal ini dapat memenuhi kepentingan dan mencerminkan apresiasi dari kedua belah pihak. Barang yang tidak memenuhi syarat mutu dapat menimbulkan kerugian pada Konsumen, terlebih bila produk tersebut berupa makanan atau minuman yang dapat membahayakan kesehatan pada Konsumen. Oleh karena itu, dalam rangka untuk memasuki pasar bebas dibutuhkan adanya kesiapan terhadap produk-produk domestik, dan salah satu cara untuk melindungi produk domestik agar dapat bersaing dari serbuan produk-produk luar negeri adalah memperketat berlakunya standardisasi produk atau adanya penetapan standardisasi produk Indonesia. 5 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Bab I, Pasal 1, angka 3.

4 Badan atau lembaga yang bertanggung jawab untuk membina, mengembangkan, serta mengkoordinasikan kegiatan di bidang standardisasi secara nasional adalah Badan Standardisasi Nasional yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1997 yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan yang terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001. 6 Badan Standardisasi Nasional merupakan lembaga pemerintah non-kementerian Indonesia dengan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di negara Indonesia.Badan ini menggantikan fungsi dari Dewan Standardisasi Nasional (DSN). 7 Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Standardisasi Nasional berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.Badan ini menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang digunakan sebagai standar teknis di Indonesia. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah sistem standar nasional yang telah lama dan menjadi acuan Negara Indonesia dibawah Badan Standardisasi Nasional. Badan Standardisasi Nasional menerapkan standardisasi produk yang diproduksi di Indonesia maupun produk yang masuk dari negara lain. Sejalan dengan perkembangan kemampuan nasional di bidang standardisasi dan dalam 6 Adi Purna Wijaya, Proses Sertifikasi SNI Untuk Impor Produk Peralatan Makan Dan Minum Melamin Pada PT. Famous Pacific Shipment Indonesia (FPS) Branch Yogyakarta (Skripsi, Bisnis Internasional, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, 2012). 7 Badan Standardisasi Nasional.Lihat: https://id.wikipedia.org/wiki/badan_standardisasi_nasional (diakses pada tanggal 19 April 2016).

5 mengantisipasi era globalisasi perdagangan dunia, kegiatan standardisasi yang meliputi standar dan penilaian kesesuaian secara terpadu perlu dikembangkan secara berkelanjutan khususnya dalam memantapkan dan meningkatkan daya saing produk nasional, memperlancar arus perdagangan, dan melindungi kepentingan umum. 8 Mengenai sertifikasi, sebagaimana pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang dan/atau jasa. Sedangkan pengertian sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga/laboratorium yang telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem atau personel telah memenuhi standar yang dipersyaratkan. 9 Bukti dari rangkaian kegiatan tersebut adalah berupa tanda Standar Nasional Indonesia (SNI) yang merupakan tanda sertifikasi yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk menyatakan telah terpenuhinya persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI). 10 Terkait dengan pengertian-pengertian tersebut diatas, maka setiap produk yang dihasilkan Pelaku Usaha/Produsen seharusnya memberikan jaminan atas mutu dan kualitas kepada Konsumen, sehingga diperlukan adanya Sertifikasi Produk, yakni pemberian jaminan tertulis dari pihak ketiga independen bahwa 8 Adi Purna Wijaya, Proses Sertifikasi SNI Untuk Impor Produk Peralatan Makan Dan Minum Melamin Pada PT. Famous Pacific Shipment Indonesia (FPS) Branch Yogyakarta (Skripsi, Bisnis Internasional, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, 2012). 9 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, Bab I, Pasal 1 angka 12. 10 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Bab I, Pasal 1, angka 10.

6 suatu produk beserta proses yang mendukungnya telah memenuhi persyaratan kesehatan, keamanan, keselamatan dan lingkungan. Sertifikasi bertujuan mendukung penerapan standar keselamatan suatu produk. Hal ini sejalan dengan tujuan dari Standardisasi Nasional, yaitu: 11 1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; 2. Membantu kelancaran perdagangan; 3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. Perlindungan kepada konsumen sebagaimana tertulis dalam poin pertama diatas makin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkan dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung maupun tidak langsung maka konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan dampaknya. Dengan demikian, upaya-upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia, mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang meyangkut perlindungan konsumen, lebih-lebih dalam menghadapi era perdagangan bebas sekarang ini. 12 11 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, Bab I, Pasal 3. 12 Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen (Bandung : Penerbit Mandar Maju, 2000), hlm. 3-4.

7 Suatu produk yang sudah memenuhi standar akan diberikan Sertifikasi Produk dan biasanya hal itu ditempatkan/dimuncukan pada produknya ataupun pada kemasannya. Suatu produk yang sudah memiliki Sertifikasi Produk memberikan jaminan terhadap produk yang dihasilkan oleh Pelaku Usaha/Produsen tersebut.karena sertifikasi atas suatu produk itu baru diberikan setelah melalui pengujian dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan berdasarkan aturan tentang penstandardan. Dengan kata lain, kepercayaan Konsumen atas produk yang akan dikonsumsinya terletak pada ada atau tidaknya bukti sertifikasi pada produk tersebut, salah satu bentuk suatu produk telah memenuhi penstandardan adalah berlabel SNI. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana bentuk perlindungan terhadap konsumen jika dikaitkan dengan standar nasional Indonesia? 2. Bagaimana prosedur penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda standar nasional Indonesia? 3. Bagaimana tanggung jawab lembaga sertifikasi produk terhadap penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda standar nasional Indonesia dalam rangka perlindungan konsumen?

8 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Untuk memahami bentuk perlindungan terhadap konsumen yang berkaitan erat dengan Standar Nasional Indonesia. b. Untuk mengetahui prosedur penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda Standar Nasional Indonesia. c. Untuk mengetahui tanggung jawab lembaga sertifikasi produk terhadap penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda Standar Nasional Indonesia dalam rangka perlindungan konsumen. 2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis Pembahasan terhadap masalah dalam tulisan ini akan memberikan pemahaman mengenai bentuk perlindungan terhadap konsumen yang erat kaitannya dengan Standar Nasional Indonesia, prosedur penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda Standar Nasional Indonesia, dan tanggung jawab lembaga sertifikasi produk terhadap penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda Standar Nasional Indonesia dalam rangka perlindungan konsumen, mengingat bahwa buku dan tulisan yang membahas masalah yang berkenaan dengan tema tulisan ini masih minim maka penulisan ini didukung oleh pendapat sarjana, untuk itu penulis

9 mengharapkan tulisan ini dapat menambah wawasan pemikiran terhadap Standar Nasional Indonesia dan lembaga sertifkasi produk penggunaan tanda Standar Nasional Indonesia. 2. Secara praktis Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca, baik kalangan akademis yang belum mengetahui bagaimana tanggung jawab lembaga sertifikasi produk terhadap penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda Standar Nasional Indonesia dan bagi para konsumen agar mengetahui bahwa sebelum menggunakan suatu produk dalam negeri hendaknya memperhatikan mutu dan kualitas produk tersebut, salah satunya ialah dengan cara melihat apakah produk tersebut sudah mendapat sertifikasi dan standardisasi melalui label SNI. D. Keaslian Penulisan Berdasarkan hasil penelusuran dan pemeriksaan di perpustakaan Pusat dan Fakultas Hukum skripsi dengan judul Tanggung Jawab Lembaga Sertifikasi Produk Terhadap Penerbitan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia Dalam Rangka Perlindungan Konsumen ini belum pernah ditulis sebelumnya.dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya sendiri yang asli dan disusun melalui referensi buku-buku dan informasi dari media cetak maupun media elektronik sehingga

10 hasil penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan terutama secara ilmiah atau secara akademik. E. Tinjauan Kepustakaan 1. Standar Nasional Indonesia (SNI) Standar Nasional Indonesia (SNI) memang adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia.Standar Nasional Indonesia (SNI) dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah dokumen berisi ketentuan teknis (merupakan konsolidasi IPTEK dan pengalaman) (aturan, pedoman atau karakteristik) dari suatu kegiatan atau hasilnya yang dirumuskan secara konsensus (untuk menjamin agar suatu standar merupakan kesepakatan pihak yang berkepentingan) dan ditetapkan (berlaku di seluruh wilayah nasional) oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk dipergunakan oleh pemangku kepentingan dengan tujuan mencapai keteraturan yang optimum ditinjau dari konteks keperluan tertentu. 13 Agar Standar Nasional Indonesia (SNI) memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka Standar Nasional Indonesia (SNI) dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu: 14 13 Indah Aritonang, SNI ( Standar Nasional Indonesia), Standardisasi Tingkat Nasional. http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.co.id/2013/10/sni-standar-nasionalindonesia.html (diposting Minggu, 6 Oktober 2013). 14 Standar Nasional Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/standar_nasional_indonesia (diakses pada tanggal 20 April 2016).

11 a. Openness (keterbukaan): Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI); b. Transparency (transparansi): Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya. Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informasi yang berkaitan dengan pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI); c. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil; d. Effectiveness and relevance: Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Coherence: Koheren dengan pengembangan standar Internasional agar perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan Internasional; f. Development dimension (berdimensi pembangunan): Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional. 2. Lembaga Sertifikasi Produk

12 Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu dan dan daya saing produk untuk memasuki pasar nasional, regional, maupun Internasional, serta memberikan perlindungan pada konsumen, setiap produk yang akan diekspor maupun yang beredar di pasar dalam negeri perlu diawasi dan dikendalikan mutunya, salah satunya melalui Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT-SNI) atau standar lain yang diacu dan diakui oleh Lembaga Sertifikasi Produk yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). 15 3. Perlindungan Konsumen Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 16 Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang tersebut diatas cukup memadai.kalimat yang menyatakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen. 17 15 Overview Sertifikasi LSPro. http://www.bbk.go.id/index.php/page/index/57/overview-lspro (diakses pada tanggal 20 April 2016). 16 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab I, Pasal 1 angka 1. 17 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 1.

13 F. Metode Penulisan Metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam suatu penelitian yang berfungsi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. 18 Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Pemilihan metode ini, sebagaimana yang ditulis Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsipprinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang akan dihadapi. Alasan penggunaan penelitian hukum normatif ialah penelitian ini mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan. Metode penelitian yang dipakai dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum deskriptif yang bersifat normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Perundang-undangan yang akan dibahas dalam skripsi ini antara lain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, serta peraturan lain yang berkaitan dengan skripsi ini. Alasan penggunaan penelitian deskriptif normatif ialah penelitian ini mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan. Dalam 18 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III (Jakarta : Universitas Indonesia-press, 1986), hlm. 7.

14 penulisan skripsi ini digunakan metode penelitian kepustakaan yakni tata cara pengumpulan data yang bersumber pada bahan-bahan kepustakaan. 19 Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menginventarisir hukum positif yang berkaitan dengan hukum di bidang Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT-SNI). 2. Jenis Data Data yang dipergunakan berupa data sekunder.data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode, baik secara komersial maupun non komersial. Adapun data yang dimaksudkan adalah data yang diperoleh dari bahanbahan pustaka, yang mencakup: a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait, antara lain: 1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian. 3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan 19 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2001), hlm. 13-14.

15 sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik. c. Bahan hukum tersier, mencakup bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi pustaka (literature research), yaitu mencari dan mengumpulkan data berdasarkan data yang tertulis seperti buku, peraturan-peraturan dan tesis, dan juga mengambil informasi dengan menggunakan media elektronik yaitu internet. 4. Analisis Data Data yang diperoleh dari studi kepustakaan dianalisis dengan metode kualitatif 20, yaitu dengan: a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan. b. Mengelompokkan bahan-bahan hukum yang relevan secara sistematis. c. Mengolah bahan-bahan hukum tersebut sehingga dapat menjawab permasalahan yang telah disusun. d. Memaparkan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis terhadap bahan-bahan hukum yang telah diolah tersebut. G. Sistematika Penulisan Pada dasarnya sistematika penulisan adalah gambaran-gambaran umum dari keseluruhan isi penulisan skripsi sehingga mudah untuk mencari hubungan 20 Metode kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data perspektif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata. Ibid hlm. 67.

16 antara satu pokok pembahasan dengan pokok pembahasan yang lain. Hal ini sesuai dengan pengertian sistem yaitu rangkaian beberapa komponen yang satu sama lain saling berkaitan atau berhubungan untuk terjadinya suatu hal. Skripsi ini disusun dalam lima bab, dimana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab yang disesuaikan dengan kebutuhan jangkauan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan. Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan gambaran umum mengenai Latar Belakang masalah yang menjadi dasar penulisan, Pokok Permasalahan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II STANDAR NASIONAL INDONESIA SEBAGAI SUATU BENTUK PERLINDUNGAN TERHADAP KONSUMEN Bab ini menerangkan tentang Pengertian Standar Nasional Indonesia, Latar Belakang Berlakunya Standar Nasional Indonesia, kemudian Bentuk-Bentuk Kerugian Yang Dialami Konsumen Terhadap Produk Yang Tidak Berlabel Standar Nasional Indonesia, serta Standar Nasional Indonesia Sebagai Suatu Bentuk Perlindungan Terhadap Konsumen. BAB III PROSEDUR PENERBITAN SERTIFIKAT PRODUK PENGGUNAAN TANDA STANDAR NASIONAL INDONESIA

17 Bab ini membahas mengenai Syarat Penerbitan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia, selanjutnya Kewenangan Lembaga Sertifikasi Produk Dalam Penerbitan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia, dan terakhir Prosedur Penerbitan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia. BAB IV TANGGUNG JAWAB LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK TERHADAP PENERBITAN SERTIFIKAT PRODUK PENGGUNAAN TANDA STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN Bab ini menguraikam tentang Kewajiban Lembaga Sertifikasi Produk Terhadap Penerbitan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia, bagaimana Pengawasan Lembaga Sertifikasi Produk Terhadap Penerbitan Standar Nasional Indonesia, kemudian apa Dampak Pemberlakuan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia Terhadap Konsumen, dan terakhir bagaimana Tanggung Jawab Lembaga Sertifikasi Produk Terhadap Penerbitan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia Dalam Rangka Perlindungan Konsumen. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

18 Pada bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan yang merupakan intisari bab-bab sebelumnya serta jawaban atas pokok permasalahan dalam penulisan ini. Selain itu, penulis juga mengemukakan saran-saran untuk penerapan Standar Nasional di Indonesia.