LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.94, 2015 PENGESAHAN. Protocol. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Kerang

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG


PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMPERHATIKAN bahwa Pasal 17 Persetujuan mengatur untuk setiap perubahan daripadanya yang akan disepakati bersama secara tertulis oleh para Pihak;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No pelabuhan-pelabuhan Negara Anggota ASEAN dan Tiongkok; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mene

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

2 c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, persetujuan terseb

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa Menteri Perdagangan melalui surat Nomor: 330/M- DAG/SD/4/2016 tanggal 14 April 2016 hal Permohonan Perubahan Peraturan Menter

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

PROTOCOL TO AMEND ARTICLE 3 OF THE ASEAN FRAMEWORK(AMENDMENT)AGREEMENT FOR THE INTEGRATION OF PRIORITY SECTORS

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG

2017, No September 1991 di Kuala Lumpur, yang telah diubah dengan Protokol yang ditandatangani pada tanggal 12 Januari 2006 di Bukit Tinggi; b.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peratura

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/ /M-DAG/PER/9/2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Ne

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN. c.bahwa... melaksanakan hubungan dan kerja sama internasional untuk mencegah dan memberantas tindak pidana

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Harmonized System 2017 dan ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature 2017, perlu melakukan penyesuaian terhadap komitmen Indonesia berdasar

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.010/2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013

Transkripsi:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.94, 2015 PENGESAHAN. Protocol. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Kerangka Kerja. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS AND THE REPUBLIC OF INDIA (PROTOKOL PERUBAHAN KERANGKA KERJA PERSETUJUAN KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTARA ASOSIASI BANGSA- BANGSA ASIA TENGGARA DAN REPUBLIK INDIA) Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa di Bangkok, Thailand, pada tanggal 13 Agustus 2009 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Protocol to Amend the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between the Association of Southeast Asian Nations And the Republic of India (Protokol Perubahan Kerangka Kerja Persetujuan Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh antara Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara dan Republik India), sebagai hasil perundingan antara para wakil Pemerintah Negaranegara ASEAN dengan wakil Pemerintah Republik India; b. bahwa Protokol dimaksudkan untuk menetapkan penyesuaian jangka waktu pemberlakuan perdagangan

2 barang, perdagangan jasa, penanaman modal, dan mekanisme penyelesaian sengketa antara Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN lainnya dan India; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peraturan Presiden. Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between the Association of Southeast Asian Nations and the Republic of India (Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh antara Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara dan Republik India) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS AND THE REPUBLIC OF INDIA (PROTOKOL PERUBAHAN KERANGKA KERJA PERSETUJUAN KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTARA ASOSIASI BANGSA- BANGSA ASIA TENGGARA DAN REPUBLIK INDIA). Pasal 1 Mengesahkan Protocol to Amend the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between the Association of Southeast Asian Nations And the Republic of India (Protokol Perubahan Kerangka Kerja Persetujuan Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh antara Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara dan Republik India) yang telah ditandatangani pada tanggal 13 Agustus 2009 di Bangkok, yang naskah aslinya dalam Bahasa Inggris dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

3 Pasal 2 Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Persetujuan dalam Bahasa Indonesia dengan naskah aslinya dalam Bahasa Inggris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, yang berlaku adalah naskah aslinya dalam Bahasa Inggris. Pasal 3 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 April 2015 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, JOKO WIDODO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 April 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13 NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS AND THE REPUBLIC OF INDIA (PROTOKOL PERUBAHAN KERANGKA KERJA PERSETUJUAN KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTARA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN REPUBLIK INDIA)

14 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between the Republic of India and the Association of Southeast Asian Nations (Persetujuan Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh antara Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara dan Republik India yang ditandatangani pada 8 Oktober 2003 merupakan payung hukum dari seluruh kerja sama ekonomi ASEAN-India antara lain Persetujuan Perdagangan Barang, Persetujuan Perdagangan Jasa, Kerja Sama Penanaman Modal, Kerja Sama Ekonomi, dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa. Persetujuan Kerangka Kerja ini juga memuat tentang jangka waktu dan komitmen yang akan dilaksanakan oleh seluruh Pihak. Namun demikian, karena perbedaan waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing Pihak untuk memenuhi komitmen awal yang telah ditetapkan dalam Persetujuan ini mengakibatkan jadwal komitmen yang telah ditetapkan tidak tercapai. Untuk itu, pada pertemuan konsultasi Senior Economic Officials ASEAN- India tanggal 10 April 2009 di Pattaya, Thailand, para Pihak sepakat untuk mengubah Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN-India, khususnya mengenai jangka waktu. Hal tersebut dapat dilakukan berdasarkan Pasal 14 Persetujuan Kerangka Kerja yaitu Perubahan Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN-India dapat diubah apabila disetujui oleh seluruh Pihak. Berdasarkan hal tersebut, para Pihak pada tanggal 13 Agustus 2009 telah setuju untuk menandatangani Protokol Perubahan Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN-India. B. TUJUAN PENGESAHAN Pengesahan Protokol Perubahan Kerangka Kerja Persetujuan Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh ASEAN-India bertujuan untuk menciptakan dasar hukum dalam memberlakukan perubahan jangka waktu yang telah disepakati oleh para Pihak sebagaimana tercantum dalam Protokol. C. POKOK-POKOK ISI PERSETUJUAN Protokol Perubahan Kerangka Kerja Persetujuan Kerja Sama ASEAN-India untuk beberapa perubahan sesuai dengan Pasal 14 Persetujuan Kerangka Kerja mencakup 7 Pasal: 1. Pasal 3 ayat (2) huruf a Persetujuan Kerangka Kerja wajib diubah dengan menggantikan tanggal "1 Juli 2004" dengan tanggal "1 Juli 2007" (Pasal 1);

15 2. Jangka waktu untuk pengurangan atau penghapusan penerapan tingkat tarif Perlakuan yang Sama (MFN) untuk produk-produk dalam jalur normal yang ditetapkan dalam Pasal 3 ayat (5) huruf a butir (i) sampai butir (iii) dari Persetujuan Kerangka Kerja wajib diubah sebagai berikut: "Jalur 1 (i) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2013 untuk Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan India; (ii) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2018 untuk Filipina dan India, dan (iii) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2013 untuk India, dan 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2018 untuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Jalur 2 (i) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2016 untuk Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, serta Thailand, dan India; (ii) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2019 untuk Filipina dan India; dan (iii) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2016 untuk India, dan 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2021 untuk Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam. (Pasal 2 ayat 1). 3. Perubahan tanggal permulaan 1 Januari 2010 sebagaimana dirujuk pada ayat 1, apabila perlu, akan disesuaikan dengan tanggal yang akan disepakati bersama oleh Para Pihak sesuai dengan perubahan Pasal 8 ayat (1) Persetujuan Kerangka Kerja. (Pasal 2 ayat 2). 4. Para Pihak sepakat untuk tidak mendorong EHP dan masing-masing Persetujuan Kerangka Kerja diubah sebagaimana berikut: a) Pasal 3 ayat (5) wajib diubah dengan menghapus kalimat tidak tercakup dalam Program Panen Dini berdasarkan Pasal 7 Persetujuan ini ; b) Pasal 3 ayat (6) wajib diubah dengan menghapus kalimat dan Pasal 7 Persetujuan ini ; dan c) Pasal 7 wajib dihapus dan cakupan produk sebagaimana dirujuk pada ayat (3) huruf a dari Pasal tersebut wajib diperlakukan sebagaimana yang tercakup dalam kata semua produk dalam Pasal 3 ayat (5). (Pasal 3) 5. Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) dari Persetujuan Kerangka Kerja ini wajib dihapus dan diganti sebagai berikut: (1) Untuk perdagangan barang, perundingan mengenai persetujuan untuk penurunan atau penghapusan tarif dan hal-hal lain

16 sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Persetujuan ini wajib dimulai dalam bulan Januari 2014 dan diselesaikan pada tahun 2009, atau pada tanggal-tanggal lain sebagaimana dapat disepakati bersama oleh Para Pihak. (2) Perundingan mengenai Ketentuan Asal Barang untuk perdagangan barang berdasarkan Pasal 3 wajib diselesaikan pada tahun 2009 atau pada tanggal-tanggal lain sebagaimana dapat disepakati bersama oleh Para Pihak. (Pasal 4 ayat 1). 6. Kalimat pertama Pasal 8 ayat (3) Persetujuan Kerangka Kerja wajib dihapus dan diganti sebagai berikut: Untuk perdagangan jasa dan penanaman modal, perundingan untuk masing-masing perjanjian dimulai dalam bulan Oktober 2008 wajib diselesaikan sebagai suatu kewajiban tunggal dalam tahun 2009 atau pada tanggal lain sebagaimana dapat disepakati bersama oleh Para Pihak. (Pasal 4 ayat 2). 7. Pasal 11 ayat (1) Persetujuan Kerangka Kerja wajib diubah sebagai berikut: "(1) Para Pihak, pada tahun 2009, atau pada tanggal-tanggal lain sebagaimana dapat disepakati bersama oleh Para Pihak, wajib menyelesaikan perundingan-perundingan untuk penyusunan prosedur dan mekanisme penyelesaian sengketa untuk maksudmaksud dalam Persetujuan ini." (Pasal 5) 8. Untuk negara-negara anggota ASEAN, Protokol ini wajib disimpan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN, yang wajib dengan segera menerbitkan suatu salinan naskah resmi daripadanya kepada setiap Negara Anggota ASEAN. (Pasal 6)

17 BAB II KEUNTUNGAN, KONSEKUENSI DAN URGENSI PENGESAHAN A. KEUNTUNGAN Pengesahan Protokol akan menguntungkan pihak Indonesia antara lain berupa: 1. Adanya kepastian untuk penyesuaian jangka waktu pemberlakuan perdagangan barang, perdagangan jasa, penanaman modal, dan mekanisme penyelesaian sengketa antara Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN lainnya dan India; 2. Adanya jangka waktu yang cukup untuk menyesuaikan komitmen Indonesia dalam kerangka kerja sama ASEAN-India. B. KONSEKUENSI Pengesahan Protokol juga memberikan konsekuensi bagi Indonesia, antara lain: 1. Perlunya Pemerintah menyesuaikan jangka waktu pemenuhan komitmen sebagaimana disepakati dalam Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN-India dan Protokolnya; 2. Perlunya sosialisasi kepada pelaku usaha secara terus menerus. C. URGENSI PENGESAHAN 1. Landasan Filosofis ASEAN merupakan perwujudan dari adanya rasa kebutuhan untuk saling melengkapi dan mendukung diantara para negara anggotanya yang terikat oleh letak geografis yang berdekatan. Dalam mengembangkan ikatan persaudaraan tersebut tidak lepas dari kepentingan di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.

18 Untuk mendukung kepentingan ASEAN tersebut, ASEAN juga telah membentuk suatu hubungan kerja sama dengan beberapa negara mitra dialog antara lain India. Hal ini dikarenakan India merupakan salah satu mitra dagang terbesar dan sumber investasi bagi Negara-negara di kawasan ASEAN. Dengan memperhatikan kemampuan ekonomi yang berbeda dari Negara-negara Anggota ASEAN perlu menyesuaikan jangka waktu pemenuhan komitmen pelaksanaan Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN-India. Untuk itu Pemerintah Indonesia perlu konsisten terhadap kesepakatan yang telah diambil dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. 2. Landasan Sosiologis Kerja sama antara ASEAN dengan India baik dalam perdagangan barang, perdagangan jasa serta investasi diharapkan dapat mendorong terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan meningkatkan perdagangan diantara para Pihak khususnya peningkatan volume ekspor Indonesia ke India dengan mendapatkan kemudahan-kemudahan dan pengecualianpengecualian, serta kepastian dunia usaha dalam melakukan aktivitas ekonomi dikawasan ASEAN dan India. Dengan perubahan jangka waktu sebagaimana tercantum dalam Protokol dimaksud, Indonesia khususnya para pelaku usaha memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan usaha diantara Para Pihak. 3. Landasan Yuridis Pengesahan Protokol Perubahan Kerangka Kerja Persetujuan Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh antara ASEAN-India akan menjadi dasar untuk dimulainya berbagai komitmen perjanjianperjanjian yang berada dibawahnya. Protokol ini akan melengkapi atau memasukkan peraturan regional ke dalam pengaturan nasional yang terkait dengan persetujuan internasional yang telah disahkan oleh Indonesia, seperti: a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Marrakesh Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Marrakesh mengenai Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia); b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012);

19 c. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882); d. Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the Association of Southeast Asian Nations and the Republic of India (Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerja sama Ekonomi Menyeluruh antara Negaranegara Anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan Republik India) yang telah disahkan dengan Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 2004.

20 BAB III KAITAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN PROTOKOL Peraturan perundang-undangan nasional yang terkait dengan Protokol ini, antara lain: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Marrakesh Agreement on Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Marrakesh mengenai Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724). 4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 04); 5. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang Penerbitan Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) untuk Barang Ekspor Indonesia. B. HARMONISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Setelah dipelajari, isi dan muatan Protokol tidak ditemukan pertentangan dengan peraturan perundang-undangan nasional.

21 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh Antara ASEAN-India telah ditandatangani pada tanggal 8 Oktober 2003 oleh para Kepala Negara ASEAN dan India. Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh Antara ASEAN-India mencakup beberapa persetujuan yang berada di bawahnya antara lain Persetujuan Perdagangan Barang, Persetujuan Perdagangan Jasa, Persetujuan Penanaman Modal. Persetujuan ini terdiri atas 16 Pasal. Namun demikian, sejalan dengan perkembangan hubungan kerja sama ekonomi ASEAN-India, dianggap perlu untuk merubah Persetujuan Kerangka Kerja tersebut dengan berdasar kepada Pasal 14 tentang perubahan. Atas daasar Pasal 14 tersebut dan kepentingan para Pihak, maka pada tanggal 13 Agustus 2009 di Bali, seluruh Pihak dalam kerangka ASEAN-India sepakat untuk menandatangani Protokol Perubahan Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh antara ASEAN-India. B. REKOMENDASI Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, mengingat muatan Protokol sesuai Pasal 11 dan Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang PI serta berdasarkan Pasal 7 Protokol dan Pasal 14 Persetujuan Kerangka Kerja Pemerintah Indonesia perlu segera mengesahkan Protocol to Amend the Framework Agreement Comprehensive Economic Cooperation Between the Republic of India and the Association of Southeast Asian Nations (Protokol Perubahan Kerangka Kerja Persetujuan Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh antara Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan Republik India) dengan Peraturan Presiden.

22 PROTOKOL PERUBAHAN KERANGKA KERJA PERSETUJUAN KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTARA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN REPUBLIK INDIA PEMBUKAAN Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja (Kamboja), Republik Indonesia (Indonesia), Republik Demokrasi Rakyat Laos (Laos), Malaysia, Uni Myanmar (Myanmar), Republik Filipina (Filipina), Republik Singapura (Singapura), Kerajaan Thailand (Thailand), dan Republik Sosialis Vietnam (Vietnam), yang merupakan Negara-negara Anggota Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (bersama-sama disebut sebagai ASEAN atau Negara Anggota ASEAN atau secara masing-masing sebagai Negara Anggota ASEAN) dan Republik India (India), MENGINGAT Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh antara Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara dan Republik India, yang ditandatangani di Bali, Indonesia pada tanggal 8 Oktober 2003; MENEGASKAN KEMBALI Komitmen antara ASEAN dan India (secara bersama-sama Para Pihak atau masing-masing merujuk kepada India atau salah satu Negara Anggota ASEAN sebagai satu Pihak ) untuk mengurangi serta menghapus hambatan tarif secara bertahap sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan; MENIMBANG Perlunya merevisi Persetujuan Kerangka Kerja untuk mencerminkan posisi saat ini sehubungan dengan Program Panen Dini (EHP) dalam Persetujuan Kerangka Kerja dan berbagai kerangka waktu yang ditunjukkan didalamnya; MENGINGINKAN Untuk mencerminkan berbagai perubahan sesuai dengan Pasal 14 dari Persetujuan Kerangka Kerja,

23 TELAH MENYETUJUI HAL-HAL sebagai berikut: PASAL 1 Penerapan Tingkat Tarif Perlakuan yang Sama Pasal 3 ayat (2) huruf a Persetujuan Kerangka Kerja wajib diubah dengan menggantikan tanggal "1 Juli 2004" dengan tanggal "1 Juli 2007". PASAL 2 Jangka Waktu Penurunan atau Penghapusan Penerapan Tingkat Tarif Perlakuan yang Sama 1.Jangka waktu untuk pengurangan atau penghapusan penerapan tingkat tarif Perlakuan yang Sama (MFN) untuk produk-produk dalam jalur normal yang ditetapkan dalam Pasal 3 ayat (5) huruf a butir (i) sampai butir (iii) dari Persetujuan Kerangka Kerja wajib diubah sebagai berikut: "Jalur 1 (i) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2013 untuk Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan India; (ii) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2018 untuk Filipina dan India, dan (iii) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2013 untuk India, dan 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2018 untuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Jalur 2 (i) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2016 untuk Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, serta Thailand, dan India; (ii) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2019 untuk Filipina dan India; dan (iii) 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2016 untuk India, dan 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2021 untuk Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam.

24 2. Perubahan tanggal permulaan 1 Januari 2010 sebagaimana dirujuk pada ayat 1, apabila perlu, akan disesuaikan dengan tanggal yang akan disepakati bersama oleh Para Pihak sesuai dengan perubahan Pasal 8 ayat (1) Persetujuan Kerangka Kerja. PASAL 3 Program Panen Dini (EHP) Para Pihak sepakat untuk tidak mendorong EHP dan masing-masing Persetujuan Kerangka Kerja diubah sebagaimana berikut: d) Pasal 3 ayat (5) wajib diubah dengan menghapus kalimat tidak tercakup dalam Program Panen Dini berdasarkan Pasal 7 Persetujuan ini ; e) Pasal 3 ayat (6) wajib diubah dengan menghapus kalimat dan Pasal 7 Persetujuan ini ; dan f) Pasal 7 wajib dihapus dan cakupan produk sebagaimana dirujuk pada ayat (3) huruf a dari Pasal tersebut wajib diperlakukan sebagaimana yang tercakup dalam kata semua produk dalam Pasal 3 ayat (5). PASAL 4 Jangka Waktu 1.Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) dari Persetujuan Kerangka Kerja ini wajib dihapus dan diganti sebagai berikut: (1) Untuk perdagangan barang, perundingan mengenai persetujuan untuk penurunan atau penghapusan tarif dan hal-hal lain sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Persetujuan ini wajib dimulai dalam bulan Januari 2014 dan diselesaikan pada tahun 2009, atau pada tanggal-tanggal lain sebagaimana dapat disepakati bersama oleh Para Pihak. (2) Perundingan mengenai Ketentuan Asal Barang untuk perdagangan barang berdasarkan Pasal 3 wajib diselesaikan pada tahun 2009 atau pada tanggal-tanggal lain sebagaimana dapat disepakati bersama oleh Para Pihak.

25 2. Kalimat pertama Pasal 8 ayat (3) Persetujuan Kerangka Kerja wajib dihapus dan diganti sebagai berikut: Untuk perdagangan jasa dan penanaman modal, perundingan untuk masing-masing perjanjian dimulai dalam bulan Oktober 2008 wajib diselesaikan sebagai suatu kewajiban tunggal dalam tahun 2009 atau pada tanggal lain sebagaimana dapat disepakati bersama oleh Para Pihak. PASAL 5 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Pasal 11 ayat (1) Persetujuan Kerangka Kerja wajib diubah sebagai berikut: "(1) Para Pihak, pada tahun 2009, atau pada tanggal-tanggal lain sebagaimana dapat disepakati bersama oleh Para Pihak, wajib menyelesaikan perundingan-perundingan untuk penyusunan prosedur dan mekanisme penyelesaian sengketa untuk maksud-maksud dalam Persetujuan ini." PASAL 6 Lembaga Penyimpan Untuk negara-negara anggota ASEAN, Protokol ini wajib disimpan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN, yang wajib dengan segera menerbitkan suatu salinan naskah resmi daripadanya kepada setiap Negara Anggota ASEAN. PASAL 7 Mulai Berlaku 1. Setiap Pihak wajib memberitahukan secara tertulis kepada seluruh Pihak lainnya mengenai penyelesaian persyaratan internal 1 yang diperlukan untuk mulai berlakunya Protokol ini. Protokol ini wajib mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010 atau pada tanggal saat pemberitahuan telah dilakukan oleh Pemerintah India dan paling sedikit 1 Untuk kepastian yang lebih baik, istilah persyaratan internal dapat meliputi mendapatkan penyetujuan pemerintah atau penyetujuan parlemen sesuai dengan hukum dalam negerinya

26 oleh 1 (satu) Negara Anggota ASEAN. 2. Apabila suatu pihak tidak mampu menyelesaikan persyaratan internal untuk mulai berlakunya Protokol ini pada tanggal 1 Januari 2010, Protokol ini wajib mulai berlaku untuk Pihak tersebut pada tanggal 1 Juni 2010 atau pada tanggal saat pihak tersebut memberitahukan mengenai penyelesaian persyaratan internalnya. SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini yang diberi kuasa penuh oleh Pemerintahnya masing-masing, telah menandatangani Protokol ini. DIBUAT di Bangkok, Thailand tanggal tiga belas Agustus 2009 rangkap 2 (dua) asli dalam bahasa Inggris. Untuk Pemerintah Brunei Darussalam, Untuk Pemerintah Republik India, ttd LIM JOCK SENG Menteri Kedua untuk Luar Negeri dan Perdagangan ttd ANAND SHARMA Menteri Perdagangan dan Industri Untuk Pemerintah Kerajaan Kamboja, ttd CHAM PRASIDH Menteri Senior dan Menteri Perdagangan Untuk Pemerintah Republik Indonesia,

27 ttd MARI ELKA PANGESTU Menteri Perdagangan Untuk Pemerintah Republik Demokratik Rakyat Laos, ttd NAM VIYAKETH Menteri Industri dan Perdagangan Untuk Pemerintah Malaysia, ttd MUSTAPA MOHAMED Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Untuk Pemerintah Uni Myanmar, ttd U SOE THA Menteri Perencanaan Nasional dan Pembangunan Ekonomi

28 Untuk Pemerintah Republik Filipina, ttd PETER B. FAVILA Sekretaris Perdagangan dan Industri Untuk Pemerintah Republik Singapura: ttd LIM HNG KIANG Menteri Perdagangan dan Industri Untuk Kerajaan Thailand, ttd PORNTIVA NAKASAI Menteri Perdagangan