1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahwa dalam Pembangunan Nasional sebagaimana tersebut dalam Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya baik secara materil, maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk dapat mewujudkan tujuan kemasyarakatan yaitu kesejahteraan dan keadilan dalam masyarakat. Pembangunan secara materil dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, berarti pembangunan unsur-unsur diluar kejiwaan manusia seperti pembangunan ekonomi, teknologi, dan sarana-sarana fisik kehidupan, sedangkan pembangunan spiritual berarti pembangunan unsur-unsur kejiwaan manusia seperti Pembangunan moral dan Pembangunan pendidikan. Dan sudah jelas tujuan Indonesia secara Nasional adalah mewujudkan Masyarakat yang Adil dan Makmur secara merata dan berkesinambungan Materill dan Spiritual. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan adanya Pegawai Negeri sebagai Warga Negara, Unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. Pendapat E.Utrecht yang dikutip oleh Muchsan (1982;10) dalam bukunya Hukum Kepegawaian, bahwa Negara merupakan Badan Hukum yang terdiri dari persekutuan orang (Gemeenschaap Van Merten) yang ada karena perkembangan faktor-faktor sosial dan politik
2 dalam sejarah. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa negara sebagai organisasi kekuasaan merupakan suatu badan yang berstatus Hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban (Subyek Hukum). Negara akan mencapai tujuannya dengan menggunakan status badan hukum beserta hak dan kewajibannya tersebut. Hak dan kewajiban yang dilaksanakan oleh aparatur negara didistribusikan kepada jabatan-jabatan negara. Aparatur yang melaksanakan hak dan kewajiban negara yang disebut subyek hukum adalah Pegawai Negeri. Hubungan antara Pegawai Negeri dengan negara menimbulkan kaidah-kaidah dalam hukum kepegawaian. Indonesia sebagai Negara Hukum telah menempatkan Landasan yuridis bagi Warga negaranya dalam memperoleh pekerjaan yang layak, sebagaimana tertulis dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Isi pasal tersebut, Negara menyadari akan arti penting dan mendasarnya masalah pekerjaan bagi kelangsungan hidup manusia. Manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya, maka perlu bekerja untuk menghasilkan sesuatu imbalan berupa materi, dan salah satu dari pekerjaan itu adalah dengan cara mengabdi pada Negara dengan menjadi Pegawai Negeri. Negara yang dalam kerangka suatu Negara Hukum yang dalam kehidupan Bernegara, Berpemerintah dan Bermasyarakat selalu mengacu kepada Hukum yang berlaku untuk mewujudkan tujuan Negara. Alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan:
3 Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamain abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawartan /perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Berdasarkan Alinea keempat di atas maka dibutuhkan sarana Pemerintahan yang digunakan untuk mencapai tujuan Pembangunan Nasional. Salah satu unsur sarana pemerintahan yang dibutuhkan adalah Pegawai Negeri Sipil. Sebagai Aparatur Negara, Pegawai Negeri Sipil dituntut untuk setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah dan mentaati seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu Pegawai Negeri Sipil dituntut untuk bersikap disiplin, jujur, adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas untuk mencapai Pembangunan Nasional. Aparatur Pemerintah sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat, makin ditingkatkan pengabdian dan kesetiaannya kepada cita-cita perjuangan bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dari hal tersebut di atas menunjukan bahwa kedudukan dan Peranan Pegawai dalam
4 Negara Republik Indonesia sangat penting mengingat Pegawai Negeri merupakan Aparatur Negara untuk menyelenggarakan tugas-tugas negara dan Pembangunan Nasional. Kelancaran penyelenggaraan tugas Pemerintahan dan Pembangunan Nasional sangat tergantung pada Aparatur Negara khususnya Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan kebijakan pemerintahan dan pelayanan publik. Kehendak Pemerintah untuk mengembangkan Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme dilaksanakan dengan diundangkannya Undang - undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor. 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian. Maksud dan tujuannya adalah untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil melalui pengabdian selama mereka bekerja dalam Instansinya. Dengan demikian, secara yuridis negara sangat mendukung dan memberikan hak yang seharusnya diterima oleh para Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pegawai Negeri Sipil sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat yang dengan penuh kesetian dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara
5 Kesatuan Republik Indonesia. Tugas kenegaraan dan jabatan yang diemban Pegawai Negeri agar dapat berjalan dengan lancar, dan dapat menunjang kelancaran pembangunan Nasional, maka setiap Pegawai Negeri tersebut harus memiliki kemampuan dan kualitas tinggi serta dengan tingkat disiplin yang tinggi pula. Hal tersebut tidak hanya kemampuan dalam bidang keterampilannya saja, akan tetapi harus didukung dengan tingkat kualitas diri secara total, karena kualitas manusia itu ditentukan oleh KSA (Knowledge, Skill, and Attitude) atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental. Intinya jelas terlihat bahwa suatu keterampilan yang dimiliki seseorang tidak cukup untuk bisa dikatakan bahwa orang tersebut mempunyai kualitas diri yang baik. F.X. Oerip S. Poerwopoespito (2000:26) mengatakan bahwa pada dasarnya kualitas manusia secara total ditentukan oleh: 1. Kualitas Teknis: Kualitas yang berkaitan dengan kesehatan seseorang, baik dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Kualitas Fisik: Kualitas yang berkaitan dengan kesehatan seseorang (artinya seberapa sehat dia dalam melakukan pekerjaannya). 3. Kualitas Sikap Mental: Kualitas yang berkaitan dengan konsepsi perilaku jiwa seseorang dalam bereaksi atas dasar situasi yang mempengaruhi. Penyelenggara pemerintahan yang telah mempunyai kualitas tersebut, maka dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan secara efektif. Kualitas Pegawai Negeri yang baik dalam setiap aparatur Negara, akan menumbuhkan rasa tanggung jawab baik
6 secara materill maupun moril terhadap semua tugas-tugas yang dipikulnya, serta tumbuh kesadaran untuk selalu menjunjung tinggi peraturan yang ada. Pemerintah dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan, maka diberlakukanlah Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tersebut, ditetapkan dalam Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010, yang menetapkan kewajiban dan larangan bagi Pegawai Negeri Sipil tersebut. Adapun kewajiban tersebut termuat dalam Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut. 1. Mengucapkan sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil. 2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan. 3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah. 4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada Pegawai Negeri Sipil dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab. 6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat Pegawai Negeri Sipil. 7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan golongan. 8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah
7 harus dirahasiakan. 9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara. 10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil. 11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja. 12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan. 13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya. 14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. 15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas. 16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier, dan Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Mengenai larangan Pegawai Negeri Sipil termuat dalam pasal 4 yang berbunyi sebagai berikut: 1. Menyalahgunakan wewenang. 2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain. 3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional. 4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
8 masyarakat asing. 5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah. 6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara. 7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan. 8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya. 9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya. 10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani. 11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan. 12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Kewajiban dan larangan tersebut, apabila dilanggar atau tidak dipatuhi akan dikenakan Sanksi Hukuman Disiplin sesuai dengan tingkat kesalahannya.
9 Pegawai Negeri Sipil selain ketentuan di atas tentang adanya larangan dan kewajiban, juga mempunyai hak-hak untuk digunakan seperti yang tertera di dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. Peraturan mengenai kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil telah dibentuk dan diberlakukan, tidak jarang ditemukan adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap kedisiplinan tersebut. Pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil, bisa saja dikarenakan oleh hak-hak yang diperolehnya tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya, sebagaimana kita ketahui bahwa kebutuhan manusia pada masa sekarang ini semakin kompleks, akan tetapi mungkin kebutuhan hidup yang semakin banyak tersebut bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab terjadinya pelanggaran. Pemerintah telah menaikan gaji serta tunjangan, namun tetap saja terjadi pelanggaran, kemungkinan faktor utama yang menjadi hambatan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil itu terletak pada diri pegawai itu sendiri. Tindakan yang menyimpang seperti: korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar, dan berbagai bentuk pelanggaran tersebut akan selalu terjadi, bila dalam diri Pegawai Negeri Sipil belum terbentuk suatu kesadaran dan suatu etika yang dituangkan dalam Nilai-nilai Perilaku Kedinasan. Adapun materi nilai-nilai perilaku kedinasan tersebut antara lain : 1. Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya wajib berusaha meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan profesionalisme di bidang tugasnya. 2. Pegawai Negeri Sipil karena kedudukan atau jabatannya wajib menyimpan informasi resmi negara yang sifatnya rahasia.
10 3. Pegawai Negeri Sipil wajib mentaati dan melaksanakan dengan sebaikbaiknya segala Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kedinasan yang berlaku. 4. Pegawai Negeri Sipil wajib memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. 5. Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya senantiasa mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Secara keseluruhan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 memuat 17 kewajiban yang harus dilaksanakan dan 15 larangan yang tidak boleh dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil. Selain itu juga dimuat tentang mekanisme penjatuhan hukuman disiplin ringan, sedang dan berat untuk setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil. Salah satu unsur disiplin yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 adalah ketentuan masuk kerja dan jam kerja. Berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat (11) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 menyatakan bahwa Setiap Pegawai Negeri Sipil berkewajiban untuk masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja. Dalam kenyataannya masih terdapat sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil terhadap ketentuan masuk kerja dan jam kerja. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan pada lingkungan Sekretariat Kabupaten Lampung Tengah, masih terdapat sejumlah kasus pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil berupa tidak mentaati ketentuan masuk kerja dan jam kerja. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian terhadap
11 Penegakan disiplin serta sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil Daerah atas ketentuan jam kerja di Sekretariat Kabupaten Lampung Tengah. Dengan ketentuan pada peraturan kedisiplinan yang ditujukan bagi Pegawai Negeri Sipil, agar dapat ditaati dengan baik maka hukuman terhadap pelanggaran yang terjadi harus diterapkan secara jelas dan tegas. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis ingin melakukan penelitian yang menitik beratkan pada penegakan kedisiplinan yang ada pada diri Pegawai Negeri sesuai dengan peraturan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Bertolak dari latar belakang pelaksanaan disiplin tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Sekretariat Kabupaten Lampung Tengah dengan judul PENEGAKAN HUKUMAN DISIPLIN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASAR KAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010. B. Perumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penegakan Hukuman Disiplin Bagi Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil? 2. Faktor apakah yang cenderung mempengaruhi penegakan Hukuman Disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah?
12 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimanakah proses penegakan hukuman disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. 2. Untuk mengetahui faktor apakah yang cenderung mempengaruhi penegakan Hukuman disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis: Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan guna memberikan penambahan pustaka hukum, yang berkaitan dengan penegakan hukuman disiplin berat, bagi Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah no 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. 2. Secara Praktis: Secara praktis penelitian ini berguna dalam memberikan masukan bagi Pejabat pembina kepegawaian Pusat yang menetapkan penjatuhan hukuman disiplin, dan menjadi bahan renungan bagi Pegawai Negeri Sipil agar senantiasa menaati dan mengamalkan aturan-aturuan berlaku.