repository.unimus.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dari hasil gangguan jantung fungsional atau struktural yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif


BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

Idea Nursing Journal Vol. V No ISSN:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengerikan, hal ini dikarenakan kanker merupakan penyakit yang

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

BAB I PENDAHULUAN.

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

HUBUNGAN PERAN SERTA KELUARGA DALAM PERAWATAN STROKE DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian paling umum di seluruh dunia. Gangguan kardiovaskuler merupakan gangguan kesehatan yang menunjukkan trend semakin meningkat, penyakit kardiovaskular bertanggung jawab terhadap kurang dari 10% dari kematian di seluruh dunia.sekarang penyakit kardiovaskular menyumbang hampir mendekati 40% kematian di negara maju dan sekitar 28% di negara miskin dan berkembang (Gaziano, 2008). Salah satu penyakit kardiovskuler yang cukup cepat peningkatan jumlahnya adalah Congestive Heart Failure (GJK) atau gagal jantung kongestif (GJK) (Schilling, 2014). Di dunia, 17,5 juta jiwa (31%) dari 58 juta angka kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung (WHO, 2016). Dari seluruh angka tersebut, benua Asia menduduki tempat tertinggi akibat kematian penyakit jantung jumlah 712,1 ribu jiwa. Indonesia menduduki peringkat kedua di Asia Tenggara jumlah 371,0 ribu jiwa (WHO, 2014). Berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan dari WHOpada tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit jantung meningkat menjadi 20 juta jiwa.angka tersebut diperkirakan semakin meningkat pada tahun 2030 penduduk yang meninggal disebabkan penyakit jantung sekitar 23,6 juta jiwa. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi GJK di Indonesia sebesar 0,3%. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 prevalensi GJK Jawa Tengah sebesar 43.361 orang. Berdasarkan data dari Rekam Medis RSUP Kariadi Semarang tanggal 20 Mei 2016 di RSUP Kariadi, jumlah pasien GJK pada tahun 2015 di RSUP Kariadi sebanyak 1.218 orang (Data Rekam Medis RSUP dr.kariadi Semarang 2016). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pasien GJK perlu mendapatkan 1

2 perhatian yang lebih dari para petugas kesehatan karena cukup banyaknya kasus tersebut. GJK menimbulkan berbagai gejala klinis diantaranya;dipsnea, ortopnea, pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND), asites, piting edema, berat badan meningkat, dan gejala yang paling sering dijumpai adalah sesak nafas pada malam hari, yang mungkin muncul tiba-tiba dan menyebabkan penderita terbangun (Udjianti, 2011). Munculnya berbagai gejala klinis pada pasien gagal jantung tersebut akan menimbulkan masalah keperawatan dan mengganggu kebutuhan dasar manusia salah satu di antaranya adalah tidur seperti adanya nyeri dada pada aktivitas, dyspnea pada istirahat atau aktivitas, letargi dan gangguan tidur. Bahkan menurut Kaawon (2012) GJK memberikan dampak yang negatif terhadap pemenuhan kebutuhan dasar, adanya perubahan citra tubuh, kurangnya perawatan diri, perilaku dan aktivitas sehari-hari, kelelahan kronis, disfungsi seksual, dan kekhawatiran tentang masa depan. Ketidakmampuan pada pasien gagal jantung untuk beradaptasi terhadap penyakitnya, termasuk di dalamnya mengenal secara dini dari gejala penyakit (seperti sesak napas, intoleransi aktivitas, dan kelelahan) yang akan mempengaruhi kualitas hidup yang dijalaninya setiap hari. Kualitas hidup adalah sesuatu yang bersifat subyektifitas dan multidimensi. Subyektifitas yang berarti kualitas hidup hanya dapat ditentukan dari sudut pandang pasien itu sendiri, sedangkan multidimensi yang berarti bahwa kualitas hidup hidup dipandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara holistik yang meliputi aspek fisik atau biologis, psikologis, spiritual dan sosiokultural. Dukungan sosial dapat membuat seseorang menjadi lebih tenang dan secara emosional pasien dapat menjadi tenang (Cella, 1992 dalam Panthree & Kripracha, 2011).

3 Kualitas hidup pasien GJK dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, derajat NYHA (New York Heart Assosiation), tingkat pengetahuan, status depresi, tingkat kecemasan, stress, respon spiritual, dan dukungan keluarga (Heo, 2008). Dampak dari kemampuan fungsi fisik yang menurun akan mempengaruhi derajat GJK seseorang. Menurut NYHA, GJK dibagi berdasarkan 4 derajat kemampuan fisik. Derajat I menunjukkan seseorang bisa beraktifitas secara normal, pada derajat II pasien menunjukan gejala ringan saat melakukan aktivitas sehingga pasien merasa lebih nyaman bila beristirahat, pada derajat III pasien sudah mulai menunjukan adanya keterbatasan fisik, dan pada derajat IV pasien sudah tidak bisa melakukan aktivitas apapun tanpa keluhan (O Connor et al., 2009). Kondisi tersebut akan mempengaruhi sejauh mana pasien mampu memaksimalkan fisiknya, sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien. Terdapat beberapa penelitian yang terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada pasien GJK. Kaawoan (2012) melakukan penelitian judul hubungan self care dan depresi kualitas hidup pasien heart failure di RSUP Prof. DR R.D Kandou Manado, dan didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan, penghasilan keluarga, self care dan depresi terhadap kualitas hidup namun yang paling dominan adalah umur, self care dan depresi, sedangkan dukungan sosial dan jenis kelamin tidak ada hubungan kualitas hidup. Saccromann (2011) juga menyatakan bahwa pasien yang memiliki kualitas hidup rendah sebagian besar terdapat pada lansia umur 60 sampai 80 tahun klasifikasi GJK derajat II sebesar 38,8% dan derajat III sebesar 42,9%. Hamzah (2016) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan usia dan jenis kelamin dan usia kualitas hidup pada pasien GJK di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin kualitas hidup pasien GJK, dimana kualitas hidup ditemukan erat kaitannya usia di mana usia lanjut identik penurunan fungsi fisiologis. Penelitian lain dilakukan oleh Wahyuni (2014), didapatkan

4 hasil adanya hubungan antara kualitas hidup pasien GJK self care dan motivasi. Penelitian yang dilakukan oleh Tatukude (2016), menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara depresi dan kualitas hidup, dimana semakin tinggi tingkat depresi maka semakin rendah kualitas hidup pasien gagal jantung kronik. Dukungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam kualitas hidup pasien GJK. Pasien penyakit jantung yang mengalami masalah psikososial akan lebih lambat proses penyembuhannya, lebih berat gejala fisik yang dialaminya dan lebih lama proses penyembuhan penyakitnya. Salah satu faktor yang mendukung proses keberhasilan dalam penyembuhan adalah keterlibatan keluarga (Brunner & Suddarth, 2009). Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga lingkungan sosial. Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berperan pada berbagai aspek pengetahuan, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan sehari-hari (Setiadi, 2008). Dalam keluarga, dapat ditemukan anggota keluarga yang berperan penting dalam upaya perawatan anggota keluarga yang sakit. Caregiver atau family carer adalah seseorang dalam keluarga yang memberikan perawatan untuk orang lain yang sakit, bahkan biasanya orang tersebut sangat bergantung pada caregiver-nya (Oyebode, 2003 dalam Niman, 2013). Kehadiran keluarga sangat berarti dan membuat perasaan lebih nyaman bagi anggota keluarga yang sakit (Koenjoro, 2002 dalam Hasymi, 2009). Penelitian mengenai hubungan antara dukungan keluarga dan kualitas hidup telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang hubungan antara kualitas hidup dan dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSUD dr. Moewardi Surakarta, didapatkan hasil bahwa keluarga mendukung pasien dalam menjalani hemodialisa, dukungan tersebut terdiri dari dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumen, dukungan informasi, dan dukungan jaringan sosial (Sukriswati,

5 2016). Dukungan emosional dan dukungan penghargaan meningkatkan domain psikologis seorang penderita CKD. Dukungan instrumental semakin tinggi juga meningkatkan domain fisik dan domain lingkungan. Selanjutnya dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial semakin baik juga meningkatkan domain hubungan sosial dan domain lingkungan. Dari kelima dukungan keluarga tersebut, yang paling berhubungan kualitas hidup adalah dukungan penghargaan. Secara umum, pasien menyatakan bahwa kualitas hidup yang mereka rasakan adalah baik (Sukriswati, 2016). Penelitian oleh Putri (2014) tentang hubungan antara dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung di Poliklinik Jantung RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. menunjukan ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung. Dukungan keluarga dalam penelitian ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap pasien gagal jantung yang terdiri dari dukungan sosial, dukungan penilaian, dukungan tambahan/instrumental, dan dukungan emosional. Efek dukungan keluarga terhadap kesehatan dapat menurunkan mortalitas, mempercepat sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Dukungan keluarga juga memberikan dampak yang positif terhadap penyesuaian terhadap kejadian yang penuh stres (Harnilawati, 2013). Hasil wawancara pada tgl 30 september 2017 terhadap 10 pasien GJK di Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang, seluruh pasien (100%) mengatakan mengalami kesulitan ketika tidur di malam hari, cepat lelah saat melakukan aktivitas, dan butuh bantuan orang lain saat melakukan aktivitas berat, selanjutnya 7 dari 10 (70%) pasien mengatakan selalu ditemani keluarga setiap kali pergi kontrol ke dokter dan rawat inap, mendapat dukungan pembiayaan, transportasi, dan bantuan dalam kegiatan sehari-hari,2 pasien mengatakan selama pengobatan kurang mendapat dukungan keluarga seperti pasien kontrol dan rawat inap didampingi pembantu atau asisten karena kesibukan keluarga, 1 pasien mengatakan selalu sendiri dalam menjalani

6 pengobatannya. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pada pasien gagal jantung kongestif di instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang. B. Rumusan Masalah Gejala klinis yang umumnya terlibat pada pasien GJK kongestif dapat berupa dispepsia, cepat lelah, serta batuk. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas pada pasien dan berakibat pada penurunan kualitas hidup. Keluarga merupakan sumber dukungan utama bagi pasien. Dukungan keluarga diyakini sangat membantu dalam pencapaian dalam peningkatan kualitas hidup anggota keluarganya yang sakit. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan dukungan keluarga kualitas hidup pada pasien GJK di Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan keluarga kualitas hidup pada pasien GJK di Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain: a. Mendeskripsikan dukungan keluarga pada pasien GJKdi Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang b. Mendeskripsikan kualitas hidup pada pasien GJKdi Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang c. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien GJKdi Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang

7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan ilmiah untuk penelitian berikutnya yang sejenis. 2. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien GJK dalam upaya peningkatan kualitas hidup melibatkan keluarga pasien. 3. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai bahan pertimbangan bagi perawat untuk melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan. E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan penelitian keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah

8 F. Keaslisan Penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian Nama peneliti Kaawoan Tahun penelitian 2012 Putri 2014 Wahyuni, 2014 Judul Hubungan Self Care dan Depresi Kualitas Hidup Pasien Heart Failure di RSUP Prof. DR R.D Kandou Manado Hubungan antara dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung di Poliklinik Jantung RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Hubungan self care dan motivasi kualitas hidup pasien gagal jantung Desain penelitian Cross sectional analitik Deskriptif korelatif pendekatan cross sectional Kuantitatif korelatif Hasil penelitian Analisa bivariat dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara umur, pendidikan, penghasilan, self care, dan depresi terhadap kualitas hidup pasien heart failure (p value < 0,05), sedangkan jenis kelamin dan dukungan sosial tidak ada hubungan kualitas hidup (p value > 0,05), dan berdasarkan uji multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berpengaruh terhadap kualitas hidup adalah umur, self care, dan depresi. Analisa dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga kualitas hidup (p value < 0,05) Analisa dalam penelitian ini menunjukkan terdapatnya hubungan antara self care kualitas hidup pasien gagal jantung (p=0.001; α=0.05; OR=6,000). Selain itu, terdapat juga antara hubungan motivasi kualitas hidup pasien gagal jantung (p=0,009; α=0,05; OR=4,0

9 Nama peneliti Tatukude Tahun penelitian 2016 Judul Hamzah 2016 Hubungan usia dan jenis kelamin kualitas hidup pada penderita GJK di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Kuantitatif korelatif Sukriswati 2016 Hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSUD dr. Moewardi Surakarta Kuantitatif korelatif Hubungan tingkat depresi dan kualitas hidup pada pasien gagal jantung kronik di Poliklinik Jantung RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Desain penelitian Kuantitatif korelatif Hasil penelitian Nilai koefisien korelasi gamma antara tingkat depresi dan kualitas hidup -0,905 nilai p<0,05.bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat depresi dan kualitas hidup, dimana semakin tinggi tingkat depresi maka semakin rendah kualitas hidup pasien gagal jantung kronik. Hasil uji kendall tau menunjukkan p value < 0,05) mengindikasikan adanya hubungan yang signifikan antara usia kualitas hidup penderita gagal Jantung. Hasil uji fisher exact menunjukkan p value < 0,05) mengindikasikan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin kualitas hidup penderita gagal jantung. Hasil uji menunjukan nilai ρ=0,000<α(0,05) koefisien kontingensi (C) sebesar 0,447 maka semakin semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik kualitas hidup. Perbedaan penelitian ini penelitian sebelumnya adalah meliputi: judul penelitian hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pada pasien gagal jantung kongestif di Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tempat penelitian di Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang. Desain penelitian menggunakan analitik korelasional pendekatan cross sectional serta variabel penelitian adalah dukungan keluarga dan kualitas hidup pada pasien gagal jantung kongestif.

10